Belum Siap Menikah, Tapi Tak Mau LDR!

Jawab Mbak Santi  membaca isi surat yang dilayangkan pada rubrik solusi psikolog ini, saat ini sepertinya Mbak berada pada situasi yang sama sama berat, mau hubungan LDR (Long istance Relationship) alias Hubungan Jarak Jauh jadi  penyebab masalahnya.

Apapun yang mbak pilih selalu ada konsekwensinya, namun dalam memilih apakah mau LDR tanpa status, atau LDR dengan status maka tentunya harus dibicarakan dengan terbuka bersama sang pacar.

BACA JUGA:  Selesaikan Kuliah atau Kerja ke Luar Negeri?

Baiklah …. menurut hemat saya  dalam hal ini karena mbak sudah menjalin hubungan selama 5 tahun bahkan segalanya sudah mbak korbankan jiwa dan raga, maka dalam hal ini sebaiknya ajakan untuk menikah  dapat dipertimbangkan dan  diterima, karena jika ternyata tidak ada kejelasan hubungan alias masih pacaran maka bisa jadi Ia  akan kecantol dengan perempuan lain ketika nanti putuskan kuliah di luar negeri. 

Kalau dipikir pikir banyak pasangan yang sudah lama menjadin hubungan kadang ketika akan memasuki jenjang pernikahan menjadi tidak siap, karena dipengaruhi oleh pikirannya sendiri. Misalnya apa aku bisa bahagia  menikah dengannya, apa aku bisa membahagiakannya, apa aku bisa menjadi isteri/suami yang baik, apa aku bisa memberikan nafkah yang sesuai, dan masih banyak pertanyaan dalam pikiran dan perasaannya.  Dalam ini hal  Mbak Santi  coba renungkan apa tujuan akhir dari membina hubungan dengan dia ??? apa terus pacaran sepanjang hidup atau diakhiri dengan menikah???. Untuk itu luruskan niat… tetapkan tujuan kedepan,  terimalah ajakannya, tidak usah ragu, tidak usah curiga, apalagi  sudah sama-sama saling mencintai. 

BACA JUGA:  Menjaga dan Merawat "Integritas"

Sebagai gambaran untuk memilih pasangan mengutip  pendapat  dari Lisa Firestone, psikolog dan direktur penelitian di The Glendon Association  bahwa  pasangan hidup harus memiliki : Kepribadian yang dewasa dalam setiap keputusan dan sikap, ketika  menghadapi masalah tidak mudah terbawa emosi atau mencari kesalahan orang lain, namun berfokus pada penyelesaiannya; Terbuka dan bisa bersikap jujur dan apa adanya terhadap pasangan, dan sekaligus  menunjukkan rasa nyaman dan kepercayaannya kepada pasangan;  Saling menghargai  karena dengan adanya sikap ini  akan menghormati pasangan sebagai individu yang  cenderung berbeda, sehingga sikap kompromi pun lebih bisa dijalankan;

Rasa empati antar pasangan, sehingga keduanya dapat  saling mengerti satu sama lain. sehingga  sangat membantu  ketika menghadapi konflik; Kasih sayang yang diekspresikan  yang meliputi afeksi secara fisik, emosi, serta perbuatan berkontibusi pada rasa hangat  antara kedua pasangan; dan juga memiliki selera humor selalu ada canda tawa  sehingga tercipta hubungan  yang selalu romantis.  

BACA JUGA:  Pilih Project Atau Tuntaskan Kuliah?

Agar perasaan ragu-ragu untuk mengambil keputusan untuk menikah ,  maka  yang dapat Mbak Santi  lakukan,  adalah komunikasikan secara terbuka apa yang dipikirkan dan dirasakan; sampaikan alasan kenapa menikahinya; membuat rencana jangka panjang jika menikah dengannya; pikirkan bahwa pernikahan ini adalah keinginan berdua; dan lihatlah seberapa baik ketika mengatasi perselisihan atau konflik, dan yang tidak kalah pentingnya adalah memahami dan menerima diri sendiri; memahami dan menerima karakternya; dan agar rumah tangga   tetap bahagia dan langeng  maka selalu berkomunikasi dari hati ke hati; menjaga rumah tangga untuk selalu romatis; serta rumah tangga kita aturan kita.    Semoga tidak terlalu lama Mbak Santi membuat keputusan, kiranya apa yang saya sampaikan melalui rubrik ini ada manfaatnya serta bisa memberikan jalan keluar dari permasalah ini.

Akhirnya teriring doa  semoga Mbak Santi  mendapatkan pencerahan  dan bahagia selalu bersama pasangan. (*)