Geliat Usaha Kerajinan Gunungsari di Musim Pandemi

MATARAMRADIO.COM, Lombok Barat – Kecamatan Gunungsari Lombok Barat merupakan pusat kerajinan tangan yang sangat terkenal di Nusa Tenggara Barat bahkan mancanegara.

Dasan Bara merupakan salah satu sentra kerajinan bambu dan rotan di Kecamatan Gunungsari yang hingga kini tetap bertahan di tengah lesunya perekonomian akibat pandemi. Terlebih sektor pariwisata sebagai sektor andalan yang turut mempengaruhi pasang surut penjualan dan pemasaran kerajinan tangan di desa ini. Toh, namanya sudah usaha turun temurun, maka pengusaha dan pengrajin bambu rotan setempat selalu punya cara agar usahanya tetap bertahan dan berkelit di masa sulit.”Memang kami akui penjualan saat ini tentu tidak seramai dulu, saat wisatawan banyak berkunjung ke tempat kami,”kata Ibu Ramlah, pemilik Sentra Kerajinan Wahana Bambu Dasan Bara Gunungsari Lombok Barat.
Ia menuturkan, sebelum pandemi Covid 19, pesanan kerajinan bambu dan rotan yang diproduksinya bisa menembus penjualan fantastis hingga luar Pulau Lombok bahkan mancanegara.”Anyaman dari rotan seperti kap lampu, tempat tisu, anyaman ketak seperti tas dan piring yang banyak dipesan,”sebutnya.

Sekalipun pengunjung diakuinya relatif sepi untuk saat ini, namun Bu Ramlah tak pernah kehabisan cara mempromosikan produknya melalui jaringan pemasaran yang dimilikinya.”Ya biasanya kita banyak didatangi pemilik hotel dan restoran yang butuh beberapa pernak pernik kebutuhan interior terutama kap lampu dari rotan dan bambu,”ulasnya seraya menyebut salah satu hotel bintang lima di Senggigi Lombok Barat sebagai langganan tetapnya.”Kalau partai besar, harganya tentu beda mas, ada diskonnya lah, pokoknya sama-sama jalan dan dijamin puas,”katanya promosi.

BACA JUGA:  Dr Agus Purbathin Hadi: UU Penyiaran Agar Ditulis Ulang!

Sekalipun pengunjung diakuinya relatif sepi untuk saat ini, namun Bu Ramlah tak pernah kehabisan cara mempromosikan produknya melalui jaringan pemasaran yang dimilikinya.”Ya biasanya kita banyak didatangi pemilik hotel dan restoran yang butuh beberapa pernak pernik kebutuhan interior terutama kap lampu dari rotan dan bambu,”ulasnya seraya menyebut salah satu hotel bintang lima di Senggigi Lombok Barat sebagai langganan tetapnya.”Kalau partai besar, harganya tentu beda mas, ada diskonnya lah, pokoknya sama-sama jalan dan dijamin puas,”katanya promosi.

Hal senada diungkapkan Haji Saleh, Pemilik Sentra Kerajinan Wahana Bambu Wilis yang berjarak 200 meter dari Wahana Bambu Dasan Baru Gunungsari.
Produk yang dijual Haji Saleh relatif lebih lengkap. Hampir semua jenis kerajinan berbahan rotan dan bambu dijualnya. Mulai mebel, kursi meja, tali temali, kipas, pernak pernik hiasan lampu dan beragam kerajinan khas Lombok bisa dibeli disini. Sebut saja Gegandek (tas tradisional dari bambu,red) dan tas anyaman ketak.”Kalau Gegandek dan tas ketak kami datangkan dari Loyok Lombok Timur dan Beleke Lombok Tengah,”kata Nyonya Saleh mewakili suaminya.

BACA JUGA:  Inflasi  Lotim Oktober-November 2023 “Menurun”


Ia menuturkan, omzet penjualannya saat ini memang jauh berbeda pasca pandemi Covid 19. Kalau dulu, katanya,pihaknya bahkan kewalahan memenuhi pesanan dalam dan luar negeri. Misalnya untuk jenis produk kap lampu berbahan rotan yang harganya bervariasi antara Rp 100.000 hingga Rp 450.000 per item. “Itu paling banyak dipesan dari luar negeri seperti Jepang dan Eropa. Pokoknya partai besar berkoli koli, dan kita terima bersih saja diluar ongkir,”sebutnya.
Untuk saat ini, Nyonya Saleh mengaku masih punya pelanggan tetap dan melayani pengunjung yang membeli satu atau dua produk yang dibutuhkan.”Kami layani dan memberikan harga khusus,”sebutnya.
Hal senada diungkapkan Haji Saleh, Pemilik Sentra Kerajinan Wahana Bambu Wilis yang berjarak 200 meter dari Wahana Bambu Dasan Bara Gunungsari.
Produk yang dijual Haji Saleh relatif lebih lengkap. Hampir semua jenis kerajinan berbahan rotan dan bambu dijualnya. Mulai mebel, kursi meja, tali temali, kipas, pernak pernik hiasan lampu dan beragam kerajinan khas Lombok bisa dibeli disini. Sebut saja Gegandek (tas tradisional dari bambu,red) dan tas anyaman ketak.”Kalau Gegandek dan tas ketak kami datangkan dari Loyok Lombok Timur dan Beleke Lombok Tengah,”kata Nyonya Saleh mewakili suaminya.

BACA JUGA:  Lagi, Siti SMANSABAYA Raih Juara Dua Lomba Pidato Antar SLTA se NTB 2021


Ia menuturkan, omzet penjualannya saat ini memang jauh berbeda pasca pandemi Covid 19. Kalau dulu, katanya,pihaknya bahkan kewalahan memenuhi pesanan dalam dan luar negeri. Misalnya untuk jenis produk kap lampu berbahan rotan yang harganya bervariasi antara Rp 100.000 hingga Rp 450.000 per item. “Itu paling banyak dipesan dari luar negeri seperti Jepang dan Eropa. Pokoknya partai besar berkoli koli, dan kita terima bersih saja diluar ongkir,”sebutnya.
Untuk saat ini, Nyonya Saleh mengaku masih punya pelanggan tetap dan melayani pengunjung yang membeli satu atau dua produk yang dibutuhkan.”Kami layani dan memberikan harga khusus,”sebutnya.

Pengalaman berbeda dialami Pengusaha Sambi Tereng Dasan Bara Gunungsari yang fokus memproduksi mebeler bambu dan Berugak Kayu.”Pastinya omzetnya menurun drastis pasca pandemi hingga 70% ,”jelas salah seorang karyawan Sambi Tereng yang enggan menyebut namanya.
Dia menuturkan, ketika pandemi belum terjadi, pesanan Berugak bahkan tembus luar daerah.”Saya pernah dikirim ke Jakarta untuk menyetel empat berugak sekenem berbahan kayu jati dan mahoni,”tuturnya.
Disebutkan produk berugak yang dibuat Sambi Tereng selalu mengutamakan bahan kelas satu demi kepuasan pelanggan. (EditorMRC)