Perilaku Masyarakat Pada Masa Pandemi Covid-19   

  Pandemi Covid-19 telah berdampak terhadap semua aspek kehidupan masyarakat. Untuk mencegah agar persebaran Covid-19 tersebut tidak semakin meluas, sejak tanggal 3 juli 2021, pemerintah mengeluarkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di sejumlah daerah.

Sebagai bagian dari upaya percepatan penanganan Covid-19 tersebut, BPS NTB menyelenggarakan Survei Perilaku Masyarakat Pada Masa Pandemi Covid-19 secara daring (online) pada tanggal 13-20 Juli 2021.

Dalam survei tersebut, BPS NTB menggunakan rancangan “non-probability sampling” yang disebarkan secara berantai atau “snowball” dengan total 3.563 responden yang tersebar di Pulau Lombok (65,6 persen) dan Pulau Sumbawa (34,4 persen). Responden terdiri dari Laki-laki (51,1 persen) dan Perempuan (48,9 persen).
       Hasil survei tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, secara umum kepatuhan responden terhadap penetapan protokol kesehatan sudah cukup baik. Namun, beberapa perilaku responden dalam melaksanakan protokol kesehatan masih perlu mendapat perhatian seperti kurang patuh dalam cuci tangan dengan sabun/hand sanitizer (12 persen), menjaga jarak minimal 2 meter (16 persen) dan menghindari kerumunan (10 persen).

BACA JUGA:  Indeks Pembangunan Keluarga      

Kedua, umumnya responden dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki tingkat pengetahuan yang baik dalam menerapkan protokol kesehatan termasuk dalam menjaga diri agar tidak terinfeksi Covid-19. Ketiga, dari segi kelompok umur, reponden umur muda (17-30 tahun) memiliki kesadaran rendah dalam menerapkan protokol kesehatan dibandingkan kelompok umur yang lebih tua (diatas 30 tahun). 
       Keempat, sebagian besar responden menilai bahwa tingkat kepatuhan dirinya dalam menjalankan protokol kesehatan cukup baik, tetapi responden menilai bahwa tingkat kepatuhan masyarakat sekitarnya dalam menerapkan protokol kesehatan masih sangat rendah, khususnya dalam memakai 1 masker, 2 masker, cuci tangan/hand sanitizer, dan menjaga jarak minimal 2 meter. Kelima, Sebagian besar responden mengurangi frekuensi perjalanannya selama PPKM Darurat. Responden juga menilai berbagai kegiatan di kantor, sekolah, tempat ibadah, fasilitas umum (seperti pasar, warung, super maket, mall, dan sejenisnya), serta kegiatan seni budaya, sosial, keagamaan selama PPKM Darurat turun dibandingkan sebelumnya. 

BACA JUGA:  GDPK, Solusi Permasalahan Kependudukan NTB


       Keenam, kesadaran masyarakat dalam mengikuti program vaksin sudah cukup baik, tetapi masih terdapat sebagian orang yang khawatir dengan efek samping dan tidak percaya efektivitas vaksin (20 persen dari responden yang belum divaksin). Ketujuh, mayoritas penduduk merasa jenuh/sangat jenuh selama diberlakukannya PPKM (59 persen responden). Banyak responden yang mengisi kegiatan selama PPKM melalui kegiatan yang meminimalkan mobilitas yaitu memperbanyak ibadah (56 persen) dan berkomuniaksi dengan keluarga/teman secara online (54 persen). Kedelapan, responden menilai pemenuhan kebutuhan pokok, obat-obatan, vitamin, masker dan hand sanitizer, dan pelayanan kesehatan jika ada yang sakit relatif mudah (36 persen), tetapi untuk pemenuhan alat kesehatan yang menunjang seperti “oxymeter”, tabung oksigen, “nebulizer” relatif masih sulit (30 persen).   (Tim Weekend Editorial)

BACA JUGA:  Perekonomian Lombok Timur 2020 dan Covid-19