Penulis : Dedi Suhadi (Bagian 1 dari 4 Tulisan)

Arya Sudarsana lebih populer sebagai Arya Banjar Getas, tokoh satu ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah Lombok. Kehadirannya di abad XVI atau masa perkembangan islam memberi warna bagi kehidupan masyarakat Lombok. Sayangnya, tidak banyak peninggalan sejarah yang bisa ditelusuri baik berupa bekas kerajaannya atau bentuk peninggalan lainnya.

Asal Usul Arya Banjar Getas

Dalam babad Arya Gajah Para disebutkan Arya Getas adalah keturunan kelima dari Sri kameswara, ayah Sri Tunggul Ametung.  Bila dirunut, Sri Kameswara berputra Sri Kerta Dharma, Sri Tunggul Ametung, Dewi Ghori Puspa dan Sri Airlangga. Sri Airlangga berputra Sri Jayabaya dan Sri jayabasha. Sri Jayabaya berputra Sri Dandang Gendis, Sri Jayakatong dan Sri Jayakatha. Sri Jayakatha berputra Arya Wayahan Dalem Menyeneng, Arya Katnagaran dan Arya Nudhata. Keturunan inilah yang menurunkan Arya Para dan Arya Getas.

BACA JUGA:  Polong Renten: Perisai Kebhinekaan Lombok Utara

Disebutkan,  setelah Arya Para pulang dari Jawa, ia menetap di  Bali hingga memiliki tiga orang keturunan. Kemudian Raja Gelgel, memerintahkan Arya Getas menyerang Selaparang.

AA Ketut Agung dalam tulisannya yang didasarkan pada cerita lisan menyebutkan, “…treh dari Arya Gajah Para di Bali. Keberadaanya di Lombok ialah menjadi telik tanem (mata-mata) raja Bali  (Dalem) Gelgel untuk mengetahui keadaan dan perkembangan di Lombok”. 

BACA JUGA:  Memburu Arya Banjar Getas dan Kemelut Pejanggik
Menteri Besar Lombok ABad 18

Cerita lain menyebutkan, sekitar abad 14, pada masa pemerintahan raja Hayam Wuruk di Majapahit diadakan pertemuan raja-raja se nusantara. Saat itu, raja Hayam Wuruk memberikan hadiah 40 orang pekadan (orang biasa) yang beragama islam kepada raja Gelgel. Oleh raja, ke 40 pekadan ini ditempatkan di Gelgel. Apakah Arya Getas salah satu dari 40 pekadan tersebut?  

Mengenai asal Arya Banjar Getas, Drs H Lalu Muhammad Azhar SH Msi dalam Arya Banjar Getas menyatakan, Arya Sudarsana berasal dari Wanasaba Perigi – Selaparang. Hal ini sesuai pengakuan Arya Sudarsana ketika menghadap raja Pejanggik sebagaimana termaktub dalam Babad Selaparang pupuh 115. “Haduh Gusti, kula hiki wong kasiyani, kasore perang tanpa dosa, kula hiki saking desa perigi, haran Sudarsana.”

“Duhai Gusti (Raja), hamba ini sedang sengsara, kalah diperangi tanpa bersalah, hamba berasal dari Perigi bernama Sudarsana.”

Mengenai Arya Getas yang menjadi telik sandi kerajaan Gelgel, Azhar kembali tidak sependapat. Hal ini dikaitkan dengan terjadinya perang antara kerajaan Selaparang dan kerajan Gelgel pada 1677-1678. Dimana, pasukan Selarapang dalam mempertahankan wilayahnya dipimpin oleh R Abdi Wirasanta, R Kawisanir Kusing, Arya Busing, Rangga Mumbul termasuk Arya Sudarsana.

BACA JUGA:  Guru Sekolah Tionghoa Pertama di Ampenan

Soal Arya Sudarsana berasal dari Majapahit, Lalu Azhar mempertanyakan keterpautan tahunnya. Majapahit runtuh pada 1400 caka atau 1478 sedang Arya Sudarsana berkiprah di Lombok sekitar 1675.  (Bersambung)

Penulis adalah Wartawan Senior, tinggal di Ranjok Gunungsari, Lombok Barat.