Ahmad Efendi MSi: KPID NTB Harus Dorong Konten Lokal Go Global!

MATARAMRADIO.COM, Mataram – Nama lengkapnya Ahmad Efendi MSi. Sehari-hari dipanggil Fendi. Dia juga menulis namanya Ahmada Efendi ketika berinteraksi di dunia maya atau media sosial. Mengaku siap mengikuti uji kelayakan dan kepatutan Calon komisioner KPID NTB periode mendatang.”Visi besar saya bagaimana KPID NTB mendorong konten lokal go global,”katanya kepada MATARAMRADIO.COM.

Menurut Fendi, media siaran lokal seyogyanya menjadikan potensi dan kearifan lokal sebagai muatan siaran. Potensi itu, jelas Fendi, bisa berupa khazanah budaya, kesenian, musik dan lagu. “ Kita dorong bagaimana radio dan TV lokal bisa menjadi alat pengarusutamaan informasi dan promosi potensi produk-produk lokal. Apalagi NTB ada program industrialisasinya,”paparnya.

Ahmad Efendi bukanlah praktisi media siaran. Dia bukan penyiar radio apalagi presenter TV. Fendi mengaku hanya sebagai penikmat dan pemerhati penyiaran.Buktinya, diam-diam, dia juga mengamati konten siaran radio lokal di NTB yang disebutnya monoton.”Radio bersiaran bersifat membumi. Berdasarkan apa yang menjadi kebutuhan warganya. Sehingga tidak terkesan monoton. Saya amati semua radio hampir sama, begitu-gitu saja. Isinya musik dan hiburan melulu. Analog dan tidak up to date,”komentarnya.

Dia rupanya merindukan ada radio lokal yang bisa mereplikasi format siaran radio berita berbasis warga seperti yang dikembangkan Suara Surabaya FM Jawa Timur.”Saya suka mendengarkan siaran SS. Bahkan terakhir tadi jam 4 dinihari saya pantengin siarannya,”katanya.

BACA JUGA:  Bola Liar Seleksi KPID NTB

Menurut Fendi, Radio SS Surabaya itu bisa jadi role of model. Mereka bersiaran 24 jam berbasis analog dan live streaming, isi siarannya juga memang benar-benar dibutuhkan warga.”Saya pikir radio mestinya hidup berdasarkan kebutuhan vital warganya,”ungkap Fendi yang lahir di Rensing Sakra Barat Lombok Timur, 42 tahun silam.

Fendi mengungkapkan, radio siaran haruslah didekatkan dengan utility atau kegunannya di masyarakat.” Apa kegunaannya? Ya untuk menyampaikan semua persoalannya sehari-hari agar bisa diekspose secara luas sehingga bermanfaat untuk orang banyak. Misalnya ada kemacetan d titik A langsung bisa diketahui luas. Ada pencurian di titik B langsung diketahui luas. So, semuanya cepat diketahui, cepat pula ditanggulangi,”ulas adik kandung Sutradara film dan Sineas Lombok Nursandi Amak Rinjani ini.

Disisi lain, Fendi juga mengeluhkan masih sedikit radio dan TV lokal di NTB yang bersiaran melalui teknologi media streaming.”Padahal ini sudah eranya internet. Semua orang mendengar dan menontoon apa saja lewat internet, media sosial. Ini saya amati masih minim dimanfaatkan kawan-kawan pengelola radio dan TV lokal,”tuturnya lagi.

Ahmad Efendi dan keluarga kecilnya dalam bentuk karikatur bertemakan keluarga literasi dan sadar media./ karikaturis: Surya

Ditanya, apakah pengembangan media siaran lokal berbasis konvergensi ini sebagai program unggulan? ”Kita mendorong, jika ada kemampuan untuk kesana ya bertahaplah. Harus kita ingat KPID kan sebagai regulator, mengawasi dan mengembangkan. Nah, kata mengembangkan ini sudah bisa menjadi landasan KPID untuk kesana,”ucap ayah tiga anak dan suami dari Nurlaila SE ini.

BACA JUGA:  Lalu Saparudin SS: KPID Jangan Jadi Macan Kertas!

Ahmad Efendi adalah seorang abituren dan Nahdiyin. Dia alumni Madrasah Aliyah NW Rensing Sakra Barat Lombok Timur. Melanjutkan Pendidikan Sarjana di Fakultas Tarbiyah IAIN Mataram dan tamat tahun 2002. Sedangkan Pendidikan pasca sarjana Magister dituntaskan tahun 2009 di UGM Yogyakarta pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) Jurusan Hubungan Internasional.

Selama kuliah Fendi terbilang aktif sebagai pegiat mahasiswa menjadi aktivis PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) dan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) IAIN Mataram.

Pernah menjadi tenaga pengajar pada MTS Negeri 2 Mataram dan Dosen luar biasa di almamaternya yang sekarang berubah menjadi UIN Mataram pada Fakultas Dakwah dan Fakultas Sosiologi Agama (FUSA) yang dilakoninya sejak tahun 2009 hingga sekarang. Dia juga salah seorang staf ahli Humas Pemprov NTB sejak tahun 2015-2020.

Sejatinya, Ahmad Efendi MSi lebih dikenal sebagai penulis jurnal ilmiah, penulis kolom opini dan penulis buku. Artikelnya banyak dimuat pada sejumlah media cetak lokal dan media online.Tidak kurang dari 8 (delapan) buah buku ditulisnya dan diterbitkan sejumlah perusahaan penerbitan di NTB dan luar daerah.

BACA JUGA:  Andayani,S.E.,M.M.: Tantangan Makin Berat, KPID Perlu Penguatan Kelembagaan dan Kaderisasi
Salah satu buku karya Ahmad Efendi berjudul Inkubasi Bisnis STIPark NTB yang mendapat apresiasi Pemprov NTB/foto istimewa.

Beberapa diantaranya, buku yang berjudul Indonesia Dalam Arus Globalisasi Neoliberal dan NTB Dalam Skala Global diterbitkan tahun 2010; Mencari Jarum Dalam Jerami; Kiprah Ali BD Membangun Lombok Timur, 2013; Catatan Harian Seorang Santri; Studi kritis Relasi, NW dengan Masyarakat luas, 2015; Karya Anak Negeri, 2016 diterbitkan Humas NTB; NTB Inspira, 2017 diterbitkan Humas NTB, NTB Inspira II, 2018 diterbitkan Humas NTB; NTB Inspira III, sedang proses terbit di Humas NTB; Iktiar Mewujudkan NTB Gemilang, Catatan Satu Tahun Pemerintahan Bang Zul-Ummi Rohmi, 2019 diterbitkan Humas NTB; Kisah Sukses 25 IKM/UKM NTB (Inkubasi Bisnis STIPark NTB), 2020. Dia juga menjadi Editor buku Gubernur NTB dan Industrialisasi Kerakyatan, 2021

Ahmad Efendi mengaku tertarik menulis buku seputar Penyiaran NTB yang diharapkan menjadi referensi bagaimana kondisi media siaran di Nusa Tengara Barat dari zaman dahulu kala, kemarin, sekarang dan yang akan datang.”Saya amati media siaran lokal kita kurang menggairahkan dan masih dilirik sebelah mata,”pungkasnya. Wow! (EditorMRC)