Buku yang telah lama saya nantikan itu akhirnya datang juga. Bahkan dibawakan sendiri oleh penulisnya. Siapa lagi kalau bukan abang saya, penulis, jurnalis senior dan mentor saya Buyung Sutan Muhlis alias BSM yang baru saja merampungkan dan menerbitkan sebuah buku bernilai historis tentang biografi dalang kondang Wayang Sasak Haji Lalu Nasib AR.
Rabu pagi (16/2), saya janjian kongkow bareng BSM yang datang khusus ke markas MATARAMRADIO.COM di Ampenan, Mataram.
Sudah lama saya tak jumpa dengan sosok penulis yang saya lebih suka memanggilnya Bang Buyung, karena nama panggilan itu sudah melekat sejak lama, ketika kami sama-sama di Tabloid Potensi tahun 1997-2000.
Bang Buyung adalah pimpinan redaksi Tabloid Potensi kala itu dan saya adalah reporter tabloid yang banyak mengulas isu politik lokal, ekonomi dan sosial budaya NTB menjelang kejatuhan rezim orde baru.
Tentu saja saya sangat senang menerima buku itu. Maklum, pada sekitar November tahun lalu, saya sempat pesan kepada Bang Buyung agar disisakan satu eksamplar saja kalau jadi membuat biografi sang dalang kondang Wayang Sasak ini.
Bang Buyung pun cerita kalau saya salah seorang yang menerima edisi terbatas (limited edition) buku ini.”Untuk yang lain, masih sedang dalam proses cetak oleh penerbit,”jelasnya.
Kontroversi Wayang Lalu Nasib Masuk TV
Rupanya Bang Buyung punya alasan sendiri mengapa saya menjadi salah satu yang berhak menerima edisi terbatas buku ini. “Ray kan pernah cekal Wayang Lalu Nasib masuk TV,”katanya.
Sontak saya kaget. Maklum sebagai penggemar setia wayang Lalu Nasib, saya diingatkan kembali kisah 7 tahun silam. Tepatnya sekitar Februari 2015, ketika menjadi Ketua KPID NTB, saya pernah menandatangani surat penjatuhan sanksi penghentian sementara program Wayang Lalu Nasib yang ditayangkan Lombok TV.
Jujur, tidaklah mudah membuat keputusan. Rapat pleno bahkan digelar dua kali untuk memastikan apakah Tayangan Wayang Làlu Nasib layak mendapat sanksi penghentian sementara atau tidak.
Rekan saya Arwan Syahroni selaku Korbid Pengawasan Isi Siaran KPID NTB waktu itu memastikan bahwa surat teguran tertulis sudah dilayangkan tiga kali. Namun rupanya laporan analis media kami, salah satunya Zami Suryadi melaporkan masih ditemukan adanya bagian cerita wayang yang bermuatan pornografi, kata-kata kasar dan pelecehan kepada kaum perempuan yakni janda.
Pihak TV belum maksimal melakukan sensor internal untuk memastikan tayangannya bebas dari hal-hal yang berbau erotisme, seks, olok-olokan dan pelecehan kepada kaum perempuan.
Alhasil kami sepakat menggelar pleno dengan proses yang sangat alot dan menyita energi. Kami pun masih ragu dan akhirnya bersepakat mencari second opinion dengan mengundang sejumlah tim pengkaji yang berlatar belakang akademisi, tokoh budaya, tokoh agama dan pemerhati kesenian.
Kami mengundang dan meminta masukan Dr Kadri M Shaleh, pakar komunikasi UIN Mataram, Dr Salman Fariz MSn, Dosen Universitas Hamzanwadi Pancor. Kami juga mengundang Lalu Agus Fathurahman (Budayawan Sasak), Lalu Anggawa Nuraksi (Ketua Perhimpunan Dalang Indonesia Perwakilan NTB) dan pastinya Prof H Saiful Muslim selaku Ketua MUI NTB.
Alhasil semua narasumber yang kami undang secara aklamasi mendukung hasil pleno KPID NTB untuk menjatuhkan sanksi penghentian sementara Wayang Lalu Nasib di Lombok TV selama 3 episode berturut-turut.
Yang heboh lagi tentu saja sikap Lombok TV ketika menerima surat cinta KPID NTB yang membuat pengumuman resmi saat acara Wayang Lalu Nasib biasa ditayangkan yakni setiap malam minggu, mulai Pkl. 21.00 Wita hingga selesai.
Begini isi pengumumannya pada layar kaca : PERMAKLUMAN, MOHON MAAF, PROGRAM WAYANG LALU NASIB TIDAK DAPAT KAMI TAYANGKAN KARENA ADANYA SURAT PENGHENTIAN SEMENTARA OLEH KPID NTB.
UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT SILAHKAN HUBUNGI KPID NTB, JALAN UDAYANA NO 14 MATARAM WA 08XX XXXX XXX
Tidak perlu menunggu lama. Reaksi para penggemar Wayang Lalu Nasib memenuhi alamat email dan nomor WA layanan aduan yang dikendalikan Bidang Pengawasan Isi Siaran KPID NTB. Bahkan Arwan Syahroni mengaku menerima ratusan pesan singkat yang berisi keberatan, protes dan bahkan mencaci maki menuntut pembubaran KPID karena dinilai tidak berpihak pada kearifan lokal dan media hiburan tradisional yang menjadi simbol kebanggaan orang Sasak yakni Wayang Lalu Nasib.
Syukurlah, setelah masa penghentian sementara dicabut, polemik mereda. Apalagi Lombok TV berkomitmen melakukan sensor internal yang ketat sebagaimana permintaan kami.
Secara teknis pihak Lombok TV mengaku kesulitan melakukan sensor pada bagian cerita yang memany senyatanya ditunggu pemirsa. Katakanlah lakon cerita Amaq Amet,Amaq Baok, Amaq Ocong dan Inaq Litet yang selalu jadi korban olok-olokan dan pelecehan seksual. Belum lagi sosok Ompu Beko yang diceritakan berasal dari Bima dan lama menetap di Lombok.”Pokoknya kawan-kawan Lombok TV yang paham secara teknis bagaimana menyensor bagian cerita yang jadi keluhan dan aduan pemirsa juga,”kata saya kepada tim produksi Lombok TV yang datang ke KPID.
Itulau sepenggal cerita betapa dahsyatnya Wayang Lalu Nasib membius para penggemar setianya. Salah satu program unggulan Lombok TV yang selalu dinantikan.
Nah, saya pun tak sabar untuk membaca buku karya terbaru Bang Buyung berjudul Layar Nasib : 50 Tahun Berkarya Maestro Dalang Wayang Sasak H Lalu Nasib AR.
Apalagi Bang Buyung banyak cerita bagaimana akhirnya biografi H Lalu Nasib AR lolos seleksi, terpilih dari 10.000 proposal buku yang masuk di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Ristek tahun 2021 lalu.
Saya pun kaget lagi, ketika Bang Buyung cerita kalau inisial AR pada nama Haji Lalu Nasib adalah nama ayahnya, Aruman. Oh ya, kok bisa Bang Buyung nama orang tua sang maestro ada kesamaan dengan nama orang tua saya. Ini bukan cerita fiksi dalam sinetron ya bang, bahwa kesamaan nama dan tempat adalah kebetulan semata.
Pastinya Bang Buyung dan bukunya tentang biografi dalam kondang Wayang Sasak Haji Lalu Nasib Aruman warbiasah…👍🤝🙏💪🏼