Banjir dan Keselarasan Alam


Dalam pekan ini, dua bencana banjir melanda kabupaten Dompu dan Bima. Banjir di kedua kabupaten itu disinyalir sama penyebabnya, intensitas hujan yang tinggi mengakibatkan luapan air. Namun, benarkah semua karena hujan? Benarkah tidak ada kesalahan manusia? Layakkah kita hanya menyalahkan alam?

Marilah, coba kita tinggalkan keegoan, melepaskan ke-aku-an yang sering kali mencari kesenangan untuk membenarkan diri.
Dalam konsep hidup ada yang disebut keselarasan. Keselarasan ini tidak hanya ditujukan kepada sesama manusia tapi juga keselarasan kepada alam dan sang pencipta.
Konsep keselarasan dengan sang pencipta, manusia sebagai makhluk ciptaanNya dan diberi lebel khalifah di muka bumi hendaknya selalu selaras dengan hukum-hukum Tuhan. Ia melakoni hidup sesuai dengan apa yang telah ditetapkan sang pencipta alam melalui hukum yang dirumuskan lewat para utusannya, para nabi dan para rasulNya.

BACA JUGA:  Atika dan Potret Buram Perlindungan PMI

Dalam konsep hidup yang diajarkan para rasul, manusia diajak untuk hidup saling menghargai dan menjaga keseimbangan hidup.Jika manusia hidup diantara sesama manusia, ia harus bisa menyeimbangkan ke-ego-an nya dengan ke -ego-an orang lain. Dengan konsep keseeimbangan ini, akan ada rasa saling menghormati dan menghargai sehingga tercipta kebersamaan yang melahirkan harmonisasi kehidupan.Lantas bagaimana dengan alam? bukankah alam diciptakan untuk menopang kehidupan manusia?
Betul dan tidak salah. Alam diciptakan untuk memenuhi keperluan hidup manusia tapi jangan lupa disisi lain, manusia juga diingatkan untuk menjaga keseimbangan alam. Kenapa? dalam keselarasan hukum alam ada konsep memberi dan menerima. Allah SWT, sang pencipta alam sudah memberikan keleluasaan kepada manusia untuk memanfaatkan alam guna memenuhi kebutuhkan hidupnya. Apa yang ada di alam, semuanya boleh dimanfaatkan manusia tanpa kecuali.

BACA JUGA:  Potret Nilai Tukar Petani NTB 2019-2020
Penebangan pohon di sejumlah kawasan perbukitan dan gunung di Wilayah Pulau Sumbawa yang berpotensi menyebabkan banjir bandang di waktu tertentu seperti musim hujan dengan intensitas air yang tinggi./foto:antaranews

Dengan akal dan pikirannya, manusia boleh mengeksploitasi kekayaan alam tersebut. Hanya satu yang Allah SWT minta kepada manusia, jangan berlebihan. Bahasa ini sangat halus, bahkan mungkin tidak terasa karena konsep berlebihan setiap manusia bisa berbeda.Karena perbedaan pemahaman jangan berlebihan inilah, yang membuat manusia lupa menjaga keseimbangan.Semua kekayaan alam dimanfaatkan untuk memenuhi keegoisan manusia dengan sering mengabaikan konsep keseimbangan. Bila kita tarik garis dengan bencana di negeri ini khususnya banjir yang melanda wilayah NTB, sudahkah kita bicara dan melakukan keseimbangan dengan alam. Ataukah, kita hanya bicara dan melakukan keegoisan tanpa peduli dengan konsep keselarasan dan keseimbangan?

BACA JUGA:  Menjadi Tuan Tanah

Kami yakin, para leluhur meninggalkan ajaran keseimbangan dan keselarasan dengan alam, keselarasan hidup dengan sesama manusia juga menjalani hidup selaras dengan hukum-hukum Allah SWT, dengan sebab yang pasti agar manusia bisa hidup tentram dan damai menuju kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Semoga bencana yang hadir menyapa manusia, menyadarkan manusia untuk kembali kepada hukum-hukum yang telah ditetapkan sang pencipta, selaras dengan Tuhan, selaras dengan alam dan selaras dengan manusia.”Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (Al Ayat). Tim Weekend Editorial