Hasil Riset: Orang Miskin Lebih Senang Medsos Daripada Orang Kaya?

MATARAMRADIO.COM, Madrid – Hasil riset yang dilakukan sekelompok peneliti di Madrid Spanyol menunjukkan tinggi pemakaian media sosial seperti Facebook dan Youtube lebih banyak dikonsumsi kelompok masyarakat di lingkungan miskin dibandingkan lingkungan kaya.

Penelitian yang dilakukan para peneliti di Universidad Carlos III de Madrid (UC3M), IMDEA Networks Institute, dan Orange Innovation menyimpulkan jejaring sosial lebih sering digunakan di lingkungan miskin daripada di lingkungan kaya, sementara lingkungan kaya cenderung mengonsumsi lebih banyak informasi dari media daring tradisional. 

Penelitian ini menganalisis hubungan antara penggunaan internet dan variabel seperti pendidikan, pendapatan, atau ketimpangan dalam suatu daerah tertentu.
Kesenjangan digital dalam hal akses teknologi dan internet di negara maju sangat minim, mengingat hampir setiap orang memiliki ponsel pintar. Ketika kesenjangan awal ini kemudian dipersempit, “kesenjangan penggunaan” tersebut – sebutan para peneliti ini – muncul. Kesenjangan ini menunjukkan bagaimana kelas sosial yang berbeda menggunakan internet secara berbeda karena status ekonomi mereka, seperti dikutip dari Universidad Carlos III de Madrid, Sabtu (22/1).

BACA JUGA:  TV Lokal Belum Siap Migrasi Digital, KPID NTB Angkat Bicara

Secara umum, “tingkat konsumsi berita yang lebih tinggi melalui media online tradisional dikaitkan dengan daya beli yang lebih tinggi dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Di ujung lain spektrum, tingkat konsumsi Facebook yang lebih tinggi dikaitkan dengan daya beli yang lebih rendah dan tingkat pendidikan yang lebih rendah,” catat salah satu penulis studi, Iñaki car, peneliti di UC3M-Santander Big Data Institute.
Para peneliti menyoroti beberapa kemungkinan konsekuensi dari perbedaan penggunaan ini: “Karena platform, seperti YouTube, atau jejaring sosial, seperti Facebook, telah digunakan untuk menyebarkan informasi yang salah, dan penggunaan platform ini relatif lebih tinggi di area di mana populasi memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah dan pendapatan yang lebih rendah, efek dari kesalahan informasi ini kemungkinan akan lebih memengaruhi daerah-daerah ini,” jelas Esteban Moro, dari Departemen Matematika UC3M.
Makalah, yang baru-baru ini diterbitkan dalam Journal of The Royal Society Interface menggunakan data telepon teragregasi anonim di Prancis untuk memprediksi variabel sensus. Para peneliti percaya bahwa, karena globalisasi, hasil ini dapat diterapkan ke negara-negara dengan budaya dan kesejahteraan serupa, seperti negara-negara di sekitar Eropa dan Amerika Utara.
Kesenjangan digital dalam penggunaan yang mereka deteksi sangat besar untuk jenis layanan tertentu, seperti media sosial, streaming audio dan visual, email, dan konsumsi konten berita. 
“Ini adalah hasil yang cukup mengejutkan, terutama mengingat analisis telah dilakukan di puluhan kota di negara maju Eropa, di mana dapat diasumsikan bahwa kesenjangan digital akan tertutup karena ketersediaan akses broadband seluler yang ada di mana-mana, ” catat penulis studi lainnya, Marco Fiore, seorang peneliti di IMDEA Networks Institute.
Dalam studi ini, para ilmuwan telah menunjukkan, secara kuantitatif dan dalam skala besar, validitas hipotesis tentang heterogenitas penggunaan layanan seluler oleh kelompok sosial ekonomi yang berbeda untuk pertama kalinya. 
“Sebelum penelitian kami, hipotesis ini hanya divalidasi menggunakan studi kualitatif pada kelompok kecil individu. Menunjukkan bahwa fenomena ini berlaku untuk ratusan ribu pengguna merupakan langkah maju yang penting,” tutup Esteban Moro seperti dilansir dari RRI.CO.ID. (EditorMRC).

BACA JUGA:  Dimas