Belum Siap Migrasi Digital, TV Lokal di NTB Ancang-ancang Tutup Siaran

MATARAMRADIO.COM, Mataram – Kampanye Pemerintah dan pihak terkait tentang berbagai keunggulan TV digital ternyata belum memberi gambaran pasti bagaimana pelaksanaan dan model bisnisnya bagi eksistensi TV lokal di daerah termasuk Nusa Tenggara Barat.

Jelang pelaksanaan digitalisasi sistem penyiaran, sejumlah pengusaha TV lokal di NTB mengaku belum paham lebih detail bagaimana pola pelaksanaan dan tahapannya. Bahkan sebagian diantaranya mengaku belum begitu yakin dapat mempersiapkan diri menjalani migrasi dari analog ke Digital.
Sebut saja kegalauan yang disuarakan Khairudin M Ali, Direktur Utama Bima TV, TV swasta pertama di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat.

Khairudin M Ali, Direktur Utama Bima TV / foto: istimewa


Menurutnya, sebagai pengelola TV swasta lokal, Bima TV menyambut dengan baik migrasi siaran televisi analog ke digital. “Secara dunia, kita ketinggalan jauh. Ketika saya bertemu dengan anggota FCC (KPI) Amerika di Washington, D.C pada 2007, Amerika sedang siapkan migrasi ke digital pada tahun 2008. Kita ini jauh ketinggalan. Bahkan rasanya ketinggalan jauh dengan sarana siaran berbasis internet,”ulasnya.


Namun demikian, lanjut Khairudin, pihak Bima TV juga menanti dengan perasaan cemas, mengenai biaya sewa multiplexing TV digital.” Kami berharap biaya khusus dan terjangkau khusus untuk TV swasta lokal. Kalau biaya sewa tidak terjangkau, maka dengan berat hati kami akan menutup siaran dan tidak bisa melanjutkan lagi. Kalau di Pulau Sumbawa, saya perkirakan TVRI yang menyiapkan MUX. Di TVRI Bima sudah full siaran digital sejak tahun lalu dengan peralatan yang sudah lengkap,”ungkapnya.

Sebenarnya, lanjut jurnalis senior NTB ini, manajemen Bima TV pernah bersurat ke TVRI meminta untuk dilakukan ujicoba siaran digital bersama. Tetapi pihak TVRI menjawab belum bisa karena peralatan belum diserahkan oleh Menteri Kominfo kepada TVRI.
Kendala yang pasti akan dihadapi adalah penerimaan perangkat televisi analog lama yang harus membeli STB yang harganya masih cukup mahal.
Saat ini, katanya, siaran digital TVRI Bima masih belum bisa diterima oleh masyarakat, apalagi umumnya sudah menggunakan TV kabel tidak berizin.”Terus-terang, kami punya dua pemancar digital. Kami juga sudah ujicoba. Tapi kan kami tidak boleh siaran sendiri, harus gabung ke MUX,”tegasnya lagi.
Ketika ditanyakan berapa sebenarnya sewa ideal bagi pengelola TV swasta lokal untuk bisa mendapatkan kanal digital?
Dengan blak-blakan Khairudin memaparkan kondisi bisnis dan investasi pengelolaan TV swasta di daerah kurang maju di NTB khususnya di Pulau Sumbawa. “Ini kan kita sewa bulanan. Gambaran di kota itu 20-30 juta sebulan. Kalau kami di Pulau Sumbawa, paling maksimum mampu Rp25 juta setahun. Dengan hitungan biaya listrik setahun kami Rp1juta sebulan tidak ada lagi. Biaya ISR juga mungkin hilang Rp13juta,”jelasnya dan mengaku mempersiapkan opsi terburuk beralih ke siaran TV streaming sebagai pengelola konten kreator.”Kami akhirnya terpaksa menggunakan siaran internet saja. Tanpa ada biaya apa-apa lagi kecuali bayar internet. ,”katanya berseloroh.
Kegalauan serupa juga dilontarkan Pengelola TV swasta lokal di Pulau Lombok.”Kita lagi tanya-tanya seperti apa model dan bentuk pelaksanaannya,”kata Kadek, salah seorang Pengelola TV swasta di Lombok Barat.

BACA JUGA:  Momen Seru MXGP Samota 2022, Kepoin Yuk!
Sasak Tulen, salah satu acara TV lokal yang sukses meraih pemirsa dan pengiklan./foto: tangkapan layar LombokTV

Hal senada diungkapkan Lalu Saparudin Aldi, Direktur LPPL SelaparangTV Lombok Timur yang tengah melakukan kajian dan sedang merancang pembentukan Tim Digitalisasi Penyiaran pada lembaga penyiaran publik lokal yang bersiaran dari Kota Selong Lombok Timur ini.
Pihaknya berharap, pemberlakukan digitalisasi penyiaran di daerah dilakukan secara transparan dan profesional serta dijalankan dengan semangat menjaga eksistensi lembaga penyiaran di daerah.”Jangan sampai sudah jatuh tertimpa tangga pula,” ungkapnya.

BACA JUGA:  Muzakir,Umur 21 Tahun Seperti 2 Tahun

Dari data yang dihimpun MATARAMRADIO.COM, sedikitnya terdapat 5 lembaga penyiaran TV swasta yang masih bertahan di NTB di luar TVRI NTB dan LPPL SelaparangTV. Adapun TV swasta tersebut antara lain Lombok TV, TV9, Sasambo TV, Bima TV, Nusa TV dan Lombok Post TV yang belakangan bersiaran melalui TV streaming. Selebihnya adalah TV swasta berjaringan mulai RCTI NTB, I NewsTV Mataram, RTV Mataram, MNCTV Mataram, GlobalTV Mataram,SCTV Mataram,MetroTV NTB, TransTV Mataram, Trans7 Mataram,TVOne Lombok, Indosiar Mataram, dan ANTV Mataram. (EditorMRC)

BACA JUGA:  Korban Tragedi Kanjuruhan Tembus 678 Orang