MATARAMRADIO.COM – Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bersiap menjadi pusat investasi strategis bagi Uni Emirat Arab (UEA), menyusul kunjungan Duta Besar RI untuk UEA, Husen Bagis, ke Pendopo Gubernur NTB, Kamis (3/4).
Pertemuan ini membuka peluang kolaborasi di berbagai sektor, mulai dari ekspor tenaga kesehatan hingga pengembangan tambang emas dan industri hilir smelter.


Peluang Ekspor Tenaga Kerja Kesehatan
Gubernur NTB, Dr. Lalu Muhamad Iqbal, mengungkapkan potensi besar NTB dalam memenuhi permintaan tenaga kesehatan UEA, terutama perawat berpengalaman. “Kami memiliki banyak rumah sakit yang bisa menjadi tempat pelatihan untuk meningkatkan kompetensi calon tenaga kerja sebelum dikirim ke UEA,” tegas Iqbal.
Menurut data Kementerian Ketenagakerjaan, UEA membutuhkan sekitar 5.000 tenaga kesehatan baru setiap tahun, dengan gaji rata-rata Rp15-20 juta per bulan. NTB berencana membentuk program khusus pelatihan perawat berstandar internasional untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Investasi Tambang dan Smelter Jadi Primadona
Selain sektor kesehatan, Iqbal mempromosikan NTB sebagai destinasi investasi pertambangan dan industri pengolahan mineral. “Kami memiliki smelter yang produknya, seperti tembaga dan asam sulfat, bisa diolah menjadi kabel dan pupuk. Ini peluang besar untuk investor UEA,” paparnya.
Yang paling menarik adalah proyek tambang emas di Batu Biru, Dompu, yang telah dieksplorasi PT Sumbawa Timur Mining selama 10 tahun. “Tinggal menunggu eksploitasi. Jika investor UEA berminat, kami siap fasilitasi,” tambah Iqbal. Analis memperkirakan nilai investasi tambang ini bisa mencapai Rp10 triliun.
Jaminan Keamanan Investasi dengan Keterlibatan Pemda
Untuk menarik minat investor, Pemda NTB akan membentuk perusahaan daerah yang ikut serta dalam proyek-proyek strategis. “Kami akan ambil saham minoritas di setiap investasi besar. Tujuannya, investor merasa aman karena pemerintah terlibat langsung dalam mengawal perizinan dan solusi masalah sosial,” jelas Iqbal.
Skema ini dinilai inovatif oleh pengamat ekonomi, karena mengurangi risiko bagi investor asing. “Ini langkah cerdas untuk membangun kepercayaan, terutama di sektor yang rawan konflik seperti pertambangan,” kata Dr. Ahmad Syafii, ekonom Universitas Mataram.
Sektor Pertanian dan Peternakan Jadi Andalan
Tak ketinggalan, Iqbal menawarkan potensi agribisnis NTB, seperti budidaya sapi dan pengembangan pangan organik. “UEA bisa berinvestasi di sini dengan skema kemitraan petani dan teknologi modern,” ujarnya.
Dubes Husen Bagis menyambut positif tawaran ini. “UEA sedang diversifikasi investasi di luar minyak. NTB memiliki banyak peluang yang bisa dieksplor lebih lanjut,” tandasnya.(editorMRC)






































































































































