Terkait Fenomena Gelombang Panas, Ini Penjelasan BMKG

MATARAMRADIO.COM – Fenomena gelombang panas (heat wave) yang terjadi di berbagai belahan dunia belakangan ini makin viral di linimasa. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akhirnya angkat bicara dan memberikan pernyataan resmi.

Dalam siaran pers BMKG yang diterima MATARAMRADIO.COM, disebutkan bahwa Gelombang panas atau Heatwave sesuai definisi resmi WMO (World Meteorological Organization) merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut dimana suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5°C (9°F) atau lebih. Fenomena gelombang panas ini biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika. “Secara dinamika atmosfer hal tersebut dapat terjadi karena adanya udara panas yang terperangkap di suatu wilayah disebabkan adanya anomali dinamika atmosfer yang mengakibatkan aliran udara tidak bergerak dalam skala yang luas, seperti misalnya ada sistem tekanan tinggi dalam skala yang luas dan terjadi cukup lama,”jelas BMKG.

BACA JUGA:  Sampah Rumah Tangga,Ibu-Ibu MT Baitus Salam Pasar Minggu Belajar Membuat Eco Enzim

Disebutkan, secara geografis wilayah Indonesia berada di sekitar wilayah ekuatorial, sehingga memiliki karakteristik dinamika atmosfer yang berbeda dengan wilayah lintang menengah-tinggi. Selain itu, wilayah Indonesia juga memiliki variabilitas perubahan cuaca yang cepat. Dengan perbedaan karakteristik dinamika atmosfer tersebut, maka dapat dikatakan bahwa di wilayah Indonesia tidak terjadi fenomena yang dikenal dengan Gelombang Panas atau Heatwave. Yang terjadi di wilayah Indonesia adalah kondisi Suhu Panas harian yang umumnya disebabkan oleh kondisi cuaca cerah pada siang hari dan relatif lebih signifikan pada saat posisi semu matahari berada di sekitar ekuatorial. Pada pertengahan Mei ini, posisi semu matahari sudah berada di Belahan Bumi Utara (BBU) di sekitar 19°LU, kondisi tersebut mengindikasikan bahwa di wilayah Indonesia selatan ekuator akan menjelang periode angin timuran yang identik dengan musim kemarau.”Saat ini sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki awal musim kemarau dimana tingkat perawanan akan cukup rendah pada siang hari, sehingga masyarakat diimbau dan diharapkan tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas atau kondisi terik pada siang hari dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan diri, keluarga, serta lingkungan,”demikian BMKG. (Editor MRC)

BACA JUGA:  Badai Matahari Ekstrim Mengancam Jaringan Listrik dan Satelit Bumi