MATARAMRADIO.COM, Mataram – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan, musim kemarau kini tengah terjadi pada 69% dari 342 daerah ZOM di Indonesia. Hal ini seiring dengan penguatan angin Monsun Australia yang mengalirkan massa udara dingin dan kering dari Benua Australia menuju Asia melewati Samudera Indonesia dan wilayah Benua Maritim Indonesia.
Wilayah-wilayah yang sebagian besarnya tengah mengalami musim kemarau di antaranya, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Timur, sebagian besar Jawa Tengah, sebagian besar Jawa Barat, pesisir utara Banten, DKI, Sumatera Selatan bagian timur, Jambi bagian timur, sebagian besar Riau, sebagian besar Sumatera Utara, pesisir timur Aceh, Kalimantan Tengah bagian selatan, Kalimantan Timur bagian timur, Kalimantan Selatan bagian utara, Sulawesi Barat bagian selatan, Pesisir selatan Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara bagian utara, Maluku bagian barat, Papua Barat bagian timur, dan Papua bagian utara dan selatan.
“Menguatnya aliran angin Monsun Australia biasanya berkaitan dengan perkembangan sistem tekanan tinggi atmosfer di atas Benua Australia yang mendorong masa udara memiliki aliran yang lebih kuat dari biasanya,” ungkap Kabag Humas BMKG, Taufan Maulana.
Taufan menuturkan, saat ini kecepatan angin terutama di bagian selatan Jawa dan Bali dilaporkan menunjukkan kecepatan angin yang lebih kuat (Lombok, Denpasar, Solo, Jogja, Bandung: 10-20 knot; Jakarta, Semarang, Surabaya: 5-10 knot, dengan 1 knot-0.5 m/s)
“Kota-kota di bagian selatan Jawa dan Bali juga menunjukkan suhu udara yang relatif lebih dingin sedikit dibanding bagian utara, misalnya pada siang hari Lombok, Denpasar suhu 26- 28°C, saat yang sama di Semarang, Jakarta, Surabaya 30-31°C. Sedangkankan pada malam hingga pagi hari, suhu minimum tercatat pada 29 Juli terendah 10,4°C di Ruteng, NTT, di Malang dan Bandung 17°C, di Padang Panjang 18°C,” urainya.
Musim kemarau telah berdampak menimbulkan potensi kekeringan secara meteorologis pada 31% ZOM berdasarkan indikator Hari Tanpa Hujan berturut-turut (HTH) atau deret hari kering yang bervariasi dalam hitungan hari hingga bulan. Deret hari kering terpanjang lebih dari dari 2 bulan dialami beberapa daerah di Nusa Tenggara Timur, yaitu Belu, Kota Kupang, dan Timor Tengah Selatan dan di Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Daerah daerah ini sudah mendapatkan edaran Peringatan Dini Kekeringan Meteorologis yang dikeluarkan oleh Deputi Klimatologi BMKG tertanggal 24 Juli 2020 dengan Status awas (kode merah) Peringatan Dini Kekeringan Meteorologis.
Taufan menjelaskan, 58 Kabupaten/Kota juga tersebut berstatus siaga (kode oranye) yang tersebar di Provinsi NTT, NTB, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY dan Sulawesi Selatan.
“Bulan Agustus merupakan bulan yang diprediksikan oleh BMKG sebagai puncak musim kemarau bagi sebagian besar wilayah yang telah mengalami kemarau,” tuturnya. Sebanyak 65% ZOM akan mengalami puncak musim kemarau ini yaitu sebagian besar wilayah NTT, NTB, Bali, sebagian besar Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, dan sebagian Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi Selatan serta Papua bagian selatan.
Sementara 19% ZOM diprediksikan mengalami puncak musim kemarau pada bulan September, yaitu meliputi sebagian besar Sumatera bagian tengah, Kalimantan bagian selatan, tengah dan timur, Sulawesi bagian barat dan Maluku. Puncak musim kemarau didefinisikan sebagai bulan atau periode waktu terkering dimana curah hujan yang turun di wilayah yang sedang mengalami kemarau berada pada tingkat paling rendah/minimum.
Perlunya peningkatan kewaspadaan dan antisipasi dini untuk wilayah-wilayah yang diprediksi akan mengalami kemarau lebih kering dari normalnya yaitu di sebagian sebagian Riau, Lampung bagian timur, Banten bagian selatan, sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah bagian tengah dan utara, sebagian Jawa Timur, Bali bagian timur, NTB bagian timur, sebagian kecil NTT, Kalimantan Timur bagian tenggara, sebagian Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan, dan Maluku bagian barat dan tenggara.
Namun begitu, untuk wilayah-wilayah yang tidak mengalami musim kemarau, pada bulan Agustus ini diharapkan tetap waspada terkait masih terdapatnya potensi curah hujan kriteria tinggi yaitu di sebagian Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah, sebagain Papua Barat dan Papua bagian tengah. “BMKG mengimbau Pemerintah Daerah, pengambil keputusan dan masyarakat luas untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak puncak musim kemarau terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan ketersediaan air bersih,” ucapnya. ( MRC)