Persahabatan Lawan Jenis Menjadi Cinta, Mengapa Tidak?

Kita merasa bahwa teman kita aneh, akan tetapi menurut persepsi dia sendiri sama sekali tidak aneh. Tidak sedikitnya persahabatan lawan jenis mengungkapkan perasaannya kepada sahabatnya sendiri. Kejadian Ini terjadi karena adanya sifat platonis dan daya tarik tertentu yang dapat membuat persepsi individu berbeda satu sama lain.


Sifat platonis atau yang dikenal sebagai cinta platonis menjelaskan tentang hubungan antara dua individu yang mendalam tanpa adanya rasa ketertarikan fisik dan lebih fokus terhadap koneksi intelektual serta saling menghargai.

Sehingga, dalam hubungan ini tidak ada ekspektasi untuk bersikap dan berbuat romantis. Sedangkan dalam sisi daya tarik, masing-masing individu mempunyai daya tarik yang berbeda-beda pada orang tertentu. Ketertarikan individu dapat dipengaruhi oleh kesamaan kepribadian, fisik, maupun sinyal-sinyal ghaib antar keduanya.

BACA JUGA:  Perempuan yang Terpaksa Pergi


Pada cinta platonis, ketertarikan individu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, adanya kesamaan kepribadian yang dimana individu cenderung dan sering berinteraksi lebih akrab dikarenakan keduanya menyukai suatu hal yang sama dengan dirinya, seperti sikap, minat, bakat, hobi, kepribadian, hingga latar belakang.

Kedua, adanya hubungan timbal balik (reciprocal liking) yang dimana individu merasa dihargai, mempunyai nilai (value) dan mendapatkan respon positif berupa apresiasi, sehingga meningkatkan rasa harga dirinya dan akan memberikan feedback berupa apa yang telah diberikan oleh sahabatnya.

Ketiga, adanya kedekatan (proximity) yang terpengaruhi oleh keakraban serta kenyamanan. Semakin sering kedua individu bertemu, maka semakin timbul ketertarikan secara tidak sadar.

Pada faktor ketiga telah dilakukan penelitian oleh zajonc pada tahun 1968, hasil penelitian tersebut disebut dengan more exposure effect. Dengan faktor-faktor yang telah disebutkan Teori proksimitas (proximity effect) oleh Robert Zajonc mengungkapkan bahwa kita akan cenderung lebih tertarik pada orang yang sering kita temui dan dekat dengan kita, karena meningkatkan interaksi yang lebih intens.

BACA JUGA:  Pledoi dan Kritik Untuk Ade Armando

Berdasarkan teori Erik Erikson kejadian ini terjadi pada tahap intimacy vs isolation (keintiman vs isolasi). Tahap ini terjadi pada masa remaja akhir hingga masa dewasa awal.Pada masa tersebut seseorang merasa siap untuk menjalankan serta membangun hubungan yang dekat hingga secara intim dengan orang lain.


Menurut American Psychological Association menyebutkan bahwa sekitar 68% pasangan di Amerika Serikat memulai hubungan yang mendalam melalui teman dekat.

Selain itu, menurut artikel yang telah ditulis oleh Arash Emamzadeh pada Jurnal Psychology Today menganalisis 1.900 orang menunjukkan bahwa 2 per 3 atau 66% hubungan romantis diawali dan dimulai dari persahabatan.

Sekitar 70% mengatakan bahwa mereka tidak memiliki niatan untuk berbuat ataupun melakukan hal romantis pada awal memulai hubungan.


Kejadian ini terjadi tidak semulus apa yang kita bayangkan. Tidak semua individu ingin mengubah status persahabatan menjadi cinta. Hal ini dapat menimbulkan berbagai konflik.

BACA JUGA:  Sang Ilusionis Industrialisasi dan Kematian Tragis Penonton

Seperti, apabila salah satu pihak menolak untuk menjalin hubungan yang lebih serius, pihak yang mengajak pasti akan merasa tersakiti hingga dapat merusak hubungan persahabatan yang sudah hangat.

Tidak hanya itu, jika individu telah mempunyai pasangan dan persahabatan ini sangat dekat, maka bisa terjadi kesalahpahaman seperti perselingkuhan, dan lain-lain.


Jadi, meskipun di awal tidak adanya ketertarikan antar individu pada persahabatan lawan jenis, maka akan ada kemungkinan untuk muncul perasaan cinta satu sama lain dikarenakan beberapa faktor, seperti kesamaan kepribadian, kedekatan emosional, dan interaksi yang intens.

Hal ini dapat mengubah status hubungan persahabatan menjadi cinta. Namun, perubahan status ini tidak selalu berjalan mulus. Terdapat banyak hal yang dapat menimbulkan konflik seperti, kesalahpahaman, atau bahkan merusak persahabatan yang sudah terjalin.

Maka dari itu kita harus mengelola perasaan dengan bijak dan memastikan apakah tindakan yang kita lakukan benar atau salah, agar hubungan tetap sehat. ***