Pro Kontra Ali BD Menyoal Mental Pengiring

Ali mengawali pernyataannya dengan menggambarkan fenomena para jenderal tentara di Negeri Paman Sam Amerika Serikat.”Beberapa mantan jenderal tentara Amerika,telah terpilih sebagai presiden negara itu.Sebutlah misalnya George Washington,D.Eisenhower,dan lain lain.Mereka bukan hanya bergelar jenderal karena masa kerjanya,tetapi mereka telah memenangkan perang besar dalam berbagai pertempuran””ulas Ali BD dalam status terbaru di akun facebooknya, Rabu (3/1).

Disebutkan Ali, di Indonesia, banyak jenderal tentara atau jend3ral polisi, setelah pensiun berubah menjadi pengiring di berbagai partai.Bahkan beberapa diantara mereka mencoba sebagai tim sukses.Harapannya tentu,akan mendapat berkah dari jabatannya tersebut “Sekurangnya menjadi anggota legislatif, paling beruntung akan menjadi menteri.Memang ada banyak bukti,banyak dari mereka telah mendududki jabatan menteri,jabatan kepala badan nasional dan lain sebagainya,”kata Ali.

BACA JUGA:  Kunjungi Korban Banjir Lombok, JK Berpesan Disiplin Jaga Alam

Sementara itu, katanya, di Lombok, para pengiring biasanya dapat dilihat pada rombongan nyongkolang.Artinya mereka yang berada di belakang kedua pengantin yang sedang mengikuti prosesi nyongkolang.Pengiring, semacam ini bersifat sukarela,tanpa pamrih,sebagai bagian dari kewajiban sosial anggota banjar atau kelompok.Ada lagi pengiring sebagai caleg,dengan menulis “ngiring” seseorang tokoh,agar si tokoh terpilih atau si pengiring yang terpilih.”Bisa membingungkan si calon pemilih. Ini disebut pengiring sejati atau pengekor saja,”cetus Ali.

Sontak saja. Pernyataan Ali BD di media sosial menuai pro kontra di kalangan warga dunia maya.”Ya ya ya
Cuma saja seringkali matematika politik ( partai) tidak berbanding lurus dengan perolehan pemilihan person ( capres, cagup maupun cabub).
Salah satu contoh kasusnya adalah ketika Jro wayah Ali Bin Dachlan dalam pilkada tahun 2008 sebagai petahana dengan dukungan banyak partai waktu itu, tak berbanding lurus dengan kuantitas suara perolehan masing masing partai.
Dalam kaitan hal tsb, pada Pilkada 2013 dengan tanpa satupun dukungan dari partai
Jro Wayah justru membalik matematika itu.

BACA JUGA:  Musim Kawin, Musim Telih Kembang Komak

Saya yang awam, pada saat saat itu ketika ngotok ngotok dengan beberapa aktifis, anggota partai dan para pengamat lokal menyampaikan tentang kecendrungan kolektif masyarakat yang ingin kembali pada rasa sebelumnya, karena rasa yang di nikmatinya di rasakan tak se enak rasa sebelumnya…
Saya contohkan pada rumah makan yang sering di kunjungi oleh seorang, lalu di ajak teman dekat atau entah oleh siapa untuk pindah rumah makan. Dan pada rumah makan yang baru tersebut, tidak merasakan nikmatnya masakan rumah makan sebelum nya. Lalu pada kesempatan berikutnya kembali ke rumah makan sebelumnya…
Terkait dengan pilpres, kita masyarakat Indonesia yang cukup jauh dari epicentrum politik hanya mendapat informasi tentang ketiga capres cawapres.. hal tersebut saya ibaratkan sebagai tiga buah gunung yang keindahannya dari jauh dan konten keindahannya di sampaikan oleh mereka yang pernah mendaki gunung tersebut.
Si A menceritakan indahnya gunung Rinjani, berdasarkan apa yang pernah di nikmati nya ketika mendaki gunung tersebut. begitu lah seterusnya dengan si B dan si C,”tulis Pak Muhir, mengomentari status Facebook Ali BD.

BACA JUGA:  Viral: Status Bang Zul Soal Pantai Sambelia Menuai Protes Netizen. Ada Apa?

Abu Razzaq Wa Romza berkomentar begini.”𝗠𝗮𝗻𝘁𝗲𝗽 …
𝗜𝗹𝘂𝘀𝘁𝗿𝗮𝘀𝗶𝗻𝘆𝗮 𝗶𝗻𝗶 𝗯𝗶𝘀𝗮 𝗯𝗶𝗸𝗶𝗻 𝗺𝗲𝗿𝗲𝗸𝗮 𝗸𝗲𝗷𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗲𝗷𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗶𝘁𝗲𝗺𝗽𝗮𝘁 𝗯𝗮𝗴𝗶 𝘆ang p𝗮𝗵𝗮𝗺 𝗺𝗮𝗸𝗻𝗮𝗻𝘆𝗮, 𝗯𝗮𝗵𝗸𝗮𝗻 𝘆an𝗴 𝗴𝗮𝗸 p𝗮𝗵𝗮𝗺𝗽𝘂𝗻 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗿𝘀𝗶𝗻𝗴𝗴𝘂𝗻𝗴 𝗸𝗮𝗿e𝗻𝗮 𝗸𝗲𝘁𝗲𝗿𝘀𝗶𝗻𝗴𝗴𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗿𝗲𝗸𝗮 𝘆ang p𝗮𝗵𝗮𝗺,”tandasnya.(editorMRC)