Abdul Muluk, S.Pd.I: Soal KPID NTB, Tak Ingin Muluk-muluk

MATARAMRADIO.COM, Mataram – Nama lengkapnya Abdul Muluk S.Pd.I. Dia akrab disapa Muluk Ciwintara, sebagai nama aliasnya di media sosial. Lahir di Raba Wawo Bima, 33 tahun silam.

Menyelesaikan pendidikannya dari SD hingga perguruan tinggi di Bima. Dia alumni SDN Kombo Wawo Kabupaten Bima (2000); MTS Raba Wawo (2003); MAN 1 Kota Bima (2006) dan lulusan S1 Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Sunan Giri Bima tahun 2010 dengan reputasi sebagai Wisudawan Terbaik Ke-2 STIT Sunan Giri Bima.

Semasa kuliah, Muluk tercatat sebagai pegiat kampus dan Organisasi Kepemudaan. Dia pernah menjadi Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa STIT Sunan Giri Bima Periode 2007-2008; Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) Masa Khidmat 2011-2014; Wakil Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor (PC GP ANSOR) Kabupaten Bima Masa Khidmat 2014-2017; Wakil Ketua DPD KNPI Kabupaten Bima Periode Tahun 2013-2016 & periode 2017-2020; Sekretaris Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor (PC GP Ansor) Kota Bima 2018-2022.

BACA JUGA:  42 Peserta Lulus Seleksi Administrasi Calon Anggota KPID NTB, Ada Mantan Komisioner dan Praktisi Media

Saat ini Muluk mengabdi sebagai Guru Tidak Tetap (GTT) pada MAN 2 Bima. Sebelumnya dia pernah menekuni profesi sebagai Surveyor Indonesia (Pendataan Survei PMKS Penyandang Cacat Tahun 2008); Aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat FITUA INSTITUT Pada Bidang Kajian Sosial Budaya; Tenaga Fasilitator Desa pada Deputi Bidang Pemberdayaan Lembaga Sosial Dan Budaya Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal RI dan menjadi pegiat Human Integrated Study Development Institut (HISDI) Lembaga Studi Pengembangan Masyarakat Terpadu.

Muluk juga rajin mengikuti berbagai jenis pelatihan dan seminar serta mendapatkan sejumlah penghargaan.

Dia pernah mengikuti Pelatihan Kader Lanjut (PKL) Pegerakan Mahasiswa Islam IndonesiA (PMII); Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL) GP ANSOR; Seminar Ekonomi Nahdlatul Ulama (PBNU); Seminar Kebangsaan Putra/Putri Purnawira & Putra/Putri TNI POLRI dan Seminar Empat Pilar Kebangsaan Oleh DPR-RI.

Abdul Muluk bersama Ketua Umum PBNU KH Said Akil Siradz / foto: istimewa

Meski tidak punya pengalaman sebagai praktisi media siaran, Muluk mengaku sebagai penikmat dan pemerhati siaran radio dan TV. Terlebih di era pandemi Covid 19, media siaran dianggapnya sebagai sarana yang tepat untuk sarana pembelajaran.

BACA JUGA:  Promosi Pariwisata Lewat Media Sosial

Menurut Muluk, Selama dua Tahun Institusi Pendidikan mendapatkan dampak dari pandemi Covid 19. “Mereka Belajar online. Tidak sedikit Orang tua mengeluarkan biaya untuk membeli paket kuota. Kenapa Tidak Televisi Lokal dijadikan media Pembelajaran baru di tengah pandemi. Ini merupakan langkah strategis dan Inovasi,” kata ayah satu anak dan suami dari Adyan Titin Sundhari, A.Md, Pd ini.

Muluk pun merasa yakin program belajar online melalui radio dan TV dapat dijadikan program unggulan.”Nanti teknisnya. Biarkan Pemerintah Daerah Melakukan Koordinasi dengan TV maupun Radio. Berbiaya murah. Apalagi Pemprov NTB visinya. Industrialisasi Menuju NTB gemilang,”ungkapnya.
Jika kelak dirinya terpilih sebagai Komisioner KPID NTB, Muluk juga tidak mau muluk-muluk.

BACA JUGA:  Adhar Hakim: Belum Ada Laporan Soal Dugaan Maladministrasi Seleksi KPID NTB

Intinya, kata Muluk, dia Ingin Kehadiran KPID khususnya di NTB. Betul-betul dirasakan manfaatnya, menjalankan amanat sesuai konstitusi seperti yang di atur di dalam UU 32 Tahun 2002.”Bahwa masyarakat betul mendapatkan Informasi yang layak sesuai dengan Hak Asasi Manusia. Menjadikan Lembaga Penyiaran sebagai Garda Terdepan dalam Mengawal Lembaga Penyiaran agar Memberikan Informasi yang layak diterima oleh Masyarakat.”Keberadaan Lembaga Penyiaran Lokal harus dimanfaatkan dengan baik di tengah situasi pandemi Ini. Dulu kita punya TPI Televisi Pendidikan Indonesia atau TPI,”ulasnya.

Ditanya bagaimana menggairahkan media siaran lokal agar bisa bertahan dan bangkit di musim pandemi, Muluk berdalih.””Dalam makalah visi misi saya, udah di jelaskan soal bagaimana mensiasati acara dan konten dengan berbiaya murah. Bisa kerjasama dengan MUI, Ormas Islam, Tokoh-tokoh Agama untuk dijadikan konten dakwah. Kemudian acara kesehatan ada Ikatan Dokter Indonesia minimal bincang-bincang soal kesehatan,”tandasnya. Nah lho! ( EditorMRC)