Inflasi “Volatile Food”

Ketiga, inflasi “volatile food” yakni inflasi barang dan jasa yang harganya sangat bergejolak (“volatile”) umumnya didominasi oleh bahan pangan (“food”) seperti beras, cabe rawit, cabe merah, bawang merah, tomat, daging ayam, telur, dan lain-lain.                    

      Inflasi itu perlu dikendalikan untuk mencapai inflasi yang rendah dan stabil. Dalam Peta Jalan (“Road Map”) Pengendalian Inflasi Daerah 2022-2024 oleh Kementerian Dalam Negeri (2022) telah ditetapkan sasaran atau target inflasi daerah yang dikategorikan “rendah dan stabil” yakni sebesar 3 persen dengan deviasi plus atau minus 1 persen baik pada tahun 2022 maupun 2023 dan 2,5 persen dengan deviasi plus atau minus 1 persen pada tahun 2024. Artinya, sasaran atau target inflasi yang dimaksud yakni berkisar antara 2 persen hingga 4 persen pada baik tahun 2022 maupun 2023 dan pada kisaran 1,5 persen hingga 3,5 persen pada tahun 2024.                                                       

BACA JUGA:  Politik Pengetahuan dan Modal Pengetahuan (Sasak yang Selalu Hilang)

      Berdasarkan data BPS NTB (2023) diperoleh inflasi di Lombok Timur pada Desember 2023 sebesar 3,04 persen berdasarkan “year-on-year” ((yoy) dan “year-to-date” (ytd). Capaian inflasi Lombok Timur pada Desember 2023 sebesar 3,04 persen (yoy dan ytd) tersebut, angkanya  berkisar antara 2 persen hingga 4 persen, artinya sesuai dengan sasaran atau target. Dengan perkataan lain, inflasi di Lombok Timur pada Desember 2023 tergolong “rendah dan stabil”.     Dari sisi kebijakan publik, ini menggambarkan bahwa Penjabat Bupati Lombok Timur  Drs.H.M.Juaini Taofik, M.AP telah berhasil mengendalikan inflasi.

BACA JUGA:  Ayahanda AHMAD JD (Dicabutnya Peradaban dan Pengetahuan Kesasakan)

       Inflasi “volatile food” terkandung dalam kelompok makanan, minuman dan tembakau dimana kelompok ini berdasarkan data BPS NTB (2023) memberikan kontribusi terbesar yakni 4,89 persen (yoy dan ytd) pada Desember 2023. Disebut bergejolak (“volatile”) karena inflasi “volatile food” tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor musim dan iklim/cuaca seperti El-Nino. Gejolak (“volatile”) dimaksud ditandai dengan rendahnya harga komoditas ketika musim panen dan cenderung melambung tinggi di luar musim panen terlebih ketika terjadi El-Nino.

BACA JUGA:  Apa Hasil Perang Ukraina?

       Dalam pengendalian inflasi termasuk inflasi “volatile food”, Penjabat (Pj.) Bupati Lombok Timur, Drs.H.M.Juaini Taofik, M.AP telah memiliki langkah strategis yakni sebuah gerakan yang disebut “Silaturahmi untuk Lombok Timur Berkemajuan” disingkat SULTan. Melalui gerakan ini, setiap hari Jum’at Aparatur Sipil Negara (ASN) lingkup Lombok Timur bergerak ke pasar untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan inflasi seperti keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi. Dalam pada itu, SULTan merupakan implementasi dari nilai inti ASN yaitu “BerAKHLAK” yang merupakan singkatan dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonisasi, Loyal, Adaptif, Kolaboratif dan pelayanan prima (“excellent service”) 4K yang merupakan singkatan dari Ketepatan, Kecepatan, Keramahan, Kenyamanan. (*)