BB POM Mataram Ungkap Tiga Tantangan Berat Awasi Obat dan Makanan di NTB

Kepala BB POM di Mataram Yosef Dwi Irwan Prakasa mengungkapkan, tiga masalah utama pengawasan obat dan makanan di NTB antara lain, pertama; masih tingginya penyalahgunaan Obat – Obat Tertentu (OOT) Ilegal, seperti Tramadol, Trihexyphenidil dan Dekstromethorpan. “Obat-obatan tersebut dijual secara online dan menarik minat konsumen untuk membelinya,”kata Yosef dalam paparannya pada acara Ngobrol Santai (Ngobras) dan Ngabuburit dengan insan pers di Aula BBPOM Mataram, Kamis (21/03)

Menurut Yosef, Triheksiphenidil, Tramadol dan Dextrometorphan  merupakan tiga jenisa obat-obat tertentu yang kerap dipalsukan dan beredar luas di kalangan masyarakat NTB. Padahal tiga jenis obat itu, bila digunakan berlebih akan berdampak secara fisik, psikis dan sosial.”Sepanjang tahun 2023 lalu, sudah ada 11 perkara OOT illegal yang ditangani PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil,red) BBPOM di Mataram,”ungkapnya.

BACA JUGA:  NTB di Bangun dengan Sosio Kultural

Untuk mencegah peredaran OOT illegal tersebut, lanjut Yosef,  BBPOM Mataram tidak henti-hentinya melakukan eradikasi atau pemusnahan terhadap beredarnya OOT illegal berbasis komunitas dan kemitraan.”Kemitraan kami lakukan dengan jejaring TNI, POLRI, Bea Cukai, Pemda, ASPERINDO, tokoh agama, Gerakan Pramuka, kader desa / posyandu, PKK, sebagai agen cegah tangkal penyalahgunaan obat berbasis komunitas,”ulasnya seraya menambahkan pihaknya juga melaksanakan Pilot project intervensi terpadu bersama stakeholder di wilayah rawan peredaran OOT, berupa: launching program pembangunan komitmen, cegah tangkal melalui KIE, pembangunan komitmen, pembentukan duta sadar obat aman serta law enforcement berupa penindakan terpadu. “Kami juga mengandeng stakeholder untuk penyediaan pelatihan ketrampilan kerja sebagai subtitusi mata pencaharian para pengecer OOT illegal,”cetusnya.

Tingginya Penggunaan Boraks

Yosef menuturkan tantangan terbesar kedua dalam pengawasan obat dan makanan di NTB  adalah masih tingginya penggunaan bahan berbahaya berupa Boraks dalam produk kerupuk nasi atau tempe.

Disebutkan, dari giat rapid test atau uji cepat terhadap 230 sampel makanan berbuka puasa di Mataram dan Pulau Lombok  ditemukan 5 sampel dengan kandungan bahan berbahaya, paling banyak ditemukan kerupuk yang mengandung boraks.”Hasil penelusuran kami menemukan tingginya penggunaan boraks pada produsen kerupuk ini karena lebih banyak akibat selera konsumen, selera pasar. Produsen beralasan, kerupuk yang mereka buat dengan menambahkan boraks lebih disukai pembeli karena citarasanya lebih renyah dan gurih dibandingkan yang tidak memakai boraks,”ulasnya.

BACA JUGA:  Target Event Internasional

Yosef mengakui memang butuh kerja ekstra menyadarkan produsen dan pembeli akan bahaya menggunakan bahan pengawet seperti boraks untuk memproduksi kerupuk.”Sebab efek yang akan ditimbulkan jika terus menerus mengkonsumsi makanan dengan kandungan boraks bisa menyebabkan gangguan fungsi otak, hati, ginjal hingga pencetus terjadinya kanker,”imbuhnya.

Lawan Resistensi Antibiotik

Selain dua tantangan besar tersebut, Yosef juga menyebutkan tantangan ketiga yakni masih tingginya penyerahan antibiotik tanpa resep dokter yang berpotensi terjadinya AMR atau Anti Mikrobial Resistance. “Berdasarkan data pengawasan, lebih dari 80 % sarana apotek di wilayah kerja BBPOM Mataram masih menyerahkan antibiotik tanpa resep dokter,”sayangnya.

BACA JUGA:  Ribuan Butir Obat 'Haram' Disita BB POM Mataram

Untuk mengantisipasi masih tingginya kasus penyerahan antibiotik tanpa resep dokter tersebut, jelas Yosef, BB POM Mataram menggalakkan gerakan Lawan Resistensi Antimikroba ABC + 4T.

Adapun 4T yang dimaksud, lanjut Yosef,  yakni tidak membeli antimikroba tanpa resep dokter; teruskan pengobatan dengan menggunakan antimikroba yang diresepkan dokter walaupun kondisi sudah membaik; tidak membuang antimikroba rusak atau sisa secara sembarangan sehingga dimanfaatkan orang lain karena dapat mencemari lingkungan atau mempengaruhi mikroba di lingkungan sekitar.”Yang terakhir, segera laporkan jika ada toko obat atau apotik dan sarana lainnya yang menjual obat antibiotik atau antimikroba tanpa resep dokter,”pintanya.

Acara Ngobral dan Ngabuburit BBPOM Mataram berlangsung atraktif dan diawali dengan penandatanganan bersama komitmen anti penyuapan keluarga besar BBPOM Mataram dengan tidak kurang dari 40 jurnalis media massa di Mataram. “Inilah wujud komitmen kita bersama untuk mewujudkan layanan BBPOM Mataram sesuai visi dan misi besarnya Obat dan Makanan Bermutu, aman dan berdaya saing untuk Indonesia maju,”pungkas Yosef. (editorMRC)