Rinjani: The Beauty But Also The Beast..

Jenazah-jenazah itu …
terserak di kandang babi, bercampur dalam kotoran dan kubangan lumpur. Sebagian sudah membengkak dan membusuk. Begitu yang ditulis oleh Mathew Paris, penulis dari St Albans dalam laporannya.

Sebagian dikubur dengan layak, namun sebagian besar dikubur secara massal, karena tidak kurang dari 15 – 20 ribu orang yang mati saat itu. Kuburan-kuburan massal itu sekarang tepat berada di pusat kota London di Inggris.
Semua batu nisan menunjukan bahwa kejadian menyedihkan itu pada tahun 1258. Yang dikenal karena tahun itu, terjafi anomali dalam cuaca dan iklim. Musim panas berubah menjadi dingin, disertai hujan badai yang mengguyur terus menerus, sehingga menyebabkan banjir yang menggagalkan musim panen. Akibatnya kelaparan merajalela disertai munculnya penyakit endemik. Parahnya, cuaca kacau seperti itu berlanjut terus, sampai setidaknya tahun 1261. Sehingga nestapa semakin merajalela.

Kenyataannya musibah itu bukan hanya di Inggris saja, namun merebak di benua Eropa. Dari Italia di selatan sampai iceland di utara. Tak cukup disitu, bahkan lintas benua. Tidak kurang dari Cina, korea dan jepang, Vietnam, dll., turut kena imbasnya. Seperti yang ditulis oleh Azuma Kagami dalam the Mirror of the East chronicle , bahwa ditahun itu panen gagal total karena cuaca dingin dan hujan deras tanpa henti . Laporan juga menyebutkan bulan gelap total saat terjadi gerhana .

Well …
Pembunuhan massal terjadi saat itu, dan sudah menjadi keharusan untuk dicari terdakwa yang menjadi penyebabnya. Logika yang paling gampang adalah, jika terjadi anomali dalam cuaca, maka yang menjadi penyebabnya adalah tidak mulusnya pancaran sinar matahari yang menuju permukaan bumi.
Dalam pengertian lain, harus ada sebuah penghalang yang cukup besar, sehingga memayungi seluruh permukaan bumi. Bentuknya jelas tak mungkin solid atau cair, dan yang paling masuk akal adalah berupa gas. Logika berikutnya adalah emangnya gas apa yang cukup banyak terkandung dibumi ?. Jawabannya juga mudah yaitu sulfur alias belerang. Yang dengan mudah disemburkan ketika gunung api meletus.

So kalau begitu, si pembunuh massal nan misterius itu mustilah sebuah gunung. Tapi khan, ada ribuan gunung api yang ada dimuka bumi, sungguh tak mudah untuk menentukan siapa pelaku yang sesungguhnya.
Pake logika lagi, karena bencana di belahan bumi utara, maka mestinya gunung tersebut berada dibelahan utara hemisphere bumi. Begitu logika para ahli, lalu dibuat penelitian berikutnya. Dibuat penggalian di kutub utara. Lapisan es abadi yang ada disana berlaku seperti alat perekam semua kejadian yang ada di masa lalu.
Tepat pada kolom es yang menunjuk ke tahun 1257, bukti itu didapatkan. Pada tahun itu gas sulfur menggenangi atmosfir bumi. Bahkan dengan intensitas 2 kali semburan sulfur gn Tambora di tahun 1815. Yang juga dikenal sebagai tahun tanpa musim panas. Tahun yang dingin dan gelap mencekam, seraya melahirkan tulisan seram novel Frankenstein. Juga melumpuhkan pasukan Napoleon yang terjebak musim dingin mematikan.

BACA JUGA:  Nostalgia SMA : Ketika Wagub NTB Bersaing Jadi Calon Ketua OSIS

Temuan pada kolom es thn 1257, mencatat 2 kali lebih hebat dari gn Tambora. Letusan dahsyat yang tercatat di jaman modern, yang masuk dalam Volcano Eruption Index ( VEI ) dalam skala 7, atau menyemburkan material padat setidaknya 100 km kubik. Letusan dahsyat gn Krakatau “hanya” menyemburkan sekitar 18 – 25 km kubik. Sedang Tambora diperkirakan 150 km kubik, alias 6x lebih dahsyat dari Krakatau. Nah gunung misterius ini bahkan 2x lebih hebat dari Tambora, atau 12 Krakatau meletus bareng-bareng … bluuarrr !!! , … opo ora eiiidhaan to rek !

Hitung punya hitung, semburan gasnya mencapai 158.000.000 ( 158 juta ) ton sulfur ke udara. Menurunkan suhu global sebesar 2 derajat C. Bersamaan dengan itu, ditambah dengan semburan gas chlorine sebanyak 227 juta ton, dan bromine 1,3 juta ton yang sangat berbahaya. Kedua gas ini membuat lapisan ozone di atmosfir akan terluka dan rusak parah. Lubang pada ozone akan membuat sinar kosmik melaju tanpa penghalang. Bombardemen sinar ultra violet sampai sinar x, yang bisa mencederai mahluk hidup ditingkat mikroselular.

Satu hal lain yang tak kalah pentingnya adalah, bumi memasuki jaman es kecil ( litle ice age ) yang entah kebetulan atau tidak dimulai pada kitaran tahun 1250 an, selama 600 tahun, dan berakhir pada th 1850 an. Dengan kata lain, apakah sang gunung pembunuh ini pula yang memicu awal jaman es kecil ini. Yang tentu ditambah dengan beberapa variabel lainnya, baik dalam bentuk rentetan letusah hebat gunung-gunung lainnya, seperti Tambora di th 1815. Selain adanya siklus jumlah sunspots pada matahari, yang juga mengalami penurunan intensitas dengan drastis ( Wolf minimum ).

BACA JUGA:  Junaidi Abdillah: Sang Legenda Sepak Bola Nasional Asal Lombok

Singkat kata, gunung-gunung di belahan bumi Utara dijejerkan menjadi tersangka. Satu persatu diteliti, dicari bukti-bukti yang memberatkan, untuk segera dijadikan terdakwa, dan diajukan ke meja sidang pengadilan. Salah satunya adalah dengan memakai “sidik-jari’. Sebuah alat bukti yang ditemukan kedalaman lapisan es di kutub utara, pada kolom th 1257. Dimana komposisi kimianya ( geo-chemical ) nya harus sama persis.

Gunung Tofua di Tonga, El Chichon di Mexico ,Quilotoa di Ecuador , Okataina di New Zealand, bahkan Al Harrat di Arabia dll., segera menjadi tersangka, dihubungkan dengan dahsyatnya letusan yang mungkin ditimbulkan. Para ahli geologi sedunia segera merubungi sang tersangka, seraya mencari bukti “sidik jari” dimaksud langsung ke lapangan.

Namun bukti tak ditemukan, mereka semua hanya jadi tersangka namun tak bisa dipidanakan. Clive Oppenheimer geoloog terkemuka dari Cambridge Univ, mengungkapkan bahwa letusan ini sedemikian dahsyat, yang terhebat dalam 7000 th terakhir. Harus menyisakan lubang kaldera sisa letusan yang berdiameter setidaknya 6 km.
Semua garuk garuk kepala enggak gatel. Rasa frustasi para scientist itu diungkap oleh Thomas Crowley ahli geologi dari Edinburg Univ, katanya : … But where did the eruption happen?, not being able to find the volcano can be discomforting”. Lalu meneruskan : “If the sulfur wasn’t released by a volcano, it means something very strange is going on that we don’t know about.” … he he

Namun terobosan itu segera datang.
Digagas oleh Franc Lavigne dari Pantheon – Sorbonne Univ Perancis, yang kembali mencoba menyatukan semua informasi yang ada.
Penggalian di kutub selatan dilakukan, dan tepat pada kolom es di th 1257, ternyata sidik jari yang ada di kutub utara, juga persis sama ditemukan di kutub selatan … ahaaa !!!.
Artinya adalah, jika semburan mengarah ke belahan bumu utara dan selatan berbarengan, maka asal semburan mestilah dari lokasi di sekitar katulistiwa, alias tengah-tengah bumi. Jumlah tersangka segera menciut drastis, dan pada 2012 , alias baru 6 tahun yang lalu, terdakwa itu baru diputuskan. Dia bernama Rinjani !!!

BACA JUGA:  1941, Majalah Rindjani Terbit di Lombok

Ya ampiuuunnn … Rinjani si jelita dari Lombok itu dulunya ternyata monster menakutkan. Sidik jari geo-kimia yang ditemukan dikutub utara dan selatan bumi, sama persis dengan peninggalan letusan Rinjani dimasa lalu. Penelitian lanjutan dalam sejarah lokal, ditemukan dalam guratan daun lontar “babad lombok”, yang membenarkan, bahwa kala itu terjadi letusan teramat dahysat. Dalam daun lontar tertulis … rumah-rumah hancur dan hanyut menuju laut, banyak orang yang meninggal …
Kerajaan lombok, dengan ibukotanya Parmatan hancur dan terkubur dalam debu. Bukan tak mungkin puing reruntuhan itu masih ada dan terkubur puluhan meter dalam tanah. Hal yang sangat umum terjadi pada bencana semacam itu, kilah Clive Oppenheimer. Bencana yang menghancurkan Lombok, dan merembet ke pulau Bali. Terbukti saat di th 1280 an, raja Kertanegara dari Singasari menyerang Bali, mereka segera takluk dengan perlawanan yang kurang berarti.

Dari babad Lombok pula, ternyata si Jelita Rinjani dulunya bernama Samalas. Gunung yang sangat tinggi. Puncak Rinjani yang kita kenal sekarang dan berketinggian 3726 m dpl, dari pandangan mata saja kita tahu, bahwa puncak itu dulunya adalah lereng gunung yang lebih tinggi lagi. Puncak rinjani yang ada saat ini adalah lereng, sisa letusan dari Gn Samalas di tahun 1257, yang membuat kaldera berdiameter sekitar 6 km. Dengan danau sagara anak yang berkedalaman 200 meter didalamnya. Dari kaldera menyembul gn barujari setinggi 325 m dari dasar kaldera.

Time has change
From the beast Samalas
then converted into
The beauty Rinjani …

Yat Lessie

Keterangan foto: Sebelum itu, di lokasi yang sama , berdiri Gn Samalas, yang kerketinggian 4200 m dpl. Atau 500 meter lebih tinggi dari gn Rinjani ( lihat ilustrasi )