Radio dan Kepercayaan Publik

Kapan terakhir anda mendengarkan siaran radio?
Atau mungkin anda punya nostalgia dengan acara radio favorit anda di masa lalu? Misalnya di era ketika anak-anak beranjak remaja dan dewasa?

Pastinya, bagi mereka generasi 70-an hingga 90-an, tentunya sangat merasakan kedahsyatan media radio yang dikenal sebagai teathre of mind.

Maklum era tersebut merupakan era dimana radio menjadi media paling berpengaruh dengan penetrasi pasar yang paling tinggi melampaui media lainnya entah televisi ataupun media cetak.

Sedemikian hebatnya radio sebagai media informasi dan hiburan terpercaya, badan dunia yang mengurusi pendidikan dan kebudayaan UNESCO menetapkan hari ini, 13 Februari sebagai Hari Radio Sedunia. Thema yang diangkatpun, sungguh mulia. RADIO AND TRUST.

Mengutip laman UNESCO, Hari Radio sedunia diresmikan pada tahun 2011 oleh negara-negara yang masuk ke dalam anggota United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Kemudian, pada tahun 2012 secara resmi PBB menetapkan tanggal 13 Februari sebagai World Radio Day atau Hari Radio sedunia.

BACA JUGA:  Dimyati: Nostalgia Jejak Sang Jurnalis di Arena Mancing Wapres!

Sebelum Hari Radio sedunia terbentuk, beberapa negara melihat radio merupakan media yang kuat dalam merayakan berbagai keragaman. Di tingkat global, radio pun menjadi media yang paling banyak dikonsumsi masyarakat.

Masih mengutip laman UNESCO, radio juga berperan untuk menjangkau khalayak seluas-luasnya. Artinya, radio dapat membentuk membentuk pengalaman keragaman masyarakat, sebagai wadah untuk menampung suara masyarakat agar didengar dan diwakili.

Dalam sejarah Hari Radio sedunia, radio juga mempunyai tanggung jawab untuk melayani komunitas yang beragam, menawarkan berbagai program, menerima sudut pandang dan konten, serta mencerminkan keragaman audiens dalam organisasi dan operasinya.

Kini, radio masih menjadi salah satu media yang paling terpercaya dan digunakan oleh dunia. Selama bertahun-tahun, radio sudah menyediakan akses informasi yang terjangkau secara nyata dan menjadi wadah liputan guna mengangkat kepentingan publik, serta pembelajaran dan hiburan yang terjamin.

BACA JUGA:  Serap Aspirasi TV Lokal, Senator Senayan Asal NTB ini Kaget

Diperingatinya Hari Radio sedunia sekaligus untuk menjembatani kesenjangan antara teknologi. Namun, seiring perkembangannya, radio kini menawarkan berbagai konten melalui perangkat dan format yang berbeda. Misalnya seperti podcast dan situs web multimedia.

Mengutip situs United Nations, tahun ini Hari Radio sedunia mengangkat tema ‘Radio dan Kepercayaan.’ Diangkatnya tema ini karena krisisnya kepercayaan publik di tengah pandemi COVID-19.

Pandemi COVID-19 telah mengikis kepercayaan media, hal ini juga didorong oleh beredarnya hoax yang menyebar dengan cepat di media sosial. Namun, hasil penelitian juga mengungkapkan penurunan kepercayaan juga terjadi di internet dan jejaring sosial.

Kendati demikian, di tengah situasi saat ini masih banyak masyarakat yang mempunyai kepercayaan besar terhadap berita yang disiarkan radio.

Pada acara Journalist On Duty yang digelar KPID NTB bekerjasama dengan SCTV, Sabtu (12/2) kemarin, saya bersama Bung Agus Santosa, salah seorang jurnalis handal RRI Mataram diminta panitia berbagi cerita tentang jurnalisme radio dan masa depannya di era disrupsi media.

BACA JUGA:  BSM dan Maestro Dalang Sasak Haji Lalu Nasib (Aruman)

Menurut saya, tantangan media radio ke depan memang tidaklah ringan dan hampir semua media arus utama (mainstream) juga mengalami hal serupa, tsunami persaingan konten akibat kemajuan teknologi yang tak bisa dibendung alias unstoppable.
Pastinya, pengelola radio dengan penyiar dan jurnalis handalnya haruslah bisa menyesuaikan diri, beradaptasi dengan era disrupsi media
Menjadi keniscayaan saat ini, radio mesti merambah semua layanan platform digital untuk semakin memudahkan pendengarnya mengakses siaran mereka baik pendengar militan terlebih pendengar milenial yang akrab dengan dunia maya dan jejaring media sosial.
Pastinya tanpa mengabaikan kualitas siaran mereka yang haruslah semakin dibutuhkan khalayak.
Bagi saya, Radio tak kan ada matinya dan akan terus bermetaformosa dengan teknologi yang ada.

Selamat Hari Radio Sedunia!