Di Perang Dunia II, 84 Tentara AS Tewas Diserang di Selat Lombok

Apa catatan penting tentang Selat Lombok, selain sebagai jalur utama arus lintas Indonesia, tempat pertukaran air antara Samudra Hindia dan Pasifik, dan batas biogeografis yang dikenal sebagai Garis Wallace?

Tidak banyak yang mengetahui bahwa di perairan tersebut menjadi rute utama kapal-kapal selam pasukan sekutu dalam Perang Dunia II.

Bahkan ketika AS menjatuhkan bom atom uranium jenis Little Boy di Hiroshima pada 6 Agustus 1945, di pihak AS sendiri di hari yang sama diserang Jepang di Selat Lombok. Hari itu, USS Bullhead (SS-332), salah satu kapal selam tercanggih milik Angkatan Laut AS, dikabarkan hilang.

BACA JUGA:  Viral! Brimob 'Tegur' TGB yang Asyik Nonton Balapan Dari Bukit 360 Sirkuit Mandalika

Oleh: Buyung Sutan Muhlis

USS Bullhead adalah kapal selam kelas Balao yang diluncurkan pada 16 Juli 1944. Baru setahun beroperasi, Bullhead mencatat perjalanan yang telah ditempuh sepanjang 11.623 mil, yang dinyatakan sukses dalam sejumlah operasi. Diantaranya menghacurkan kapal musuh masing-masing berbobot 1.300 dan 1.850 ton.

Kapal ini meninggalkan pangkalan kapal selam Fremantle, Australia Barat, pada 31 Juli 1945, di bawah komando Letnan Edward R Holt Jr. Rencananya, Bullhead menuju ke Laut Jawa untuk bergabung dengan USS Capitaine (SS-336) dan USS Puffer (SS-268).

BACA JUGA:  Miq Gite: Penjabat Gubernur NTB yang Doyan Sate Pencok

Saat melewati Selat Lombok, Bullhead sempat melaporkan posisinya pada 6 Agustus. Tapi itulah laporan terakhir kapal ini. Tak pernah ada kabar selanjutnya yang diterima.

Namun dalam catatan pasca perang, pihak Jepang mengungkapkan pilot pesawat Assault Tipe 99 Angkatan Udara Jepang (JAAF) melihat Bullhead berada di lepas pantai Bali dekat mulut utara Selat Lombok. Pilot pesawat yang dipersenjatai 60 kilogram bom ini mengklaim telah menamatkan riwayat kapal itu dengan dua serangan langsung. Sepuluh menit setelah itu, pilot menyaksikan semburan minyak dan gelembung udara naik ke permukaan laut dari tempat target.

BACA JUGA:  Fujishiro Tsunemi dan Ritual Adat Bayan

Kapal selam itu diduga gagal mendeteksi pesawat yang mendekat, lantaran cukup dekat dengan pantai dan pegunungan tinggi di daratan yang memperpendek jangkauan radar.

Ada 84 kru yang berada dalam kapal selam tersebut, dan secara resmi dinyatakan meninggal pada tanggal 23 Agustus 1946. Semuanya dianugerahi Purple Heart, sebuah penghargaan militer AS atas nama Presiden. Nama mereka juga diabadikan di Plakat Kapal Selam Sekutu di Fremantle, dan di tugu peringatan tepi laut USS Bowfin Submarine Museum & Park yang menghadap Pearl Harbor. (Buyung Sutan Muhlis)