Profil Raja Juli Antoni, Wakil Menteri ATR Kabinet Jokowi

MATARAMRADIO.COM –  Raja Juli Antoni lahir di Pekanbaru, Riau pada 13 Juli 1977 atau berusia 45 tahun. Tercatat memiliki latar belakang pendidikan lumayan mumpuni meski berusia muda. Raja menyelesaikan studi IAIN (sekarang UIN) Jakarta pada tahun 2001. Dia menulis penelitian berjudul Ayat-ayat Jihad: Studi Kritis terhadap Penafsiran Jihad sebagai Perang Suci.

Tahun 2004 menerima beasiswa Chevening Award untuk studi master di The Department of Peace Studies, The University of Bradford, Inggris. Merampungkan tesis magister dengan judul The Conflict in Aceh: Searching for A Peaceful Conflict Resolution Process.

Pada tahun 2010 juga berkat beasiswa dari Australian Development Scholarship (ADS), meneruskan studi doktoral di School of Political Science and International Studies, the University of Queensland, Australia. Menuntaskan gelar PhD, dengan disertasi berjudul Religious Peacebuilders: The Role of Religion in Peacebuilding in Conflict Torn Society in Southeast Asia, dengan mengambil studi kasus Mindanao (Filipina Selatan) dan Maluku (Indonesia).

BACA JUGA:  Sansuri SPt MM: Blak-blakan Soal Tantangan KI NTB

Raja Juli Antoni adalah seorang politikus Indonesia dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Ia menjabat sebagai Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang Indonesia sejak 15 Juni 2022 . Sebelumnya, dia merupakan politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Raja Juli Antoni merupakan putra dari Raja Ramli Ibrahim, tokoh masyarakat Riau yang pernah menjabat Wakil Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Riau.

Raja merupakan alumni Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah, Garut, Jawa Barat. Ia meraih gelar sarjana Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dari IAIN Syarif Hidayatullah (UIN Jakarta) pada tahun 2001 dengan skripsi berjudul Ayat-ayat Jihad: Studi Kritis terhadap Penafsiran Jihad sebagai Perang Suci.

BACA JUGA:  I Nyoman Swandiasa: Dukung Jurnalis Warga Wujudkan Mataram Smart City

Ia kemudian menempuh pendidikan master di The Department of Peace Studies, Universitas Bradford, Inggris, setelah mendapatkan beasiswa Chevening Award pada tahun 2004, dan menyelesaikannya dengan tesis yang berjudul The Conflict in Aceh: Searching for A Peaceful Conflict Resolution Process.

Dengan beasiswa dari Australian Development Scholarhip (ADS) pada tahun 2010, Raja meneruskan studi doktoral di School of Political Science and International Studies pada Universitas Queensland, Australia. Ia berhasil mendapatkan gelar Ph.D dengan disertasi berjudul Religious Peacebuilders: The Role of Religion in Peace building in Conflict Torn Society in Southeast Asia, dengan mengambil studi kasus Mindanao (Filipina Selatan) dan Maluku (Indonesia).

BACA JUGA:  Lebih Dekat Dengan Teguh Satya Bhakti, Calon Legislator Senayan Asal Lombok

Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) periode 2000–2002 ini juga pernah dipercaya sebagai Direktur Eksekutif Maarif Institute yang didirikan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif.

Pada tahun 2009, Ia sempat menjadi calon anggota legislatif untuk Pemilihan Umum Legislatif 2009 dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk Daerah Pemilihan Jawa Barat IX (Kabupaten Subang, Sumedang, dan Majalengka). Akan tetapi, Ia belum terpilih karena kurang suara dengan Maruarar Sirait serta Tb. Hasanuddin (caleg terpilih PDIP dapil Jabar IX).

Ia sempat menjadi calon Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2015–2020, tetapi kemudian mengundurkan diri karena ingin berkonsentrasi sebagai Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang baru didirikannya bersama beberapa politikus muda lainnya.(EditorMRC)