Cara Radio Bertahan Di Era Disrupsi Teknologi

Oleh: Purbakuncara (Direktur KLIKHOST Network)

Revolusi teknologi, khususnya di bidang internet, memang membawa dampak bagi media-media konvensional. Kehadiran sosial media dan media online menyebabkan media-media cetak kehilangan pembaca. Demikian juga radio konvensional juga terdampak, dimana jumlah pendengarnya yang semakin menurun.

Radio pernah jadi teknologi paling canggih di masanya. Namun, ketika teknologi berkembang, perhatian masyarakat mulai terbagi-bagi.

Radio memang telah lama hadir di kehidupan masyarakat sejak tahun 1922, namun adanya persaingan radio dengan teknologi canggih membuat kedudukan radio sebagai pemberi berita dan hiburan yang utama tergeser. Tidak bisa dipungkiri, televisi dan internet memang banyak memiliki kelebihan dibanding radio. Kemungkinan jika peminat radio berkurang dan beralih pada televisi maupun internet bisa terjadi kapan pun itu, dan tidak ada pihak yang dapat disalahkan akan hal tersebut karena semua media juga ingin meningkatkan diri di bidang mereka masing-masing.

Di tengah kondisi seperti ini, ironinya banyak sekali orang yang ingin mendirikan radio. Namun, keinginan itu tak bisa direalisasi semuanya karena pendirian radio terkait dengan ketersediaan kanal frekuensi. Hal ini memang cukup aneh, di tengah banyaknya radio-radio lama yang tumbang dan stigma bahwa bisnis radio sudah tidak prospek lagi, tapi malah banyak orang berebut ingin mendirikan radio, utamanya radio dakwah(yang sumber pendanaannya lebih banyak dari donasi daripada iklan), radio komunitas dan radio kesehatan (jamu tetes).

Fakta di lapangan, memang kejayaan radio di udara boleh dikatakan terus semakin memudar. Mungkin, orang saat ini hanya mendengarkan radio ketika berkendara mobil, untuk mendengarkan lagu pengusir kantuk atau mendengarkan info lalu-lintas.

Hadirnya fitur FM Radio Built in dalam sebuah smartphone sudah tidak lagi menjadi faktor utama, bahkan beberapa smartphone keluaran terbaru seperti iPhone, Sony, HTC, Lenovo, Asus hingga Samsung Galaxy Series sudah mulai menghilangkan fitur FM Radio sebagai fitur standar mereka. Peningkatan kepemilikan smartphone di Indonesia tidak lagi mengandalkan kehadiran fitur FM Radio built in. Hampir semua stasiun radio sudah menawarkan layanan Streaming radio mereka yang bisa dinikmati melalui akses internet, apalagi sekarang sudah didukung dengan akses internet cepat 4G LTE yang menawarkan kenyamanan dalam melakukan streaming multimedia termasuk radio. Namun, masih belum bisa mengembalikan kejayaan radio seperti dulu.

Berdasarkan survey Nielsen 2014, tiap tahun, pendengar radio mengalami penurunan hingga 3%. Sedangkan sebagai media promosi, radio hanya memiliki porsi penetrasi 30% penggunaan di tengah masyarakat, dibanding televisi, majalah dan media lainnya.

Riset yang pernah dilakukan Broadcasting Board of Governors sebuah badan yang menaungi lembaga-lembaga penyiaran internasional milik Amerika dan perusahaan riset Gallup yang mengungkapkan bahwa dibandingkan dengan media lain, 87% penduduk Indonesia menggunakan TV untuk mendapatkan berita, 36% melalui SMS, 11% memperoleh informasi dari radio dan hanya 7% yang masih menggunakan media cetak untuk mendapatkan berita.

Dari hal tersebut, apa saja yang menjadi penyebab turunnya minat masyarakat terhadap radio ?

1. Jumlah pendengar radio tidak mengalami pertumbuhan

Data Radio Reach atau jumlah pendengar radio diantara populasi penduduk di satu kota tidak mengalami pertumbuhan, tetap dari tahun ke tahun bahkan beberapa diantaranya mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa persaingan stasiun radio untuk merebut pendengar semakin ketat karena jumlah pendengar yang diperbutkan cenderung tidak bertambah. Di Tulungagung – Jawa Timur saya pernah mencoba menggeser-geser frekuensi radio, dan saya menemukan sekitar 5-8 radio (yang kemungkinan radio gelap) sedang memutarkan iklan jamu tetes maupun produk herbal lainnya. Banyaknya jumlah stasiun radio ini jugalah yang menyebabkan “kue” pendengar semakin terbagi-bagi.

BACA JUGA:  Politik Orang Sasak: Politik Ormas dan Politik Timuk Bat Lauk Daye

2. Orang-orang lebih sibuk dan tidak punya waktu untuk mengkonsumsi media massa

Hal lain yang menyebabkan penurunan jumlah pendengar radio yaitu masyarakat modern sekarang ini adalah orang-orang sibuk yang hanya punya sedikit waktu untuk mengkonsumsi media massa. Masyarakat urban perkotaan misalnya adalah orang-orang yang bekerja full dari pagi hingga malam hari dan tidak punya waktu untuk mendengarkan radio. Sebenarnya, perilaku masyarakat urban yang multi tasking tidak hanya merugikan radio, namun televisi dan koran juga dirugikan.

3. Kualitas siaran yang semakin menurun

Di tengah fenomena penurunan jumlah pendengar ini tidak disikapi dengan perbaikan kualitas produk dari industri radio. Semestinya fenomena penurunan jumah pendengar harus memacu industri radio untuk menghasilkan produk yang lebih baik dan adaptif terhadap perubahan jaman. Namun faktanya menujukkan sepanjang 10 tahun terakhir ini nyaris tidak ada program siaran radio yang fenomenal dan mampu merebut perhatian publik di Indonesia ini. Kalaupun ada produk siaran yang berkualitas itu dihasilkan parsial oleh radio-radio yang kreatif saja, artinya tidak cukup untuk menyikapi perubahan yang terjadi. Padahal yang dibutuhkan adalah sebuah kebangkitan secara industri.

4. Tidak semua orang punya penerima radio FM

Survey saya sederhana di sebuah desa, yang punya radio bisa dihitung dengan jari. Tapi kalau TIVI ? hampir setiap rumah punya pesawat televisi, baik dengan menggunakan antena biasa maupun parabola.

Profil Pendengar Radio Saat Ini

Profil pendengar radio secara umum dapat dideskripsikan yang dominan adalah laki-laki atau perempuan yang bekerja dan berusia produktif dengan kemampuan ekonomi kelas menengah. Alasan utama orang mendengarkan radio adalah mencari hiburan. Hiburan berupa musik dan lagu-lagu yang enak di dengar yang kalau gabungkan mencapai 56%, lalu disusul dengan informasi, lalu program ceramah agama/religi. Pendengar radio tergolong kategori Medium Listener, dengan rata-rata lama jam mendengar per hari sebesar 1.87 jam.

Salah seorang karyawan yang cukup sibuk mengatakan bahwa : “Saya mendengarkan radio jarang, hanya di mobil saat perjalanan jauh. Tapi, saat di rumah, tidak mendengarkan sama sekali. Sekarang kalo misal mau mendengarkan musik pakai spotify di HP aja, sambil lihat instagram atau facebook.”

Kemacetan di kota besar menjadi alasan pendengar ingin mendengar konten yang menghibur. Kalau di pegunungan dan pedesaan, pendengar kebanyakan adalah usia di atas 30 tahun dengan profesi sebagai ibu rumah tangga maupun petani. Mereka jarang mendengarkan lagu melalui spotify dll krn harga kuota internet yang masih tergolong mahal.

Pendengar radio tak sebanyak dulu karena sekarang orang jarang punya radio di rumah. Dulu pendengar radio remaja usia 17 tahun, saat ini usia 25 karena yang membutuhkan radio adalah orang-orang lama.

Saya pribadi mendengarkan radio paling sering ya lewat streaming. Dan kalau lagi di mobil ya ndengerin lewat radio mobil, atau mendengarkan lagu di youtube lalu saya hubungkan melalui bluetooth di head unit mobil. Bagaimana dengan Anda, apakah sama dengan saya ?

Kekuatan Radio

1. Langsung

Radio merupakan salah satu media komunikasi massa yang dipandang sebagai the fifth estate (kekuatan kelima) setelah lembaga eksekutif (pemerintah), legislatif (parlemen), yudikatif (lembaga peradilan), dan pers atau surat kabar. Hal itu antara lain karena radio memiliki kekuatan langsung, tidak mengenal jarak dan rintangan, dan memiliki daya tarik sendiri, seperti kekuatan suara, musik, dan efek suara.

2. Murah dan Merakyat

Selain itu, keunggulan radio siaran adalah murah, merakyat, dan bisa dibawa atau didengarkan dimana-mana. Seiring dengan perkembangan zaman, radio bukan hanya media hiburan dan informasi, namun radio sudah menjadi media activation. Karena itulah, setiap stasiun radio memiliki idealisme tersendiri untuk menarik pendengarnya.

BACA JUGA:  BKSAP DPR RI Siap Jembatani Diplomasi Pendidikan dan Budaya di NTB

3. Bisa didengar sambil berapa saja

Radio adalah media yang bisa didengar sambil berapa saja. Inilah kekuatan radio dibanding media-media lainnya. Mendengarkan radio bisa dilakukan sambil mencuci piring, menyapu, menyeterika, mengemudi mobil, tiduran, mengerjakan tugas, atau sambil mengetik dan ngeblog. Dengan hadirnya internet, radio konvensional juga bisa didengar melalui streaming kapan saja dan dimana saja.

4. Teman Dekat

Radio memiliki basis pendengar dengan karakteristik yang lebih spesifik. Suara merdu dari sang penyiar mampu menarik telinga para pendengarnya untuk tetap setia. Radio bisa menjadi teman dekat untuk mengatasi kesepian. Topik-topik seperti musik, kuliner, teknologi dan kesehatan adalah yang cukup diminati.

5. Interaktif

Kekuatan radio adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan pendengar, dan kemampuan ini tidak dimiliki music player lainnya seperti spotify, joox dan apple music. Meski kemungkinan suatu saat music player seperti spotify dll itu juga akan menampilkan streaming radio di aplikasinya.

6. Ga Ribet!

Setiap radio tentunya punya Music Director yang akan menyusun lagu sesuai dengan genre radio dan MOOD pendengarnya sesuai jamnya. Misal saat jam 5 sore dimana banyak pendengar yang di mobil lagi pulang kerja dan terjebak macet, maka Music Director akan menghadirkan lagu-lagu yang bisa bikin orang relax ataupun happy. Hal inilah yang belum dimiliki oleh aplikasi music player. Pendengar radio tidak perlu mikirin lagu apa yang mau mereka putar, cukup putar-putar frekuensi sesuai dengan konten yang mereka inginkan.

Strategi Untuk Radio Bisa Bertahan Saat Ini

Beberapa kunci agar radio bisa eksis di era internet saat ini adalah :

1. Lagu dan informasi yang terus up to date

Positioning radio tidak melulu soal musik, namun harus ada value lain yang ditawarkan. Radio harus memberikan informasi yang up to date dan terpercaya. Di era internet yang banyak berseliweran berita bohong dan informasi palsu maka radio harus bisa menjadi pencerah dan penunjuk informasi yang valid.

Memberikan sesuatu yang baru secara rutin, seperti lagu – lagu baru, acara baru atau berita baru. Usahakan untuk memberikan kejutan dan sesuatu yang tidak terduga, yang tidak biasa kepada pendengar sesering mungkin, paling tidak dalam setiap jam sekali. Pendengar ingin mendapatkan sesuatu yang tidak bisa didapatkannya di tempat lain.

2. Terus berinovasi

Radio juga harus bisa memanfaatkan perkembangan teknologi dan informasi untuk terus berinovasi. Radio perlu bertransformasi untuk mengeruk pasar baru dan bertahan dari derasnya arus perkembangan teknologi. “Berinovasi atau mati”, meminjam istilah yang dipopulerkan tokoh manajemen, Peter Drucker.

Inovasi konten 3.0 yang meliputi siaran udara (on air), dalam jaringan (online) dan pertunjukan tidak langsung (off air) adalah sebuah keharusan. Radio harus menggandeng lembaga/instansi lain, serta harus memperbanyak membuat acara-acara off air.

3. Interaktif

Radio harus meningkatkan interaksi dengan pendengar, terutama di media sosial dan aplikasi messenger (whatsapp, telegram dll).

4. Ringan tapi menghibur

Konten tidak terlalu berat, tidak kelebihan durasi, dan dekat dengan pendengar. Konsep ini yang membuat susah lupa dan jadi jatuh cinta sama radio. Konten musik yang disuguhkan oleh radio memiliki sisi yang berbeda karena bisa membangun imajinasi pendengar (theater of mind).

5. Jemput bola

Agar tetap bertahan pada era disrupsi teknologi, radio perlu menjemput bola untuk menarik pendengar milenial seperti melakukan siaran di sekolah, melibatkan mereka dalam siaran, atau menghadirkan artis populer. Program bagi-bagi radio FM digital juga menjadi salah satu cara untuk meningkatkan jumlah pendengar.

BACA JUGA:  18 Motor Hasil Curian Diamankan Polresta Mataram

6. Meningkatkan kualitas SDM

Adapun dari sisi sumber daya manusianya, pengelola radio dituntut memiliki kompetensi dan kualifikasi tinggi. Selain itu, mereka juga harus menguasai teknologi dan mampu mengoperasikan peralatan (tidak gaptek). Perkembangan zaman harus menjadi tantangan dan peluang, bukan hambatan.

SDM harus SOLID, 1 visi dan misi. Kalau sering terjadi bentrokan, segera perbaiki managementnya.

7. Perbesar konten lokal (lokalitas)

Radio harus menjadi media yang bersifat LOKAL. Artinya, konten lokal harus semakin banyak. Di tengah serbuan internet, media sosial, dan aplikasi luar yang memiliki kelengkapan konten dan teknologi, radio justru harus kembali ke jati dirinya sebagai media dengan rasa dan kekayaan lokal. Ketua Dewan Pers, Stanley Yoseph Adi Prasetyo, dalam sambutannya di pembukaan Munas XV PRSSNI di Hotel El Royale, Jakarta, Senin (29/4/2019) mengatakan, radio masih dibutuhkan, namun siarannya harus mencerminkan kebutuhan masyarakat pendengarnya agar tidak ditinggal pergi. Kekuatan konten lokal adalah keunikan sekaligus kekuatan radio yang sekarang mulai dilupakan pengelola radio.

Radio bisa membangkitkan ekonomi, UKM, atau bahkan pariwisata di suatu daerah. Caranya yaitu dengan terus-menerus memberikan konten lokal berupa kekayaan, keunikan, sumber daya di wilayah tersebut. Semua informasi itu bisa disebar melalui radio beserta semua perangkat yang dimiliki media audio tersebut.

Keragaman dan kualitas konten adalah kunci, lokalitas itu powerfull. Jurnalisme radio seperti menghadirkan insert berita lokal (informasi lalu lintas, kecelakaan, UMKM dll) akan membuat radio lebih hidup.

8. Personal

Jadilah teman bagi pendengar secara personal, bukan secara massal. Akan menjadi masalah jika kita tidak bisa memahami bagaimana caranya menjadi teman bagi pendengar. Pendengar ingin mengetahui kejadian apa yang sedang terjadi saat ini, untuk itulah diperlukan adanya penyiar yang secara langsung bisa menyampaikan informasi-informasi aktual bagi pendengar. Jangan membuat pendengar bosan dengan basa basi, kata-kata yang bertele-tele, komentar-komentar dan obrolan tidak penting dari penyiar. Singkatnya, apa yang disampaikan oleh penyiar harus bermutu. Ciptakan ikatan emosional yang kuat dengan pendengar, buat mereka selalu tergerak untuk terus mendengarkan siaran. Menyatulah dengan pendengar. Be personal & interactive!

9. KUALITAS PRODUKSI HARUS SANGAT DIPERHATIKAN

Sebagai media yang bisnis utamanya adalah menggunakan AUDIO, tapi anehnya banyak pengelola radio yang memandang kualitas produksi sebelah mata. Terbukti masih banyak radio yang belum menggarap divisi produksi secara serius. Baik dalam pembuatan station ID, promo program acara, iklan radio yang dibuat dan format acara. Padahal dasarnya bisnis radio itu adalah bisnis AUDIO. Sehingga kualitas audio baik dari sisi teknis maupun isi harus dipastikan yang TERBAIK!

Untuk radio FM, jangan sepelekan masalah teknis. Kualitas isi siaran sudah bagus, tapi audionya MENDEM dan kurang jernih ya eman-eman…. Jadi jika Anda mengejar kualitas audio, maka dari hulu sampai hilir harus diperhatikan. Mulai dari :

Pemilihan file lagu yang diputar (minimal MP3 320 kbps ataupun WAV akan lebih bagus) dan menggunakan software pemutar lagu yang bagus (misal : radioboss maupun RCS yang sudah support ASIO)Menggunakan soundcard yang bagus (misal : digigram vx222e maupun audio science)Menggunakan mixer yang dikhususkan untuk broadcast (misal : D&R airmate untuk mixer analog)Menggunakan microphone yang dikhususkan untuk broadcast (misal : Sennheiser MD421) dan kabel audio yang bagus untuk menghubungkan dengan audio processor dan pemancar.Menggunakan audio processor yang bagus (misal : omnia one maupun orban 5700i)Menggunakan pemancar yang bisa dihandalkan (misal : pemancar merek DB, RVR maupun Quark)Menggunakan antena yang mendukung kualitas suara (misal : 4 bay OMB double ring)

Meski kualitas peralatan sudah bagus, penentu terakhir adalah ORANG YANG MENYETINGNYA. “Man behind the GUN” tetap menjadi faktor penting untuk menghasilkan kualitas suara. Jadi, carilah orang dengan “kuping emas” yang sudah terbiasa menyeting peralatan audio broadcast (mixer dan audio processor).

Sejarah panjang radio membuatnya tetap dibutuhkan pendengar. Unesco bahkan menetapkan setiap tanggal 13 Februari sebagai Hari Radio Sedunia. Di Indonesia sendiri Hari Radio Nasional diperingati setiap tanggal 11 September, dimana hal ini dikaitkan dengan berdirinya Radio Republik Indonesia pada 11 September 1945.

Stasiun radio masih jadi saluran penting, misalnya, untuk menyiarkan informasi gempa dan tsunami. Ada payung hukum bagi pemerintah untuk mewajibkan penggunaan radio. Payung itu adalah UU No. 31 Tahun 2009 pasal 34 dan Permenkominfo 20/2006 pasal 1 – 5. Dalam panduan menghadapi gempa, oleh Kogami dan Unesco, disebutkan bahwa salah satu isi tas siaga bencana adalah radio kecil dan senter. Tidak perlu internet, cukup baterei saja untuk mendengarkan radio!

Mari industri radio terus semangat dan bangkit… Tidak hanya sekedar demi kepentingan bisnis semata, tapi lebih dari itu adalah untuk kepentingan masyarakat demi terwujudnya Indonesia yang hebat, sejahtera, adil, makmur dan bermartabat.

Selamat Hari Radio Se-dunia!