Drs.H.M. Juaini Taofik, M.AP: Pemerataan Ekonomi Lombok Timur Tahun 2022 Tertinggi di NTB  

  

Pembangunan ekonomi tidak hanya menyangkut aspek pertumbuhan, tetapi juga pemerataan. Pemerataan ekonomi diukur dengan Gini Rasio atau Indeks Gini. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai bagaimana pemerataan ekonomi di Kabupaten Lombok Timur pada tahun 2022.

MATARAMRADIO.COM melakukan wawancara eksklusif pada Kamis (15/03/2023) dengan Sekretaris Daerah Lombok Timur, Drs.H.M. Juaini Taofik, M.AP yang akrab disapa Kak Ofik. Berikut petikannya.

Mengapa pemerataan ekonomi itu penting ?     

       Dalam pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi (“growth”) diharapkan dapat dinikmati oleh penduduk lapisan terbawah melalui mekanisme “trickle down effect”, sehingga  tercipta pemerataan ekonomi. Menurut Bank Dunia pada tahun 1970-an persoalannya yang terjadi bukan pemerataan, justru sebaliknya yakni ketimpangan ekonomi dimana sebesar 75 persen pertumbuhan ekonomi dunia hanya dinikmati oleh 40 persen penduduk berpenghasilan tertinggi dan hanya 12 persen dari pertumbuhan ekonomi tersebut yang dinikmati oleh 40 persen penduduk berpenghasilan terbawah. Oleh karena itu, kemudian Bank Dunia memperkenalkan pendekatan pertumbuhan dan sekaligus pula pemerataan yang dikenal dengan “redistribution with growth”.                                             

BACA JUGA:  Keluarga Besar Pedangdut Eva LIDA Minta Maaf

Apakah konsep pemerataan ekonomi tersebut hingga kini masih relevan?       

       Hingga kini, perekonomian dunia masih dihadapkan pada persoalan ketimpangan. Ketimpangan itu antara lain ditunjukkan oleh Stiglitz pada tahun 2012 dalam karyanya “Price of Inequality” yang menyatakan bahwa pada tahun 2007 di Amerika Serikat sebesar 0,1 persen penduduk berpenghasilan tertinggi memiliki penghasilan 220 kali lebih besar dari 90 persen penduduk berpenghasilan terbawah. Stiglitz adalah peraih nobel ekonomi pada tahun 2001. Oleh karena itu, konsep pemerataan tersebut hingga kini masih relevan. Pemerataan itu akan terwujud ketika berkurangnya ketimpangan dan berkurangnya ketimpangan ini menjadi tujuan ke-10  “Sustainable Development Goals” (SDGs) 2030.          

Bagaimana cara mengukur pemerataan ekonomi itu?

       Pemeratan ekonomi dapat diukur dengan beberapa cara, yaitu Rasio Dispersi Desil, Indeks Theil, Indeks Atkinson, Indeks Williamson, Indeks Palma, dan Gini Rasio. Namun cara yang paling banyak digunakan adalah Gini Rasio atau Indeks Gini.

Mohon dijelaskan mengenai Gini Rasio tersebut?

       Disebut Gini Rasio karena pertama kali dikembangkan oleh Corrado Gini, ahli statistik Italia pada tahun 1912 dalam karyanya “Variability and Mutability”. Nilai Gini Rasio atau Indeks Gini berkisar antara 0 (nol) dan 1 (satu). Perekonomian dinyatakan makin merata jika nilai Gini Rasio makin mengalami penurunan mendekati 0. Demikian sebaliknya, perekonomian dinyatakan makin tidak merata atau makin timpang jika nilai Gini Rasio makin meningkat mendekati 1. Ketika nilai Gini Rasio sama dengan 0, maka terjadi pemerataan ekonomi sempurna artinya setiap orang memiliki pendapatan yang sama. Disisi lain, pada nilai Gini Rasio sama dengan 1 terjadi ketimpangan ekonomi sempurna artinya pendapatan hanya dinikmati oleh satu orang atau kelompok saja.

Bagaimana dengan nilai Gini  Rasio Lombok Timur?             

Berdasarkan data BPS NTB (2022) bahwa nilai Gini Rasio Lombok Timur pada tahun 2020 sebesar 0,364 atau berada pada peringkat 6 (enam) dari 10 kabupaten/kota di NTB. Kemudian pada tahun 2021 nilai Gini Rasio Lombok Timur turun menjadi 0,280 dan turun lagi mencapai 0,274 pada tahun 2022. Nilai Gini Rasio tersebut menempatkan pemerataan ekonomi Lombok Timur pada tahun 2021 dan 2022 berada pada peringkat 1 (pertama) dari 10 kabupaten/kota di NTB. Dengan perkataan lain, penurunan nilai Gini Rasio tersebut menggambarakan bahwa perekonomian Lombok Timur baik pada tahun 2021 maupun 2022 makin merata dimana pemerataan ekonomi Lombok Timur pada tahun 2021 dan 2022 adalah tertinggi di NTB.    (*)                          

BACA JUGA:  Lombok Timur Siaga Korona: 18 Orang Terpantau, Satu Diisolasi