Catatan Kuliner Seorang Serdadu

Wouter Rademakers seorang warga Belanda. Ia bekas tentara. Harusnya ia menulis cerita tentang perang. Atau, setidaknya, pengalaman militernya selama puluhan tahun berkarir di Royal Navy, Angkatan Laut Kerajaan Belanda. Apalagi, Royal Navy sendiri kenyang pengalaman perang.

Angkatan bersenjata yang didirikan pada 8 Januari 1488 ini terlibat dalam sejumlah pertempuran besar. Sebut saja Pertempuran Delapan Puluh Tahun, Perang Portugis-Belanda, Perang Inggris-Belanda, Perang Suksesi Spanyol, atau Perang Dunia II.

BACA JUGA:  Mall di Mataram Sebaiknya Tutup atau Buka, Ini Kata Pakar Ekonomi Unram

Tapi ia sama sekali tidak menulisnya. Barangkali, baginya, apa pun kisah perang hanya cerita pengantar tidur.

Usianya kini 77 tahun. Ia justru menulis tentang kuliner. Ia bercerita tentang menu-menu untuk para prajurit di kapal-kapal Belanda sejak masa kolonial, lebih banyak hidangan asli Hindia Belanda. Masakan-masakan Indonesia, sate dan nasi goreng, misalnya, telah sejak lama akrab di lidah tentara-tentara Belanda.

BACA JUGA:  Apa Hasil Perang Ukraina?

Oleh: Buyung Sutan Muhlis

Ia mengaku mencintai kuliner Indonesia. Dari pengalaman menjajal hidangan negeri ini selama lebih dari 30 tahun, ia menginventarisir sekitar 800 resep berbagai daerah yang khas dan lezat. Resep-resep itu dikumpulkannya, dan terhimpun dalam buku “Selamat Makan” yang terbit pada 2019.

Buku itu mendapat sambutan hangat publik Belanda. Malah menyebutnya alkitab dari Indonesia. Mereka mengakui masakan negeri ini sangat istimewa, karena banyak pengaruh citarasa kebudayaan bangsa-bangsa luar terwakili dalam banyak varian menu.(Buyung Sutan Muhlis)

BACA JUGA:  Sambal Goreng Tempenyol Dalam Kitab Kuliner Ampenan