Syarif Berembeng : Aktor Intelektual Congah Praya

Koran Het Vaderland terbitan 25 Agustus 1896, secara mengejutkan memberitakan tentang ditemukannya mayat di Hutan Sundil, lengkap dengan senjata pribadinya. Setelah diidentifikasi ternyata jenazah tersebut adalah Sarif Berembeng.

Menurut Koran ini, bahwa Selain Hadji Ali Dewa (pemimpin perlawanan terhadap distrik praya 1896), seorang yg dijuluki Sherif Berembeng muncul ke publik sebagai orang terdepan dalam perlawanan tersebut.

Oleh: Amaq Bambang Miko

Dia berasal dari Arab Hadramaut, setelah bertugas sebagai tentara Prancis di Aljazair, dia kemudian lama menetap di wilayah Praya. Ketika Sherif Berembeng, yang disebut dengan nama yg sama dengan asal kampung (Brembeng) itu, maka dialah yang telah membawa orang Sasak pertama kali melakukan perlawanan terhadap orang-orang Bali (Kerajaan Mataram), sesuatu dimana pengalaman militernya yg diperoleh di Aljazair memungkinkannya untuk melakukan perlawanan itu. Dia sangat dihormati oleh Guru Bangkol, Tokoh spiritual terkenal di Praya.

BACA JUGA:  Kisah Lucu 'Saripin' Naik Pesawat Jurusan Lombok-Jakarta Bikin Netizen Ngakak Habis, Simak Aja!

Dalam buku Naar Lombok hal 239 disebutkan setelah terjadiny penyerangan terhadap Distrik Praya 1896 oleh para pemberontak yang di pimpin oleh Haji Ali Dewa dan Ochet Thalib, maka Keesokan harinya patroli kompeni pergi ke Bodak untuk menggeledah rumah penduduk, karena ada laporan bahwa Bodak bekerja sama dengan pemberontak; konvoi militer dilakukan di sepanjang sisi timur hutan Sundil melewati Aik Mual ke Bodak (Bodak berada di tepi utara hutan Sundil di sebelah utara Praja); hanya beberapa peluru yang ditemukan, kemudian mereka berbaris kembali ke Praja.Disepanjang jalan melalui hutan Sundil; dalam perjalanan patroli pasukan kolonial ditembaki dari jurang.oleh pasukan pemberontak; beberapa salvo segera ditembakkan ke musuh, sampai mereka banyak yang melarikan diri. Pada kesempatan ini salah satu pemberontak utama, seorang Arab yg lebih populer sisebut Sherif Berembeng, terluka parah, yang mayatnya kemudian ditemukan di hutan, setengah digerogoti oleh hewan buas dalam keadaan membawa pistol.

BACA JUGA:  Ampenan 1924 (1)

Sampai sekarang, patroli selalu dilakukan dengan polisi bersenjata, tetapi dengan keberhasilan yang relatif kecil, setelah itu akan dicoba dengan kekuatan militer. Bantuan militer diminta di 0111 Ampenan, di mana sebuah detasemen yang terdiri dari Infanteri di bawah seorang kapten dan seorang letnan dan Kavaleri di bawah seorang letnan berangkat ke Praja 0111 untuk berpatroli dari sana. Sebuah detasemen di bawah seorang Letnan dengan Kavaleri pergi ke Bodak, dari sana mereka mulai berpatroli.

Suatu hari mayat Sherif Berembeng ditemukan, seperti yang disebutkan di atas, dengan di sampingnya sebuah revolver dan peluru, sebuah klewang dan senapan berulang dengan kotak peluru model infanteri; mayat itu segera dikuburkan; dari mana dia telah meninggal, mayatnya hampir tidak dapat dideteksi lagi. Sherif Berembeng dilaporkan telah terluka di dada dalam pertempuran di atas; tangan dan kaki mayat itu telah tergerogoti mungkin oleh babi hutan.

BACA JUGA:  Igor Amtenar: Aku Penziarah Kubur, Bukan Penyembah Kubur!

Alfons van der Kraan dalam bukunya Lombok Conquest menyebutkan pemberontakan Praya 1896-1897 itu mengakibatkan tewasnya puluhan tentara KNIL, membakar gedung penjara dan melepaskan kira kira 40 tahanan. Pada tanggal 14 Agustus para pemberontak memasuki kota Praya, namun karena gerakan mereka bocor, pasukan pemberontak terpaksa mundur, mereka bergerak menuju arah batukliang. Menewaskan 6 pengikut kepala distrik Mamik Ginawang dan membakar rumahnya. Kepala distrik itu sendiri berhasil melarikan diri. Insiden ini dianggap lebih gawat karena korbannya adalah tentara KNIL yang berasal dari Eropa.Liefrinck menjadi sangat curiga terhadap kesetiaan penduduk praya. Dalam laporannya kepada resident ia menulis; Penduduk praya mendukung pemberontak2 itu, mereka memberikan makanan dan perlindungan kepada para pemberontak. Akibat kecurigaan itu Asisten Resident memperkuat garnisun militer di Praya menjadi 200 perwira dan prajurit. (*)