Potensi Hujan di NTB Pada Awal Musim Hujan 2021/2022             

Dalam editorial kali ini kita akan membahas potensi hujan di NTB pada awal Musim Hujan 2021/2022 yakni November 2021. Data yang digunakan dalam pembahasan ini bersumber dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Lombok Barat. 8

Pengaruh iklim/cuaca di Indonesia termasuk di Nusa Tenggara Barat (NTB) dipengaruhi oleh Monsun dan “El Nino-Southern Oscillation” disingkat ENSO. Monsun mempengaruhi iklim Indonesia melalui pergerakan titik kulminasi matahari yang mengakibatkan Indonesia mengalami musim hujan dan musin kemarau. ENSO merupakan sebuah interaksi laut dan atmosfer yang berpusat di wilayah ekuator Samudera Pasifik yang menyebabkan anomali ikim global termasuk Indonesia. Hal tersebut menyebabkan 2 (dua) fenomena yaitu El-Nino dan La-Nina. Ketika El-Nino terjadi musim kemarau berkepanjangan. Sebaliknya ketika La-Nina terjadi curah hujan diatas normal sehingga menyebabkan banjir. Indeks ENSO untuk El-Nino bernilai positif; sedangkan Indeks ENSO untuk La-Nina bernilai negatif. 
       Siklus ENSO dipengaruhi oleh “Madden Julian Oscillation” (MJO) berupa kontribusinya terhadap kecepatan terbentuknya serta intensitas dari episode El-Nino dan La-Nina. Dan salah satu indikator yang digunakan untuk memantau MJO adalah variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation). Selain ENSO, terjadi pula penyimpangan iklim yang dihasilkan oleh interkasi laut dan atmosfer di Samudera Hindia di sekitar khatulistiwa yang disebut dengan “Indian Ocean Dipole” (IOD) dimana IOD dikuantifikasi dengan Indeks Dipole Mode (IDM). Untuk IDM positif mempengaruhi penurunan curah hujan, utamanya di bagian barat Indonesia; sebaliknya IDM negatif mempengaruhi peningkatan curah hujan di bagian barat Indonesia. 

BACA JUGA:  Sejarah Baru: Pertama Kali Indonesia Menjadi Presiden G20

                                                   
       Menurut BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat bahwa pada sepuluh hari pertama (dasa harian) bulan November 2021 yakni pada 10 November 2021 di NTB diperoleh Indeks ENSO memenuhi kriteria “La-Nina lemah” yang telah belangsung setidaknya selama bulan Oktober 2021dengan Indeks ENSO sebesar minus (-1,17) per 10 November 2021 kondisi ini diprediksi akan berlangsung hingga awal tahun 2022. Disisi lain, IDM menunjukkan kondisi “IOD negatif” dengan DMI per 10 November 2021 sebesar minus (-0,69). Kondisi IOD diprediksi akan kembali netral hingga awal tahun 2022. Dalam pada itu, secara umum angin timuran masih mendominasi sebagian besar wilayah bagian selatan Indonesia termasuk Provinsi NTB. 
       Sedangkan angin baratan (Monsun Asia) diprediksi akan mulai memasuki wilayah Indonesia pada bulan November 2021 dan terus menguat hingga Desember 2021. Pergerakan MJO per 10 November 2021 terpantau tidak aktif di wilayah Indonesia. Anomali OLR menunjukkan adanya wilayah potensi pertumbuhan awan yang relatif cukup banyak di wilayah Indonesia termasuk Provinsi NTB hingga akhir dasarian II November 2021. Rata-rata anomali suhu muka laut sekitar wilayah NTB per 10 November 2021 terpantau dalam kondisi hangat dan diperkirakan akan tetap hangat hingga Januari 2022. Kondisi ini akan menambah potensi terjadinya hujan wilayah NTB pada perode awal musim hujan 2021/2022.   

BACA JUGA:  Tingkat Pengangguran di NTB     

    
       Disisi lain, pada dasarian II November 2021 terdapat potensi terjadinya hujan dengan intensitas menengah (>50 mm/dasarian) yang merata di seluruh wilayah NTB dengan peluang kejadian sebesar 80 persen hingga diatas 90 persen. Sedangkan untuk hujan dengan intensitas menengah (>100 mm/dasarian) dengan peluang kejadian sebesar 50 persen hingga 80 persen berpotensi terjadi di sekitar wilayah Sambelia, Sembalun, Pringgabaya, Swela, Wanasaba, Aikmel, Pringgasela, Labuhan Haji, Selong, Seteluk, Alas Barat, Sangar, Kilo, Woja, dan Dompu. Hujan dengan intensitas tinggi (>150 mm/dasarian) dengan peluang kejadian sebesar 10 persen hingga 20 persen berpotensi terjadi di wilayah Kayangan, Bayan, sebagian besar wilayah Lombok Timur, Steluk, Alas, Utan, Labuhan Badas, Rhee, Moyo Hulu, Moyo Hilir, Tambora, Sanggar, Kilo, Woja, Bolo, Madapangga, Dongga, Woha, dan Wera.                    
       Beberapa wilayah di NTB telah memasuki awal musim hujan 2021/2022 dan beberapa wilayah sedang memasuki periode peralihan dari musim kemarau 2021 ke musim hujan 2021/2022. Untuk itu BMKG menghimbau kepada masyarakat agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi terjadinya cuaca ektrem secara tiba-tiba yang bersifat lokal. (Tim Weekend Editorial)   

BACA JUGA:  Potret Nilai Tukar Petani NTB 2019-2020