9 April 1965: Bentrokan di Rann of Cutch, Ketika India dan Pakistan Berebut Wilayah Garam

Pertempuran India-Pakistan di Rann of Cutch pada 9 April 1965 jadi awal ketegangan besar, kini wilayah itu destinasi wisata damai.

Dataran garam yang luas dan biasanya sepi ini tiba-tiba dipenuhi suara tembakan dan deru kendaraan lapis baja. Peristiwa ini bukan sekadar insiden biasa, melainkan awal dari ketegangan besar yang mewarnai hubungan dua negara tetangga yang baru merdeka dari Inggris pada 1947.


Akar Masalah: Sengketa Tanah yang Tak Jelas


Rann of Cutch adalah wilayah seluas lebih dari 23.000 kilometer persegi dengan karakteristik unik. Saat musim hujan, tempat ini banjir; saat kemarau, ia menjadi gurun garam yang tandus. Sejak pemisahan India dan Pakistan pada 1947, batas wilayah di sini tak pernah benar-benar disepakati.

Pakistan mengklaim bagian utara sebagai milik provinsi Sindh, sementara India bersikeras bahwa seluruh wilayah itu bagian dari Gujarat. “Patroli bersenjata dari kedua pihak mulai saling berhadapan sejak awal tahun,” tulis The Times of India.


Ketegangan sudah terasa sebelumnya. Patroli militer sering bertemu, saling mengawasi dari kejauhan. Namun, menjelang April, situasi semakin memanas. Pakistan memperkuat kehadiran mereka di wilayah sengketa, dan India tak tinggal diam, menambah pasukan di pos-pos perbatasan. Hingga akhirnya, pada 9 April, bentrokan pecah.

BACA JUGA:  1935: Buku Penguin Terbit Memulai Revolusi Paperback


Hari Pertempuran: Aksi Militer di Dataran Terbuka


Pagi itu, pasukan Pakistan melangkah masuk ke area yang diklaim India, tepatnya dekat pos Kanjarkot. Dawn melaporkan, “Ini adalah serangan untuk mempertahankan wilayah kami,” dengan dukungan kendaraan lapis baja.

India segera merespons. “Pasukan India membalas serangan dengan artileri dan berhasil mempertahankan posisi,” ungkap The Times of India. Pertempuran berlangsung beberapa jam, melibatkan senjata ringan, mortir, hingga tank ringan.


Dampaknya cukup signifikan. Puluhan tentara dari kedua belah pihak tewas atau terluka, meskipun jumlah pastinya tak pernah disepakati. Pakistan mengklaim merebut beberapa pos India, sedangkan India menyatakan berhasil mengusir pasukan Pakistan kembali ke garis awal. Di tengah dataran garam yang luas, pertempuran ini menjadi sinyal bahwa hubungan kedua negara sedang di ujung tanduk.


Eskalasi dan Campur Tangan Dunia


Bentrokan di Rann of Cutch bukan akhir, melainkan awal dari konflik yang lebih besar. Beberapa bulan kemudian, pada Agustus 1965, India dan Pakistan terlibat dalam perang terbuka di Kashmir.

BACA JUGA:  1994 : Genosida Rwanda

Namun, sebelum itu terjadi, dunia sudah waspada. Inggris, sebagai mantan penguasa kolonial, bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), segera bertindak. “Konflik ini harus dihentikan sebelum meluas,” seperti tersirat dari laporan The Guardian.


Pada Juni 1965, kedua pihak menyetujui gencatan senjata. Perselisihan wilayah akhirnya diserahkan ke arbitrase internasional. Prosesnya berlangsung lama hingga keputusan keluar dari PBB, sebagaimana dilaporkan Perserikatan Bangsa-Bangsa. India mendapat 90 persen wilayah Rann of Cutch, sedangkan Pakistan menerima bagian kecil di utara. Keputusan ini diterima, meski Pakistan tak sepenuhnya puas.


Rann of Cutch Kini: Dari Medan Perang ke Destinasi Wisata


Hari ini, 9 April 2025, Rann of Cutch telah berubah total. Bukan lagi medan pertempuran, melainkan destinasi wisata yang menarik di India. Setiap tahun, festival Rann Utsav mengundang ribuan pengunjung untuk menikmati keindahan dataran garam yang memukau. Burung flamingo beterbangan, tenda-tenda warna-warni berdiri, dan suasana damai menyelimuti tempat ini. Namun, di balik ketenangan itu, tersimpan sejarah kelam yang tak boleh dilupakan.


Peristiwa 60 tahun lalu meninggalkan pelajaran berharga. The Guardian pernah menyebutnya sebagai “cermin rivalitas yang tak pernah selesai.” Hal ini terbukti, karena hingga kini, India dan Pakistan masih sering berselisih, terutama soal Kashmir. Rann of Cutch menjadi bukti bahwa sengketa kecil bisa memicu ketegangan besar, bahkan perang.

BACA JUGA:  Tambora Menyapa Dunia: Letusan Dahsyat yang Mengguncang Bumi pada 10 April 1815


Makna yang Tersisa


Mengapa kisah ini masih relevan? Karena ia menunjukkan bahwa konflik tak selalu harus diselesaikan dengan senjata. Diplomasi, meski memakan waktu, terbukti mampu meredakan situasi, seperti yang terjadi lewat arbitrase.

Di masa kini, ketika kita melihat Rann of Cutch yang damai, sulit membayangkan bahwa tempat ini pernah dipenuhi asap dan darah. Namun, itulah kekuatan sejarah: mengingatkan kita agar tak mengulangi kesalahan yang sama.


Bagi India dan Pakistan, Rann of Cutch adalah bagian dari perjalanan panjang mereka sebagai negara merdeka. Bagi kita yang membaca kisah ini, ia menjadi pengingat bahwa perdamaian jauh lebih berharga daripada garis batas di peta.

Enam puluh tahun berlalu, dan dataran garam itu kini berdiri sebagai simbol harapan—dari medan perang menjadi tempat orang berkumpul menikmati kehidupan. (editorMRC)