Kepuasan Dalam Pernikahan

Karena untuk mencapai kebahagian tersebut akan dapat diwujudkan dengan adanya “kepuasan” dalam diri isteri dan suami  yang  diberikan  secara timbal balik kepada pasangan yang berupa pemenuhan kebutuhan hidup, seksual, cinta, sayang maupun perhatian secara terus menerus.

Mengutip apa yang ditulis Muhammad Iqbal dalam buku psikologi pernikahan,  bahwa “dalam pernikahan, sering kali didapati isteri atau suami (salah satu pihak) yang ingin dibahagiakan oleh pasangannya, tetapi ia sendiri tidak mau mencoba membagahiakan pasangannya.

            Sebagai gambaran kepuasan pernikahan adalah bahwa kepuasan perkawinan adalah sebuah evaluasi yang bersifat subjektif dalam kualitas hubungan perkawinan suami istri yang ditandai dengan perasaan senang, lega dan gembira. Untuk  diketahui bahwa faktor – faktor yang memengaruhi kepuasan perkawinan antara lain:

BACA JUGA:  Diajak Berhubungan Intim Sama Pacar

Usia Saat Menikah. Orang yang menikah pada usia dua puluhan memiliki kesempatan lebih sukses dalam perkawinan, daripada yang menikah pada usia yang lebih muda.

Latar Belakang Pendidikan dan Penghasilan. Pendidikan dan penghasilan adalah saling berhubungan, mereka yang berpendidikan tinggi pada umumnya berpenghasilan lebih tinggi dan memiliki cara berpikir yang lebih terbuka.

Agama. Orang yang memandang agama sebagai hal yang penting, relatif jarang mengalami masalah perkawinan dibandingkan orang yang memandang agama sebagai hal yang tidak penting.

Dukungan Emosional. Kegagalan dalam perkawinan, ada kemungkinan terjadi karena ketidakcocokan secara emosional dan tidak adanya dukungan emosional dari lingkungan.

Perbedaan Harapan. Perempuan cenderung lebih mementingkan ekspresi emosional dalam pernikahan, disisi lain suami cenderung puas jika istri mereka menyenangkan.

Sedangkan tingkat kepuasan pernikahan itu sendiri pada setiap pasangan bisa berbeda-beda, terdapat lima tingkat kepuasan yaitu :

Pasangan  merasakan puas terhadap perkawinan  yang sedang dijalaninya berhubungan dengan komunikasi, adanya saling terbuka, menerima pasangan apa adanya, terhindarinya konflik, kepuasan dalam relasi seksual, keluarga besar, dan kegiatan keagamaan juga berjalan dengan baik; Pasangan  cukup  puas terhadap perkawinan   yang sedang dijalaninya cukup dapat saling  terbuka, terdapat komunikasi yang cukup memadai, menerima pasangan apa adanya, dapat mengurangi  dan menghindari terjadinya konflik, cukup  puas  dalam relasi seksual, keluarga besar, dan kegiatan keagamaan; Pasangan  belum dapat merasakan  kepuasan  terhadap perkawinan   yang sedang dijalaninya  belum dapat saling  terbuka , berkomunikasi  seperlunya, masih  saling menyalahkan dan  kadang terjadi   konflik,   relasi seksual hanya sebatas rutinitas,  hubungan dengan keluarga besar, dan kegiatan keagamaan ralatif rendah; Pasangan  kurang  puas terhadap perkawinan   yang sedang dijalaninya, kurang  dapat saling  terbuka dan berkomunikasi secara intensif , kurang dapat menghargai dan menerima pasangan apa adanya, sering  terjadi  konflik,  kurang  puas  dan intent dalam relasi seksual, serta relasi dengan keluarga besar  dan kegiatan keagamaan berlangsung secara kurang memadai;Pasangan sangat kurang   puas terhadap perkawinan   yang sedang dijalaninya tidak  saling  terbuka, terdapat komunikasi yang tertutup,tidak dapat  menerima pasangan apa adanya, sering terjadi   konflik, tidak  puas  atau menghindari  relasi seksual,  tidak erat hubungan dengan keluarga besar, dan kegiatan keagamaan tidak dilakukan secara intens.

BACA JUGA:  Pola Asuh dan Dampaknya Terhadap Anak

Agar pasangan mendapatkan kepuasan  dalam pernikahan, maka beberapa kiat yang dapat dilakukan oleh pasangan isteri dan suami diantaranya : Ciptakan komunikasi bersama pasangan, dengan cara saling bersedia  mendengarkan dengan penuh perhatian, mengungkapkan perasaan dengan jujur, dan menghormati pendapat pasangan;Mampu memahami perasaan dan pengalaman pasangan hal ini akan dapat menciptakan  kedekatan emosional antara pasangan. Cobalah melihat situasi dari sudut pandang pasangan (disini perlu untuk belajar mengendalikan ego masing-masing); Tetap memegang komitmen yang telah disepati bersama pasangan, tetap terbuka, jujur,  konsisten, sehingga rasa  percaya diantara pasangan tetap ada; Jangan biarkan konflik berlarut-larut, segera  diselesaikan secara baik dengan mencari solusi yang menguntungkan kedua pelah pihak.  (*)

BACA JUGA:  Atasan Posesif