MATARAMRADIO.COM – Tidak sulit menemukan tempat mangkal yang satu ini. Menempati ruko dua lantai dengan desain interior khas, membuatnya berbeda dengan yang lain. Namanya Kedai Kuning, beralamat di Jalan Airlangga No. 17 A Gomong Mataram. Kedai ini buka mulai Pkl.09.00 Pagi hingga 10.00 Malam.
Untuk anda yang ingin menikmati cita rasa menu, makanan dan
minuman khas, silakan datang ke Kedai Kuning. Pramusaji yang cantik dan ramah
akan segera menyapa anda dan menawarkan daftar menu yang bisa anda pilih sesuka
hati.”Kami punya beberapa menu andalan,”kata Luke Man, pemilik Kedai Kuning
Gomong.
Menu andalan yang dimaksud berupa menu bikin baper alias bawa perasaan atau bikin hati adem dan minuman khas diantaranya Milkshake, Banana MilkShake, Kopi Tepal Sumbawa dan Arabika Sembalun.”Makanan andalan di Kedai Kuning adalah Ayam Geprek Bledoz,ayam lalapan, nasi goreng ayam, kentang goreng dan lain-lain,”sebutnya seraya menambahkan, Kedai Kuning dilengkapi juga dengan sarana wifi gratis, karaoke gratis, nonton bareng MotoGP, Bola dan Game Online.
Belum lama buka, Kedai Kuning ternyata sudah mulai menarik
minat pengunjung, kawula muda dan eksekutif muda Kota Mataram. Selain digunakan untuk ajang media gathering,
Kedai Kuning juga jadi ajang reuni komunitas seperti yang diadakan oleh Tenda
Siar 2020, sebuah komunitas para profesional dan praktisi media siaran.”Ya ada
rencana Komunitas Tenda Siar mau bikin acara juga disini,”katanya.
Adapun di bulan
Februari ini, Kedai Kuning, jelas Luke, menyiapkan program spesial yang disebut
promo februari spesial bersama cinta di Kedai Kuning. “Kita bikin acara makan
bersama pasangan dapat diskon spesial seberat badan pasangan,”ujarnya. Oya,
Kedai Kuning juga menerima pesanan catering dan kegiatan ulang tahun lho.
Jadi, tunggu apalagi. Silakan nikmati sejuta sensasi penuh cinta bersama pasangan terkasih di Kedai Kuning. Bakal ketagihan dah!”Kita juga melayani pesan online melalui aplikasi GO FOOD,”pungkas Luke yang pernah mengenyam pendidikan bisnis di Sidney Australia ini. (Tim MRC)
Bagian terakhir dari 4 Tulisan Prahara Kedatuan Lombok Dalam Bingkai Sejarah
Setelah menaklukan Pejanggik, tahun 1723 pasukan gabungan ABG dan Karang
Asem menyerang Selaparang takluk pada 1725.
Sesudah menaklukan Selaparang, ABG dengan anak Agung Ngurah
Karang Asem membuat kesepakatan. Dalam kesepakatan itu, wilayah Timur Juring diserahkan ke ABG dan
wilayah Barat Juring menjadi kekuasaan Anak Agung. Kesepakatn ini dikenal
dengan Perjanjian Timur dan Barat Juring dengan batas Sungai Pandan, Sweta penanteng
Aik, Pelambik, Ranggagata dan Belongas.
Setelah pembagian wilayah, ABG kembali ke Memelaq, melakukan
konsolidasi dengan para penguasa bekas wilayah kerajaan pejanggik. Atas
kepiawaiannya, ABG mendapat dukungan dari kerajaan-kerajaan kecil dan dan membangun kerajaan di Memelaq. Kerajaan
yang dibangun ABG dikenal dengan nama kerajaan Memelaq. Belakangan, kerajaan
Memelaq lebih dikenal dengan kerajaan Arya Banjar Getas.
Selama membangun kerajaan, ABG I (1725 -1740) tidak sepi dari
pemberontakan seperti pemberontakan Datu Bayan, Datu Kedinding dan lainnya.
Banyaknya pemberontakan mengakibatkan pembangungan yang dilaksanakan ABG tidak berjalan dengan baik. Namun demikian, ia berhasil menanamkan nilai-nilai yang berpedoman pada agama islam sehingga hidup rakyat dibawah panji Arya Banjar Getas lebih islami.
Sebelum wafatnya pada 1742, ABG I menitipkan pesan kepada
penerusnya Raden Ronton (ABG II) agar membangun kerajaannya berdasarkan syariat
Islam. Demi lebih tertatanya kerajaan, ABG I pun meminta Raden Ronton
memindahlah pusat kerajaan ke tempat
yang lebih strategis.
Raden Ronton (ABG II) yang menggantikan ayahnya pada 1740,
memenuhi wasiat ayahnya dengan memindahkan pusat kerajaan ke hutan Berora (Praya).
Setelah dua tahun, pada 1742 istana yang dibangun Raden Ronton di hutan Berora selesai.
Pada tahun yang sama, ABG II memindahkan pusat kerajaannya ke Praya.
Walau pusat kerajaan sudah pindah ke Praya, kerajaan Banjar
Getas tidak sepi dari pemberontakan. Hingga akhir masa pemerintahan ABG II yakni pada 1764, kerajaan selalui diwarnai pemberontakan.
Pada 1764, ABG II digantikan RadenLombok (ABG III). Di masa
pemerintah ABG III, keamanan wilayah kerajaan Arya Banjar Getas tidak lepas
dari peperangan hingga mengganggu kedaulatan kerajaan. Beberapa wilayah di
timur juring mulai lepas dan menjadi wilayah kerajaan Singasari.
Deneq Bangli naik
tahta sebagai ABG IV menggantikan ABG III. Lagi-lagi, kekuasaan ABG IV tidak
lepas dari gangguan keamanan dan kaburnya batas-batas wilayah sesuai perjanjian
Timur dan Barat Juring.
Bahkan pada masa ABG IV ini timbul pemberontakan Demung Selaparang.
Walau pemberontakan Demung Selaparang berhasil dipadamkan, namun wilayah
kerajaan ABG semakin banyak yang berpindah ke kekuasaan Singasari.
Pada 1784 Raden Mumbul naik tahta dan menjadi ABG V. Kondisi
kerajaan makin memprihatinkan ditambah meletusnya Gunung Rinjani pada 1817.
Kondisi ini semakin menyulitkan rakyat kerajaan Aya Banjar Getas.
Sepeninggal Raden Mumbul, roda pemerintahan kerajaan Arya Banjar Getas dikendalikan Raden
Wiratmaja (ABG VI) 1818 -1836.
Pada 1826, kerajaan Purwa (Sakra) menyerang kerajaan
Singosari. ABG VI memberikan bantuan penuh kepada kerajaan Purwa.
Begitupun ketika Mataram menyerang Singasari pada 1838. Praya memberikan bantuan hingga
Mataram memperoleh kemenganan atas Singosari.
Selanjutnya, Raden Wiracandra naik tahta pada 1839 hingga 1841 dengan gelar ABG VII. Pada
masa ABG VII inilah terjadi congah (Perang) Praya I.
Adapun sebab-sebab terjadinya perang Praya menurut catatan
diantaranya penguasa Bali mulai dari Singasari hingga Mataram mengingkari
perjanjian timur dan barat Juring. Akibatnya, wilayah kekuasaan kerajaan Arya
Banjar Getas semakin berkurang. Disamping adanya fitnah yang menyebutkan Praya
(Raden Wiracandra) akan melakukan
serangan ke Mataram.
Setelah terjadi beberapa kali peperangan antara Praya dengan
Mataram yang dibantu para sekutunya, pada pertempuran besar di tahun 1841
Raden Wiracandra (ABG VII) berhasil dibunuh. Kematian Raden Wirancandra
memadamkan congah Praya.
Berakhirnya perang Praya menandai akhir kerajaan Arya Banjar Getas. Walau Praya masih dipimpin oleh keturunan ABG namun menjadi bawahan kerajaan Mataram. (Tamat)
Penulis adalah wartawan senior, tinggal di Ranjok Gunungsari, Lombok Barat
MATARAMRADIO.COM – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartato
menjelaskan, kebutuhan pembiayaan peta desa memerlukan anggaran Rp 25 – Rp 30
juta per desa. Sebab itu
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengintruksikan untuk menggunakan dana anggaran
desa yang akan dikelola oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani.
“Kemendagri sampaikan, dan
Kementerian ATR bahwa kebutuhan untuk pembiayaan peta desa ini 25-30 juta. Pak
Presiden arahkan agar Kemenkeu atur alokasi untuk peta ini dari dana desa,” kata
Airlangga usai menggelar rapat terbatas terkait kebijakan satu peta di Kantor
Presiden, Jakarta Pusat, Kamis (6/2/2020).
Airlangga juga menjelaskan, Presiden
ingin masalah tumpang tindih harus memikirkan hak-hak masyarakat. Nantinya kata
dia, Perpres akan dicantumkan terkait penyelesaian masalah tumpang tindih serta
pemanfaataan lahan.
“Baik itu di hutan, baik hak
atas tanah yang ditunggu hingga masa waktu habis, perpanjangan hak atas tanah,
pencabutan izin dengan pergantian yang layak,” ungkap Airlangga.
Diketahui Presiden Joko Widodo atau
Jokowi menjelaskan tim kebijakan satu peta berhasil mengkelompokan 84 peta.
“Tim percepatan kebijakan satu
peta ini telah berhasil mengkompilasi 84 peta tematik dari target 85 peta
tematik. Jadi 84 dari 85 peta tematik yang telah berhasil dikompilasi,”
kata Jokowi.
Dia menjelaskan satu peta yang belum
selesai yaitu terkait dengan batas administrasi desa atau kelurahan akan
ditargetkan pada akhir 2020. Lalu setelah 85 tematik selesai, nantinya
pemerintah akan fokus mengindetifikasi dan menyelesaikan masalah tumpang tindih
antar informasi geospasial tematik.
“Kita ditargetkan pada Desember
2020,” ungkap Jokowi.
Kemudian dia menjelaskan dari hasil
identifikasi sinkronisasi masalah tumpang tindih lahan terdapat 77,3 juta
hektare atau 40,6 persen dari luar wilayah Indonesia. Hal tersebut kata
Presiden Joko Widodo harus diselesaikan dan berikan kepastian.
“Kita berusaha di negara kita
karena itu saya minta hal ini juga segera diselesaikan,” kata Jokowi.
Dia menegaskan gunakan peta
indikatif tumpang tindih informasi geospasil tematik sebagai peta kerja. Hal
tersebut kata dia untuk menyelesaikan masalah tumpang tindih pemanfaatan lahan.
“Jika diperlukan payung hukum untuk penyelesaian tumpang tindih antara informasi ke geospasial tematik ini juga agar segera disiapkan,” ungkap Jokowi,”imbuhnya (Tim MRC/dari berbagai sumber)
MATARAMRADIO.COM – Tanah Air kembali kehilangan salah satu tokoh nasional. Menteri Keuangan era Orde Baru, Johannes Baptista Sumarlin (JB Sumarlin), dilaporkan meninggal dunia pada Kamis (6/2) hari ini.
Menurut Pelaksana Tugas Kepala Biro
Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Nufransa Wira Sakti,
mendiang Sumarlin meninggal sekitar pukul 14.00 WIB di rumah sakit Carolus,
Salemba. “Betul beliau meninggal sekitar pukul 14.00 tadi,” tutur
Nufransa sebagaimana dikutip CNN Indonesia pada Kamis (6/2).
Pihak
keluarga Sumarlin sendiri telah mengonfirmasi kabar duka tersebut. “Telah
berpulang ke rumah Bapa di Surga, Ayah / Eyang / Saudara kami Prof Dr JB
Sumarlin, pada hari Kamis, 6 Februari 2020, Pukul 14:15 di RS Carolus,
Jakarta,” demikian keterangan dari keluarga Sumarlin.
Berdasarkan
keterangan keluarga, mendiang akan disemayamkan di rumah duka MRCC Siloam
Semanggi. Setelah itu, mendiang Sumarlin akan dikebumikan pada Senin (10/2)
pekan depan.
“Jenazah
akan disemayamkan di rumah duka MRCC Siloam Semanggi, lantai 36 – pada pukul
18:00. Rencana akan dimakamkan di San Diego Hills lada hari Senin, 10 Feb
2020,” lanjut keterangan tersebut. “Mohon dimaafkan semua
kesalahannya-kesalaahn selama hidupnya. Kami yang berduka, keluarga besar JB
Sumarlin.”
Wafat
di usia 87 tahun, Sumarlin sempat memegang sejumlah jabatan penting semasa
hidupnya. Diketahui, ia menjabat sebagai Menteri Keuangan era Presiden Soeharto pada
1988-1993.
Sumarlin
juga pernah menjabat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas). Selain itu, ia juga pernah ditunjuk menjadi Menteri Negara
Penertiban Aparatur Negara Indonesia.
Selama menjabat sebagai Menkeu, Sumarlin diganjar sejumlah penghargaan. Di antaranya adalah Menteri Keuangan terbaik tahun 1989 oleh Euromoney dan tahun 1990 oleh majalah Asia, lalu penghargaan Bintang Mahaputra Adiprana III pada tahun 1973. Tak hanya itu, Sumarlin juga pernah meraih Bintang Grootkruis in de Orde van Leopold II dari pemerintah Belgia pada tahun 1975. (Tim MRC/CNNIndonesia)
MATARAMRADIO.COM – Wabah virus Corona masih menjadi pembahasan panas di berbagai belahan dunia. Pasalnya virus itu diketahui menginfeksi lebih dari 28 ribu orang di seluruh penjuru dunia dan menyebabkan 565 diantaranya meninggal dunia.
Situasi semakin berbahaya lantaran virus itu
bisa menempel di paru-paru dan menyebabkan beragam komplikasi. Namun rupanya
situasi berbahaya ini bisa ditangkal dengan jamu sederhana.
Informasi berfaedah
ini disampaikan oleh Guru Besar Biologi Molekuler Universitas Airlangga,
Chaerul Anwar Nidom. Chaerul menyebutkan setidaknya tiga bahan sederhana yang
dapat bermanfaat untuk menangkal serangan virus tersebut.
“Jadi sebetulnya
untuk menghadapi saat ini (virus Corona) yang sederhana untuk menekan badai
sitokin ada yang namanya kurkumin itu,” kata Chaerul sebagaimana
dikutip detik.com pada Kamis (6/2). “Terdapat pada
jahe, kunyit, temulawak yang buat bumbu masak dan minuman segar itu yang bisa
menghambat badai sitokin.”
Badai sitokin
sendiri, imbuh Chaerul, merupakan kondisi ketika paru-paru berusaha melawan
patogen yang menempel di organnya. “Itu yang menyebabkan seseorang jadi
fatal karena paru-parunya diserang begitu hebatnya bersama sitokin,”
terangnya, dilansir dari Detik News.
Kendati demikian,
Chaerul menyarankan agar masyarakat tak terlalu berlarut-larut dalam
kekhawatiran. Ia juga mengusulkan agar holding BUMN bidang farmasi bisa mulai
mempersiapkan penangkal virus Corona dalam skala yang lebih besar.
“Bisa dipikirkan
vaksin general yang bisa menangkal awal dari satu penyakit, ini bisa diberikan
kepada tentara dan masyarakat yang di daerah tidak terjangkau,” tuturnya.
“Itu kita percayakan kepada Biofarma yang sudah jadi holding
company.”
“Jadi dirancang
untuk seluruh komponen intelektual di seluruh Indonesia,” imbuhnya.
“Rancangan vaksin apa, blocker apa.”
Rencana holding BUMN
bidang farmasi ini sudah dieksekusi oleh pemerintah. Melibatkan tiga
perusahaan, yakni Biofarma sebagai induk holding yang berkolaborasi dengan PT
Kimia Farma Tbk., dan PT Indonesia Farma (Indofarma) Tbk.
“Pak Erick mendorong Bio Farma dan kawan-kawan untuk mencarikan atau melakukan riset secepatnya untuk (ciptakan) vaksin,” kata Staf Khusus Kementerian BUMN, Arya Sinulingga di Jakarta, Selasa (4/2). “Mana tahu kita punya tumbuh-tumbuhan yang bisa dipakai untuk melawan ini (Virus Corona).”katanya. (Tim MRC/dari berbagai sumber)
Bagian 3 dari 4 Tulisan Prahara Kedatuan Lombok Dalam Bingkai Sejarah
Perburuan
terhadap Arya Sudarsana terus dilakukan oleh pasukan Selaparang dan sekutunya.
Mereka menyebar telik sandi ke berbagai wilayah yang dicurigai termasuk ke
Pejanggik. Akhirnya, seorang telik sandi menerima kabar kalau Arya Sudarsana
ada di Pejanggik. Informasi itu dilanjutkan secara berjenjang hingga sampai ke
Selaparang.
Selang
beberapa waktu, pasukan Selaparang dipimpin Dipati Ranggabaya menuju Pejanggik
membawa surat Raja Selaparang, Pemban Kertabhumi.
Pertemuan
utusan Selaparang dengan Pemban Pejanggik, Mraja Kesuma berlangsung di
bencingah purnang. Namun, pertemuan itu tidak membuahkan hasil. Raja Pejanggik
tetap pada keputusannya melindungi Arya Sudarsana. Akhirnya, Dipati Ranggabaya
pulang ke Selaparang dengan tangan hampa. Kondisi ini menimbulkan keretakan
hubungan antara Selaparang dengan Pejanggik.
Arya Sudarsana yang mendapat perlindungan
dari Raja Pejanggik, semakin akrab. Keakraban ini menimbulkan bisik-bisik di
kalangan istana. Bahkan Arya Sudarsana atau Arya Banjar mendapat tambahan nama Getas karena telah berpindah
(beralih).
Ini terlihat dalam Babad Selaparang Pupuh 156, “Tegesing Getas sampun krusakin, tegesing Banjar akediq leretannya pan dados lurah hing desa alit, semangkanepun Arya Sudarsana dukring mangkin namane Arya Banjar Getas, kewastra hing sedaya iku, pan kesiaran dining Nalendra, kewarnaha permadi Menteri Besar Kerajaan Selaparang tahun 1865 seribupati, rangga, pepatih lan demung-demang”.
Pemban Pejanggik pada 1718 mengangkat Arya Banjar Getas sebagai patih Pejanggik. Dengan kekuasaanya, Arya Banjar Getas menjalankan politik Rerepeq
(menjatuhkan / merubuhkan= menaklukan ) kerajaan-kerajaan kecil di sekitar
Pejanggik dan Pejanggik tumbuh menjadi
kerajaan besar.
Sayangnya, besarnya wilayah Pejanggik dibayangi kecemburuan sosial di kalangan istana. Rangga Tapon, PatBale Belek Pejanggik, ih Pejanggik merasa diabaikan oleh rajanya. Sehingga ia tidak lagi menghadiri pertemuan istana. Hal ini menimbulkan pertanyaan di hati Pemban Pejanggiq.
Raja
Pejanggik memerintahkan Bapen Punyut menanyakan kenapa Patih Rangga Tapon tidak
menghadap ke istana. Atas pertanyaan itu, raja mendapat jawaban seperti
tertuang dalam Babad Selaparang pupuh 164. “…..Wong Tapon tan ayun malih,
hanangkil maring sang raja, mapan sang prabu nora tindih, pemadi kang pedek
dadi tebih, punika harana katingsun, wani lengga neng sira, semangkana ucapan
ning tulis, serat dadi tinampan seraka mantuka” . “..Orang Tapon tak sudi
menghadap lagi kepada raja, karena prabu Mraja tidak konsekuen. Abdinya yang
setia mati-matian jadi tersingkirkan. Itulah sebabnya sampai berani membantah,
tak taat pada perintah.”
Setalah
membaca surat dari patih Tapon, raja Pejanggik tersinggung. Ia memerintahkan
untuk menyerang Tapon dan Arya Banjar Getas (ABG) menerima perintah itu.
Sesampai
di Tapon, untuk menghindari korban tidak bersalah, ABG menemui Rangga Tapon dan
terjadi perang tanding. Rangga Tapon berhasil dikalahkan dan berjanji akan kembali
mengabdi ke Pejanggik.
Namun,
era kebesaran Pejanggik diwarnai konflik antara ABG dengan Pemban Pejanggik.
Lalu Lukman menulis, konflik diawali perilaku raja yang tidak senonoh. Raja
yang tergila-gila kepada istri ABG, Lala Junti mencoba menodainya ketika ABG
sedang menjalankan tugas ke Bali. Hal ini menimbulkan kemarahan ABG dan
akhirnya memberontak kepada Pejanggik pada 1692.
Kewalahan
menghadapi pasukan Pejanggik, ABG melarikan diri meminta Bantuan kerajaan
Karang Asem Bali.
Sedang
Lalu Azhar menyebut, kepergian ABG ke Karang Asem akibat konflik keluarga. Di
Karang Asem, ABG bertemu I Gusti Bagus Alit dan mengajaknya bertemu raja Karang
Asem, Anak Agung Ngurah Karang Asem.
Di
Karang Asem, ABG mendapat penawaran bantuan pasukan jika ia akan menyerang
Selaparang namun terlebih dahulu harus menyerang Pejanggik. Setelah ada
kesepakatan, ABG pulang ke Memelaq
sambil menunggu pasukan dari Karang Asem.
Pada 1721, pasukan kerajaan Karang Asem tiba di Ampenan. Sesampainya di Ampenan, pasukan Karang Asem bergerak ke Memelaq bergabung dengan pasukan ABG. Setelah persiapan matang, pasukan gabungan melakukan penyerangan ke Pejanggik. Peperangan terjadi beberapa kali hingga Pejanggik dapat ditaklukan pada 1722. (Bersambung)
Penulis adalah Wartawan Senior, tinggal di Ranjok,Gunungsari Lombok Barat.
MATARAMRADIO.COM – Baru sekali menggoreng, minyak sudah keruh dan menghitam? Duh, bikin tampilan gorengan jadi terlihat kotor dan enggak cantik.
Kualitas minyak goreng itu sendiri sangat mempengaruhi warnanya. Ada minyak goreng yang baru menghitam setelah dipakai 2-3 menggoreng. Namun, tak sedikit minyak goreng jadi keruh meskipun baru sekali pakai.
Hal itu bisa dipengaruhi oleh cara menggoreng yang salah. Menggoreng adonan tepung pada minyak yang belum panas, biasanya akan membuatnya jadi lebih cepat keruh. Pastikan untuk menunggu minyak cukup panas sebelum memasukkan makanan yang akan digoreng.
Untuk mengurangi risiko minyak goreng jadi cepat keruh, anda juga perlu mempertimbangkan pemilihan minyak goreng yang tepat untuk digunakan menggoreng, Bun.
“Mungkin banyak yang tergoda menggunakan extra virgin olive oil. Tetapi, dengan titik asap yang rendah dan rasa yang khas, minyak tersebut bukanlah pilihan terbaik. Sebaliknya, menggunakan minyak nabati yang memiliki titik asap tinggi, rasa netral dan super ekonomis dapat menjadi pilihan dimana juga dapat membantu makanan lebih bersinar,” ujar Chris Sell, frying expert, seperti dikutip dari Today.
Satu hal yang tak boleh diabaikan adalah cara menyimpan minyak goreng bekas pakai. Kalau sekiranya minyak masih layak pakai, anda bisa menyimpannya dalam wadah bersih.
Melansir Leaf.tv, kita dapat membiarkan minyak mendingin hingga suhu kamar setelah digunakan. Kemudian, lapisi saringan dengan kain tipis. Gunakan memisahkan minyak dari partikel kecil makanan, remah-remah, serta kotoran. Proses ini pun aman diulangi setelah tiga atau empat kali proses penggorengan, tanpa membuat tampilan minyak semakin keruh.
Jika makanan beraroma kuat meresap dalam minyak, Bunda dapat menggoreng beberapa potong kentang mentah, atau buah jeruk di dalamnya sebelum disaring untuk menghilangkan bekas rasa yang menempel di minyak. Selain membuat minyak terbebas dari rasa makanan sebelumnya, minyak goreng pun jadi awet jernihnya saat dipanaskan kembali,
MATARAMRADIO.COM
– Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.
KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah dikabarkan meninggal dunia, Minggu malam
(2/2/20). Kabar duka ini disampaikan putra Gus Sholah, Ipang Wahid.
“Gus Sholah baru saja wafat, pada
pukul 20.55. Mohon dimaafkan seluruh kesalahan. Allahummaghfirlahu warhamhu
wa’afihi wa’fuanhu,” tulis Ipang Wahid melalui akun Twitternya, Minggu malam 2
Februari 2020.
Gus Solah lahir di Jombang, Jawa
Timur, pada 11 September 1942. Ia merupakan adik kandung Presiden ke-4 RI
Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Gus Sholah meninggalkan seorang istri dan tiga
orang anak.
Salahuddin Wahid dikenal sebagai
pengasuh di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Gus Sholah
menempuh bangku pendidikan tinggi Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk
jurusan Arsitektur.
Ia juga memiliki rekam jejak panjang
di organisasi. Perjalanan Gus Sholah di organisasi di antaranya yakni PMII Komisariat
ITB (1964-1966), Sekretaris Jenderal DPP Inkindo (1991-1994), dan Ketua
Departemen Konsultansi Manajemen Kadin (1994-1998).
Selain itu, Gus Sholah juga pernah
mendirikan Ikatan Konsultan Manajemen Indonesia (1995), Ketua Dewan Pimpinan
Pusat Partai Kebangkitan Umat (PKU) (1998-Oktober 1999). Ia juga pernah menjadi
Ketua Lajnah Pemenangan Pemilu PKU (1999), pendiri Yayasan Baitussalam (1982),
Ketua Badan Pengurus Yayasan Baitussalam (1982-1985, 1988-1991).
Kemudian, menjadi anggota Badan
Pengawas Yayasan Baitussalam (1991-1994), pendiri Yayasan Wahid Hasyim (1985),
dan Sekretaris Badan Pendiri Yayasan Wahid Hasyim (1999).
Jabatan sebagai ketua PBNU juga
pernah ia jabat pada tahun 1999-2004, dan Ketua Badan Pendiri Yayasan Forum
Indonesia Satu (sejak 2000) serta Ketua ICMI tahub 2001-2003. Ia juga pernah
menjadi Wakil Ketua II Komnas HAM pada 2002-2007.
Pada 2004, ketika sistem pemilihan
presiden dan wakil presiden dilakukan secara langsung, Gus Solah dipinang
Golkar untuk maju sebagai cawapres berpasangan dengan Wiranto.
Salahuddin Wahid merupakan putra dari pasangan KH Wahid Hasyim (ayah) dengan Sholehah (ibu), dan adik kandung dari mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ayahnya adalah putra dari pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari. (Tim MRC/Dari berbagai sumber)
(Bagian 2 dari 4 Tulisan Prahara Kedatuan Lombok Dalam Bingkai Sejarah)
Kerajaan Selaparang tumbuh dalam dua periode, yakni periode
Hindu dan periode Islam. Pada masa Selaparang Islam ini, nama Arya Sudarsana
atau Arya Banjar Getas mulai muncul.
H Lalu Lukman dalam Pulau Lombok dalam sejarah menulis menjelang
akhir abad XVII ada dua kerajaan besar di Lombok yakni Kerajaan Selaparang di
Lombok Timur dan Kerajaan Pejanggik di Lombok Tengah.
Saat itu, Arya Banjar Getas bersama rombongannya dari Jawa
Timur sampai di kerajaan Sokong. Sepeninggal
istrinya, Datu Sokong ingin membuat patung permaisurinya sebagai kenangan.
Keinginan Datu Sokong disanggupi Arya Banjar Getas.
Saat waktu penyerahan, karena ada keperluan patung ditinggal
di atas meja. Seekor lalat hinggap di atas kemaluan patung dan meninggalkan
bekas titik hitam.
Ketika menerima patung permaisurinya, Datu Sokong sangat senang.
Setelah diperhatikan lebih teliti, terjadi perubahan sikap Datu Sokong.
Sebabnya, titik hitam bekas lalat di atas kemaluan patung.
Datu Sokong mengira, istrinya serong. Atas hal itu, Datu
Sokong mengambil keputusan untuk membunuh Arya banjar Getas.
Keputusan itu bocor dan Arya Banjar Getas melarikan diri.
Dalam pelarian, Arya Banjar Getas sakit di daerah Wanasaba.
Iapun bernadzar, jika sembuh akan menghadap raja. Setelah sembuh dan mendapat
persetujuan, Arya Banjar Getas segera pergi menghadap. Sesampainya di
Selaparang, rakyat ramai menanti kedatangan Arya Banjar Getas termasuk para
penghuni istana. Tanpa disadari, seorang putri yang penasaran jatuh dari tangga
sehingga terjadi kegaduhan di istana.
Raja pun marah dan berniat menghukum Arya Banjar Getas. Arya
Banjar Getas berhasil meloloskan diri dan akhirnya mengabdi kepada Pemban Mas
Merasa Kusuma, Raja Pejanggik.
Lalu Muhammad Azhar berbeda pendapat. Menurutnya, Arya Sudarsana
memulai karirnya sebagai prajurit Selaparang dan berperang melawan VOC pada 1675. Karir
keprajuritannya melejit setelah terjadi peperangan dengan kerajaan Gelgel pada
1677 dan 1678. Sebelumnya, pada 1616,
1624 dan 1630 kerajaan Gelgel melakukan penyerangan ke Selarapang namun selalu
gagal.
Setelah berhasil mempertahankan Selaparang dari Serangan
kerajaan Gelgel bersama panglima yang lain, Arya Sudarsana kemudian diangkat
menjadi patih.
Sebagai bentuk terima kasih, Arya Sudarsana bermaksud
menghadap raja dengan membawa persembahan dan sawur paksi (pelepasan burung).
Namun, sebelum acara persembahan dilakukan terjadi kegaduhan
di puri akibat permaisuri jatuh dari tangga. Didorong rasa amarah, raja
memerintahkan Pati Waringin menghalau Arya Sudarsana bersama para pengiringnya.
Hal ini digambarkan Babad Selaparang pupuh 5 – 9,
terjemahannya,
“Dari desa kecil (perigi) tersebut Arya Banjar (namanya) adalah patih kelima, akan menghadap
menghaturkan persembahan kepada sang raja, diiringi 40 orang laskar laki-lakinya
mengenakan busana serba putih (pupuh 5).
Membawa burung (merpati) serba putih pada hari senin tanggal
14 (dan) ketika mereka sampai di ibukota (Selaparang) orang-orang yang
menyaksikan bersorak sorai (kegirangan), tua muda besar kecil laki wanita semua
menyaksikan kehadiran mereka (sementara) ada yang memberitakannya kepada raja
(pupuh 6).
Riuh rendah di dalam puri, para putrinya ingin menyaksikan
para tamu (yang datang) dari desa lain, berbusana bagus serba putih dan rapi,
termasuk pula permaisuri sang raja (malah) ingin menyaksikan dari atas, (lalu)
mengambil tangga (kemudian) naiklah sang putri tersebut di atas tangga itu
(pupuh 7).
Memang janji Allah, setelah sang putri di atas, tangga pun
rebah, lalu jatuh terjerembab sang putri ke tanah; (sementara) akhirnya para
pengawalpun jadi panik di dalam puri, laki wanita banyak yang menangis, ada
pula yang membopong sang putri (pupuh 8).
Di bopong ke dalam istana, sang putri dalam keadaan tak
sadarkan diri, sementara sang raja pun jadi kebingungan, begitu kesal pada para
tamu yang menghadap, hingga (tak terkontrol) ucapannya yang keluar, memerintahkan para
pengawal memukul kentongan (bulus) agar laskar segera berdatangan (pupuh 9).
Dijelaskan, dalam pupuh selanjutnya perintah raja bukan hanya
pengusiran Arya Sudarsana dari istana Selaparang tapi berlanjut ke penyerangan Desa
Perigi . walau penyerangan terjadi
selama dua tahun yakni pada 1716 hingga 1717, namun Selaparang belum berhasil
menaklukan perigi yang dibentengi 1500 rakyat.
Pupuh 15- 16 babad
Selaparang menceritakan hal ini, “Desa Perigi dikepung, Arya Banjar lalu
keluar bersama para laskarnya, sudah berhadap-hadapan (lalu) bertemu dengan
patih Waringin yang sama-sama memegang tombak (dan) arya Banjar bertanya lemah
lembut.”
Wahai patih mengapa anda mengepung kami padahal saya tak
pernah bersalah?. Patih Waringin lalu menyahut, “saya hanya menerima perintah
raja bahwa anda telah berbuat kesalahan besar, telah menjadikan orang
menderita, lalu patih Waringin mulai mengayunkan tombaknya.”
Bagaimana babad Lombok menceritakan peperangan itu, terlihat
dalam pupuh 979 -980 menjelaskan, “Prabu Lombok wawu dura, maring
prajuritira ring desa cili, Banjar Getas namanipun, desanya memeranga,
putrinira sang nata kedanan kayun, ring ki patih Banjar Getas, karaning bendu
sangaji (pupuh 979).
Desapunika rinujak pirang tahun, prandana nora surut, sang
prabu Lombok hangutus, ngundang prajurit Banjar, sampun kondang prajurit kang
kasub, haran pelo lan sutrabaya, sareng wong selakawis (pupuh 980).
Terjemahnya… Prabu Lombok (maksudnya: Kertabumi sebagai raja
Lombok/Selaparang) kesal kepada prajuritnya di sebuah desa kecil, Banjar Getas
namanya, yang dibela warganya, (peristiwa bermula) karena putri raja
tergila-gila pada patih Banjar Getas hingga raja pun marah. Desa tersebut lalu
digempur, (walau demikian) bertahun-tahun tak terkalahkan, (sehingga) Prabu
Lombok mengundang prajurit Banjar (yang dipimpin) dua orang prajurit tersohor
yakni Patih Pilo dan Patih Sutrabaya membantu orang-orang Selapawis (Selaparang)
.”
Mencermati catatan dalam babad, Lalu Azhar cenderung
menilai kemelut yang melibatkan Arya
sudarsana dengan jatuhnya putri istana
dari tangga (simbolisasi wanita) adalah
kemelut tahta (kekuasaan).
Setelah mendapat bantuan dari kerajaan Banjar, Selarapang
berhasil menghancurkan pertahanan rakyat Perigi dan Arya Sudarsana melarikan
diri.
Dalam pelarian, Arya Sudarsana bertemu dengan wayah Petawis (Pun
Petawis) seorang penjaga hutan. Sebagaimana diceritakan Babad Selarapang pupuh
83, “Dengan tutur kata lemah lembut menerima (kehadiran Arya Banjar) duhai
pemuda, syukur sekali Bapak disinggahi,
nanda suka datang kemari, walau bapak ini orang tua miskin serta kurang
dalam segala ,dalam berbahasa maupun bertingkah laku, (karena) hidup miskin
bersama anak saya, bekerja sebagai penjaga hutan, setiap hari meronda hutan ini
agar tanaman ini terpelihara baik.”
Dari sana, Arya Sudarsana meneruskan pelariannya hingga ke Pengsing (Pena). Atas saran Demung Pena,
Arya Banjar mengabdikan dirinya ke Pemban Meraja Kusuma, Raja Pejanggik.
Sebagaimana termaktub dalam pupuh 111 babad Selaparang. “Lingnya ki dukuh wewarah, dukring benjang
haneng pejanggiq, sira serah sepati huripmu, maring sang Mraja Kesuma, hing Pejanggiq
ratu linuih”. “Kata ki dukuh mengarahkannya, kelak pergilah ke pejanggiq,
disana anda serahkan hidup matimu (baktimu) kepada sang Raja Mraja Kesuma, raja
yang berkuasa di sana.”
Usai mendapat pencerahan, Arya Sudarsana akhirnya menghadap raja pejanggik, sebagaimana tertulis dalam Pupuh 115 Babad Selaparang. “Haduh Gusti, kula hiki wong kasiyani, kasore perang tanpa dosa, kula hiki saking Desa Perigi, haran Sudarsana”. “Duhai Gusti (raja), hamba ini sedang sengsara, kalah diperangi tanpa bersalah, hamba berasal dari Perigi bernama Sudarsana.” (Bersambung)
Penulis adalah Wartawan Senior, tinggal di Ranjok, Gunungsari, Lombok Barat
Masih bingung apakah informasi
penurunan berat badan yang anda dapatkan benar atau hanya mitos belaka? Inilah
beberapa mitos menurunkan berat badan yang populer di kalangan masyarakat,
berikut dengan faktanya:
1. Karbohidrat Menyebabkan Tubuh Gemuk
Mitos ini tidak sepenuhnya benar,
karena jika dikonsumsi dalam porsi yang tepat, karbohidrat tidak akan
menyebabkan kegemukan. Kamu hanya perlu memilah dengan bijak jenis karbohidrat
yang dikonsumsi untuk memperoleh manfaat karbohidrat. Makanan yang mengandung
karbohidrat dan baik untuk dikonsumsi di antaranya aneka jenis sayur dan buah
berserat, kacang-kacangan dan biji-bijian.
2. Jangan Sarapan Untuk
Menurunkan Berat Badan
Ini merupakan mitos yang keliru,
karena sarapan menjadi bagian penting dari diet menurunkan berat badan. Jika
kamu tidak sarapan di pagi hari, kadar gula darah yang rendah dapat memicu
peningkatan hormon lapar. Kamu bisa merasa kelaparan saat jam makan siang tiba,
atau bahkan sebelumnya. Efeknya, keinginan untuk mengonsumsi makanan tidak
sehat dan makanan berlemak akan jauh lebih besar.
3. Tidak Perlu Makan Malam Jika Ingin Berat Badan Turun
Selain sarapan, ada pula mitos untuk
menghindari makan malam untuk menurunkan berat badan. Tidak ada bukti yang
menyatakan makan malam meningkatkan berat badan. Namun yang perlu diingat, kamu
tetap harus membatasi asupan makanan yang dikonsumsi dan hindari konsumsi
makanan yang mengandung kalori tinggi. Satu lagi yang perlu diperhatikan,
hindari makan besar sebelum tidur malam untuk mengurangi risiko gangguan
pencernaan dan nyeri ulu hati.
4. Hindari Asupan Lemak
Selain karbohidrat dan protein,
tubuh tetap membutuhkan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi serta memperbaiki
sel tubuh. Kamu hanya perlu bijak dalam memilih makanan berlemak, yaitu pilih
makan mengandung lemak sehat, seperti buah alpukat, kacang-kacangan,
ikan, dan biji-bijian. Batasi makanan yang mengandung lemak jenuh dan lemak
trans, seperti daging merah, mentega, dan berbagai makanan olahan yang tak
sehat (contoh: keripik, kerupuk, dan berbagai kue).
5. Olahraga Berlebihan, Berat Badan Lebih Cepat Turun
Ini merupakan mitos yang tidak perlu
kamu percaya. Faktanya, penurunan berat badan akan berhasil jika kamu dapat
melakukan perubahan sedikit demi sedikit pada gaya hidup yang dijalani dan
melakukannya secara konsisten.
Dibandingkan berolahraga secara
ekstrem, lebih baik kamu memulai dengan olahraga ringan, seperti berjalan kaki
setiap hari dan bersepeda tiap akhir pekan. Dianjurkan untuk berolahraga
sekitar 20-30 menit setiap harinya atau sekitar 150 menit per minggu. Jangan
lupa, beristirahatlah yang cukup dan atur pola makan.
6. Makanan Sehat Selalu Lebih Mahal
Ini salah satu mitos yang tak
terbukti kebenarannya karena tidak selamanya harga makanan sehat selalu lebih
mahal. Tergantung bagaimana kamu mempersiapkan makanan. Harga seporsi makanan
cepat saji misalnya, hampir setara dengan satu keranjang sayuran yang dapat
dibeli di pasar tradisional, seperti bayam, sawi, dan kacang-kacangan. Kamu
juga bisa mempertimbangkan menyiapkan makanan di rumah, ketimbang harus beli
makanan di luar.
7. Supaya Kurus, Kamu Perlu Minum Banyak Air
Ini juga belum sepenuhnya benar. Air
putih memang penting untuk mendukung metabolisme tubuh yang baik dan mencegah
dehidrasi. Tapi nyatanya, meminum air banyak saja tidak banyak berperan dalam
menurunkan berat badan. Terlebih jika kamu berpikir untuk melakukan diet hanya
dengan meminum air putih, tanpa mengonsumsi makanan apapun. Pola diet seperti
itu tidak dianjurkan karena justru berisiko menyebabkan kamu kekurangan nutrisi
dan jatuh sakit.
Mengonsumsi air dapat bermanfaat
secara maksimal untuk menurunkan berat badan jika disertai dengan perubahan
gaya hidup menyeluruh, seperti olahraga secara teratur dan pola makan sehat.
8. Untuk Menurunkan Berat Badan, Harus Menahan Lapar
Diet dengan menahan lapar justru
dapat menyebabkan pertambahan berat badan, karena nafsu makanmu kemungkinan
anak menjadi lebih besar. Kamu mungkin akan makan dalam porsi yang lebih banyak
saat jadwal makan tiba. Selain itu, menahan lapar berisiko menyebabkan tubuh
kekurangan nutrisi dan energi.
Kamu bisa mencoba membagi porsi
makan menjadi lebih kecil dengan frekuensi yang lebih sering. Kamu juga bisa
mengurangi porsi makan, kemudian sediakan camilan sehat seperti buah-buahan
atau roti gandum untuk dikonsumsi pada sela waktu makanmu.
9. Makanan Kemasan Berlabel ’Rendah Lemak’ Pasti Lebih Sehat
Tidak selalu demikian. Makanan
berlabel ’rendah lemak’ kadang-kadang justru mengandung bahan lain dengan
kadar tinggi, seperti gula. Untuk memastikannya, teliti label nutrisi pada
kemasan makanan.
10. Berhenti Mengonsumsi Camilan Adalah Salah Satu Cara Diet Tepat
Anggapan ini juga tidak sepenuhnya
benar. Camilan di sela-sela waktu makan utama tetap diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan energi. Yang salah bukan pada kebiasaan makan camilan, tetapi jenis
cemilan yang dikonsumsi. Daripada makan camilan keripik atau cokelat, lebih
baik pilih buah-buahan.
Jangan percaya mitos menurunkan berat badan begitu saja, karena tidak semua informasi tersebut benar. Konsultasi ke dokter gizi untuk mengetahui pola diet sehat yang disarankan dan sesuai dengan kondisi kesehatanmu. Pola diet yang tidak tepat, justru dapat membuat berat badan yang bertambah, bahkan membuat kamu mengalami gangguan kesehatan. (Tim MRC-Dari berbagai sumber)