Pentingkah Hari Guru Diperingati?

Penulis: Adriyan Wahyudi

Namun, sebenarnya, apa makna di balik peringatan Hari Guru? Apakah hanya sebatas seremonial semata?

Sejarah Peringatan Hari Guru

Setiap tahunnya, pada tanggal 25 November, Indonesia memperingati Hari Guru Nasional sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan dan pengabdian para guru.

Peringatan ini menjadi tonggak sejarah dalam pendidikan Indonesia, yang tidak lepas dari perjalanan panjang Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Sejarah Hari Guru dimulai jauh sebelum kemerdekaan, meninggalkan jejak dari era kolonial Belanda hingga masa pendudukan Jepang. Pada masa itu, guru tidak hanya bertugas mendidik tetapi juga berjuang mempertahankan dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Penetapan Hari Guru memiliki makna mendalam sebagai penghormatan terhadap jasa para guru yang telah menghadapi berbagai tantangan zaman.

Pada era Hindia Belanda, pendidikan bagi calon guru dirintis dengan berdirinya Sekolah Guru Negeri pada tahun 1851 di Surakarta, yang sebelumnya dikenal sebagai Normal Cursus. Sekolah ini bertujuan mencetak guru untuk mengabdi di desa-desa dan wilayah terpencil.

BACA JUGA:  Satu Abad NU (Perspektif Pembelajar)

Pada tahun 1912, berdirilah Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB), sebuah organisasi yang mewadahi para guru dari berbagai kalangan, seperti guru desa, kepala sekolah, dan guru bantu.

Namun, perbedaan status dan pangkat di antara anggota PGHB memunculkan organisasi baru seperti Persatuan Guru Bantu (PGB) dan Perserikatan Guru Desa (PGD). Transformasi besar terjadi pada tahun 1932 ketika PGHB berganti nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI).

Pergantian nama ini mencerminkan semangat nasionalisme yang kuat, meskipun Belanda menentang penggunaan kata “Indonesia.”

Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, para guru kembali memainkan peran penting dalam membangun sistem pendidikan yang sempat terhenti selama penjajahan.

Pada 24-25 November 1945, Kongres Guru Indonesia diadakan di Sekolah Guru Puteri, Surakarta, dihadiri oleh tenaga pendidik dari berbagai daerah, baik yang aktif maupun yang telah pensiun.

BACA JUGA:  Nangis Dalem Petani Mako (Elegi Kaum Miskin yang Tangguh)

Kongres ini melahirkan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), yang menjadi wadah perjuangan guru di Indonesia. PGRI memiliki tiga tujuan utama:

  1. Mempertahankan Republik Indonesia.
  2. Meningkatkan mutu pendidikan.
  3. Membela hak dan kesejahteraan guru.

PGRI menjadi simbol persatuan, menyatukan para guru yang sebelumnya terpecah akibat perbedaan status dan pangkat, memperkuat peran guru dalam pembangunan bangsa.

Urgensi Memperingati Hari Guru

Hari Guru Nasional 2024 mengusung tema “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini merupakan bentuk apresiasi terhadap dedikasi guru-guru Indonesia dalam memberikan layanan pendidikan terbaik untuk anak bangsa.

Hari Guru Nasional bukan sekadar seremonial, melainkan wujud penghormatan terhadap peran guru di seluruh pelosok negeri yang telah mendidik, menemani, dan menginspirasi anak-anak Indonesia.

Peringatan ini juga merupakan upaya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk memberikan penghargaan kepada guru dan tenaga kependidikan yang, meskipun dengan segala keterbatasan, tetap bersemangat belajar, berkarya, dan berbagi demi kemajuan pendidikan Indonesia.

BACA JUGA:  IDB dan NTB Maju Melaju

Tahun 2045 adalah tahun yang kita cita-citakan sebagai Indonesia Emas, di mana generasi muda kita akan memimpin bangsa menuju kemajuan global.

Untuk itu, profesionalisme menjadi tuntutan utama bagi guru saat ini dan di masa depan guna melahirkan Generasi Emas Indonesia 2045.

Guru tidak hanya bertugas memberikan materi di kelas, tetapi juga harus hadir sebagai sosok yang menginspirasi, mendidik karakter, menanamkan nilai-nilai kebhinekaan, dan mengajarkan semangat pantang menyerah kepada setiap anak bangsa. Guru diharapkan menjadi pendamping yang setia dalam membentuk pribadi tangguh dan berani menghadapi tantangan zaman.

Dengan memperingati Hari Guru, kita mengingatkan diri akan pentingnya peran mereka dalam membangun masa depan bangsa. Maka, Hari Guru bukan hanya seremonial belaka, tetapi momentum untuk merefleksikan penghargaan dan apresiasi yang layak bagi para pahlawan tanpa tanda jasa ini.

Penulis adalah Aktivis Kampus di FHISIP Universitas Mataram