Sate Ampenan, Hidangan Spesial di Ultah Ratu Wilhelmina

Di lepas pantai Selat Lombok, kapten kapal MS Kasimbar menawarkan makanan yang unik pada beberapa penumpang. Kuliner lokal yang dibelinya di Ampenan.

Kapal itu hanya singgah sebentar di pelabuhan Ampenan, persis pada hari kemerdekaan RI yang ke empat, 17 Agustus 1949.

Kata sang kapten, kuliner itu namanya sate Ampenan. Seorang lelaki berkebangsaan Belanda yang sedang berlibur bersama istrinya, mengambil sepotong sate.

Sedang asyik mengunyah, ia terperangah mendengar keterangan kapten kapal.

“Sate ini dari daging gajah!”

“Hah?”

Tetapi ia kembali mengunyah. Ia segera menyadari, kapten itu begambrah (membual, menggombal – bahasa Sasak). Sebab, sepanjang yang ia ketahui, di Lombok tidak ada hewan gajah. Dan lidahnya tak asing dengan jenis-jenis daging. Sate itu berbahan baku daging kambing. Begitu nikmat.

BACA JUGA:  Benarkah ISIS Dibuat Untuk Memecah Belah Ummat Islam? Ini Pandangan Tokoh Senior NTB!

Sate Ampenan telah lama populer di kalangan kaum kumpeni. Di tahun 1936, menu ini menjadi hidangan spesial di even jaarmarkt. Acara ini semacam pasar tahunan atau pameran, dalam memperingati hari kelahiran Ratu Wilhelmina. Ratu Belanda bernama lengkap Wilhelmina Helena Pauline Marie,
putri Raja William III ini lahir pada 31 Agustus 1880.

BACA JUGA:  Riset Ilmuwan Eropa Tentang Leak Lombok

“Kami menerima sampel sate Ampenan yang merupakan hidangan spesial di sini, berada di stand nomor 256-257. Dagingnya empuk dan dibumbui dengan saus pedas yang menyertainya. Mengandung semua unsur yang diperlukan untuk kelezatan yang pedas ini,” demikian diberitakan De Indische Courant, di Bulan Oktober 1936.

Sate Ampenan empuk karena daging di-penget (rebus) terlebih dahulu. Bahan baku dari daging kambing atau sapi yang sudah cukup matang itu dipotong kecil-kecil. Sebelum ditusuk dengan lidi dari bambu atau batang daun kelapa, potongan daging dibalur bumbu dengan cabe rawit yang dominan. Ukurannya lebih kecil dibanding sate Madura.

BACA JUGA:  Ayam Tuhan

Ketika memesan sate Ampenan, tak perlu menunggu lama. Sate hanya sebentar dipanggang di atas bara arang tempurung kelapa.

Di Pantai Ampenan, penjual sate menghidangkan menu ini bersama bulayak (semacam ketupat namun bentuknya panjang) atau lontong, urap-urap, dan pelecing kangkung.

Asap sate berbaur udara bergaram membuat perut memberontak. Rasa lapar tiba-tiba menyergap. Aroma itu mereos banget! (Buyung Sutan Muhlis)