Bakti stunting Turunkan Angka Stunting di NTB

Sebelum adanya giat bakti stunting, jelas Makripuddin berdasarkan hasil survei status gizi indonesia (SSGI), prevalensi stunting di NTB pada 2021 sebesar 31,2 persen.

Dan ketika mulai ada giat penanganan stunting ternyata angka prevalensi stunting di NTB mengalami kenaikan 1,3 persen sehingga angka prevalensi stunting di NTB pada 2022 menjadi 32,7 persen.

BACA JUGA:  Gelar Seminar UKM dengan Protokol Kesehatan, Wagub Apresiasi ICSB NTB


Namun, dengan semakin masifnya giat bakti stunting yang dilakukan BKKBN NTB bersama pemerintah propinsi NTB, Makripuddin yakin akan ada penurunan angka prevalensi stunting di 2023 walau hasil survey belum diumumkan.


“Kami yakin akan ada penurunan angka prevalensi stunting di NTB. Kami yakin ada di angka sekitar 20 persen,” katanya.


Keyakinan Makripuddin didasarkan data E- PPGBM NTB pada 2023 yang mencapai 13,4 persen.
Belum lagi giat-giat bakti stunting yang secara masif terus diakukan oleh BKKBN bersama pemerintah Provinsi NTB.

BACA JUGA:  Tuntaskan Stunting, Pemkab Lombok Timur Luncurkan Aplikasi BAKSO dan KERIS


Walau begitu, Makripuddin mengakui masih ada pekerjaan rumah (PR ) cukup besar dalam menurunkan angka stunting seiring masih tingginya angka pernikahan usia muda. “Ini yang masih menjadi PR,” katanya.


Sementara Kepala Dinas Kesehatan NTB, Lalu Hamzi Fikri mengakui dalam giat bakti stunting keterlibatan OPD lingkup pemerintah provinsi NTB dan pihak swasta lewat dana CSR sangat membantu dalam penurunan angka stunting.

BACA JUGA:  Walikota Mohan: Ingat Isra Mi'raj, Jangan Berbuat Maksiat


“Selain itu, ada anggaran dari pusat yang dikhususkan untuk penurunan kasus stunting sekitar Rp 45 miliar, ” katanya.


Dana alokasi Khusus tersebut, menurut Lalu Hamzi Fikri sepenuhnya dimanfaatkan untuk penanganan penurunan stunting.


“Dananya sudah digunakan untuk program yang sudah dan sedang berjalan di 2023 ini,” katanya. (MRC03)