Saya terus penasaran untuk mencari tahu siapa tamu asing pertama yang sengaja datang melancong ke Lombok. Alfred Russel Wallace, naturalis dari England, berkunjung ke Lombok 165 tahun yang lalu. Tapi dia bukan wisatawan. Ia datang untuk memburu burung-burung dan serangga, dan melakukan beberapa penelitian.
Oleh: Buyung Sutan Muhlis
Demikian pula, Heinrich Zollinger, ahli botani yang datang pada 1847. Orang Swiss ini juga sama-sama punya hasrat meneliti seperti Wallace dengan garis imajinernya yang masyhur itu.
Lalu Cornelis de Houtman yang menemukan Lombok di tahun 1597. Ia pun jelas-jelas bukan pelancong. Ia memimpin ekspedisi pertama Belanda, dibayar para pedagang Amsterdam untuk menemukan jalur dan titik ladang subur tempat tumbuhnya tanaman rempah-rempah.
Akhirnya, saya cukup lega, setelah menemukan sebuah nama. Ia juga seorang ilmuwan, tapi saya tak memperoleh catatan tentang riset atau studinya di Lombok. Yang saya temukan hanya sejumlah lokasi kunjungannya. Seluruhnya tempat wisata. Karena itulah saya memastikan dialah turis pertama yang mengunjungi pulau ini.
Ia datang di tahun 1904. Bahkan jauh sebelum Pulau Lombok di-branding sebagai destinasi, jika merujuk buku “Guide Through Netherlands India” yang diterbitkan perusahaan pelayaran Belanda, Koninklijke Paketvaart Maatschapp (KPM) di tahun 1911.
Namanya Franz Heger. Kelahiran Brandeis an der Adler, Bohemia, Eropa Tengah, 4 Oktober 1853. Ia kurator dan etnolog Austria. Jabatannya Kepala Departemen Antropologi-Etnografi di Museum Sejarah Alam, Wina. Hasil risetnya di Asia Tenggara yang menegaskan drum perunggu berasal dari Vietnam di tahun 1902, masih digunakan sebagai rujukan para peneliti hingga sekarang.
Dari koleksi Heger yang disimpan di Museum Wina saya mendapatkan sebuah foto yang saya cari-cari selama ini: pesanggerahan Ampenan. Di koran-koran Belanda tempo doeloe, saya hanya mendapatkan informasi letak pesanggerahan di Ampenan, yaitu di Kampung Repok Bebek, di jalan utama Ampenan-Mataram. Bangunan bekas kediaman Asisten Residen Lombok. Heger menginap di situ.
Hebatnya, Heger membawa kamera. Sesuatu yang sangat luar biasa, mengingat kamera saat itu bukan peralatan biasa yang sembarang orang mampu memilikinya. Jika CJ Neeb, dokter tentara dan fotografer KNIL itu, beberapa tahun sebelumnya bisa mengabadikan sejumlah obyek di Lombok, itu bukan swadayanya. Tapi dari dana proyek Perang Lombok.
Sebanyak 30 foto Heger selama di Lombok tersimpan di museum Wina. Dari Ampenan dia menuju Cakranegara, memotret ritual ngaben umat Hindu. Ia juga mengabadikan tempat wisata di Narmada dan Lingsar.
Heger wisatawan pertama yang berkunjung ke Lombok. Ia juga turis pertama yang melengkapi kunjungannya dengan perangkat kamera.(Buyung Sutan Muhlis)