Kurikulum Merdeka Merdekakan Siswa Belajar

MATARAMRADIO.COM – Dengan Penerapan Kurikulum Merdeka diharapkan siswa paham dan mampu mengembangkan dirinya dalam memahami pelajaran di sekolah. Kemampuan ini akan tumbuh maksimal jika didukung oleh kemampuan guru, keseriusan siswa dan dorongan orang tua siswa……

Proses belajar mengajar di sekolah terus mengalami perubahan. Setelah muncul kurikulum 2013 disusul muncul  Kurikulum Merdeka yang diinisiasi Kementerian Pendidikan yang digawangi Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim.

Kurikulum Merdeka yang dikembangkan Kementerian Pendidikan menginginkan eksplorasi daya mampu siswa sekaligus keleluasaan guru dalam memberi pelajaran kepada siswa sehingga kemampuan siswa dapat berkembang optimal.

Namun kondisi demikian, tentu tidak mudah diwujudkan. Ini terkait erat dengan kemampuan guru dalam menganalisa kemampuan siswa juga mencari solusi  dan pola pembelajaran atas kemampuan siswa yang berbeda.

“Disini, guru harus mampu memetakan siswa berdasarkan kemampuannya sekaligus memberi pola pembelajaran yang berbeda terhadap siswa walau para siswa berada dalam satu kelas,” jelas Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMAN I Gunungsari Lombok Barat, Mansur.

Mansur, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMAN 1 Gunungsari

Mansur menilai jika Kurikulum Merdeka ingin diterapkan di sau sekolah maka seorang guru  yang terlibat sebagai guru penggerak harus memahami betul tujuan dari pembelajaran Kurikulum Merdeka. Kemudian, guru menganailisa Kurikulum Merdeka baru mengobservasi kemampuan siswa per siswa.

Jika kemampuan siswa sudah terpetakan, maka guru harus membuat simulasi pembelajaran  berdasarkan hasil pemetaan.

Jika masih ditemukan kendala dalam mencapai target yang diinginkan, maka guru harus kembali membaca pedoman dan menganalisa dimata titik kelemahannya. Kemudian kembali melakukan pemetaan, simulasi dan melakukan evaluasi atas hasil simulasi.

“Bila sudah sesuai dengan hasil yang diinginkan, maka pola pembelajaran yang diterapkan bisa terus dikembangkan,” katanya.

Namun demikian, tentu tidak mudah menemukan pola pembelajaran yang sesuai dengan karakter anak didik walau mereka masih dalam satu sekolah atau satu kelas. Tentu inovasi dan gagasan mencari metode yang sesuai dengan kemampuan siswa tidak boleh berhenti.

BACA JUGA:  Mahasiswa KKN Unram Bersama Pokdarwis Revitalisasi Obyek Wisata Buwun Mas View

“Guru harus terus mencari dan mencari metode yang bisa diterapkan dalam pembelajaran,” katanya.

Untungnya, kata Mansur sebeleum penerapan Kurikulum Merdeka SMAN I Gunugsari sudah menerapkan pola pembelajaran sekolah perjumpaan yang menekankan ekplorasi sesuai kemampuan siswa. Sehingga ketika Kurikulum Merdeka  diterapkan pada  tahun 2022/2023, siswa dan guru di SMAN I Gunungsari tidak mengalami kesulitan.

Walau baru ditunjuk menjadi  sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka, kata Mansur  SMAN I Gunungsari mendapat predikat atau tingkat II.

“Dengan Kurikulum Merdeka, siswa lebih banyak waktu untuk mengeksplorasi dirinya,” katanya.

Hal yang sama dikemukakan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN I Gunungsari yang juga guru di kelas X, Lalu Munggu.

Lalu Munggu, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN I Gunungsari l foto istimewa

Menurut Munggu,  dengan Kurikulum Merdeka siswa diajak untuk mampu mengekpslorasi dirinya. Harus diakui, tidak semua siswa memiliki kemampuan berbicara di depan kelas atau memiliki kemampuan menjabarkan mata pelajaran dengan menggunakan gambar atau metode lainnya.

Perbedaan kemampuan siswa inilah yang harus dipahami dan dimengerti guru sehingga siswa mampu dan paham dengan apa yang dipelajarinya.

Sebagai contoh, dalam salah satu bab pelajaran, ada siswa yang bisa mempresentasikan pelajaran dengan berbicara di depan kelas. Namun, ada pula siswa yang hanya mampu menuangkan pemahamannya atas sub mata pelajaran tersebut dengan tulisan. Tapi, ada juga siswa yang tidak mampu berbicara dan mampu menulis tapi bisa menjelaskan dengan gambar apa yang dipahaminya dari mata pelajaran tersebut.

Disini, kata Munggu guru harus siap menerima dan memberi bimbingan sehingga siswa mampu memahami pelajaran yang diberikan guru.

“Siswa dapat memahami pelajaran walau dengan metode yang berbeda,” katanya.

Kurikulum Merdeka, menurut Munggu sangat cocok diterapkan jika guru mau menerima perubahan dan memahami arah perubahan yang menginginkan siswa mampu dan paham terhadap apa yang dipelajarinya.

Namun untuk mewujudkan itu, baik Mansur maupun Munggu sepakat sinergisitas antara sekolah/ guru, siswa dan orang tua siswa harus selaras dan sepaham dalam mengembangkan Kurikulum Merdeka.

BACA JUGA:  Anugerah AISO 2024:  NTB Menyongsong Indonesia Emas 2045
Arika, Siswa Kelas X SMAN 1 Gunungsari

Pasalnya, seperti pengakuan siswa kelas X SMAN I Gunungsari, Arika yang menyatakan walau orang tuanya tidak pernah terlibat langsug dalam pembelajaran Kurikulum Merdeka namun dengan orang tua yang memberi dukungan akan memberi keleluasaan siswa  dalam memahami pelajaran yang disampaikan guru.

“Kadang ada pelajaran yang tidak bisa langsung dimengerti dan itu harus diulang. Kalau orangtuanya tidak mau mengerti kan repot,” katanya.

Arika tidak menampik, tidak semua pelajaran yang disampaikan guru bisa dipahami oleh siswa. Jika hal itu terjadi maka siswa biasanya diminta untuk mengulang pelajaran yang telah lalu sampai paham. Jika sudah paham maka siswa baru bisa melanjutkan ke pelajaran selanjutnya.

Hasilnya, kata Arika siswa akan paham terhadap mata pelajaran yang diberikan guru walau pemahaman siswa terhadap mata pelajaran itu dilakukan dengan cara yang berbeda-beda.

“Saya lihat, ada peningkaan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang diberikan guru,” katanya.

Menurut Arika, Kurikulum Merdeka tidak membebani siswa karena siswa diajar sesuai kemampuannya tapi tentunya siswa juga akan terus memicu dirinya untuk bisa mengejar ketertinggalam dalam pelajaran agar sama dengan teman sekelasnya.

Senada, Stefani siswa kelas XII SMAN 9 Mataram mengungkapkan walau belum menerima secara penuh Kurikulum Merdeka namun dirinya setuju jika Kurikulum Merdeka diterapkan.

Stefani, siswi SMAN 9 Mataram

Menurut Stefani, dengan Kurikulum Merdeka mampu memicu siswa untuk terus belajar tidak hanya didasarkan pada catatan dari guru tapi juga bisa menggunakan literasi lain yang bisa meningkatkan kemampuan siswa.

“Siswa bisa lebih paham dengan banyaknya literasi,” katanya.

Namun, Stefani tidak menolak bila tidak semua sekolah bisa menerapkan Kurikuum Merdeka walau berbasis kewilayahan atau daerah.

“Tidak semua daerah bisa menerapkan Kurikulum Merdeka karena setiap daerah berbeda,” katanya.

Perbedaan karakter dan kondisi geografis setiap daerah, menurut Kepala Sekolah SMAN 9 Mataram Nengah Istiqomah tidak menjadi penghalang dalam penerapalan Kurikululum Merdeka asal ada kemauan dari guru dan sekolah untuk menerapkannya.

BACA JUGA:  Ombudsman NTB Minta Segera Cairkan Beasiswa Mahasiswa
Nengah Istiqomah, Kepala.SMAN 9 Mataram

Menurut Nengah Istiqomah, guru yang terlibat sebagai guru penggerak dalam Kurikulum Merdeka harus mau terus belajar dari modul-modul yang diberikan Kementerian Pendidikan dan menyesuaikannya dengan kondisi daerahnya.

“Kalau gurunya tidak rajin belajar tentu tidak bisa memahami arah Kurikulum Merdeka.  Imbasnya, apa yang menjadi target siswa mampu mandiri belajar dan paham terhadap apa yang dipelajarinya tidak akan tercapai,” katanya.

Karenanya, Nengah menegaskan setiap sekolah bisa menerapakan Kurikulum Merdeka yang berbasis pada karakter siswa tapi guru juga harus mampu memahami Kurikulum Merdeka dengan baik yang ditunjang oleh siswa dan orang tua siswa.

Melihat kenyatan demikian, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nusa Tenggara Barat, Aidy Furqan mendorong setiap sekolah untuk segera berbenah agar bisa menerapkan Kurikulum Merdeka.

Menurut Aidy, Kurikulum Merdeka akan memberi dampak baik bagi peningkatan kemampuan siswa. Karena guru dalam mengajar fokus memikirkan bagaimana siswa dapat memahami pelajaran yang disampaikan.

Guru, kata Aidy harus memilah dan memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa  sehingga siswa memiliki ketrampilan dan kemampuan seimbang dalam memahami pelajaran yang diberikan guru. Bila siswa sudah memiliki kemampuan yang seimbang, maka pembelajaran lanjutan akan lebih mudah diterapkan.

Aydi berharap, sekolah-sekolah yang ada di Nusa Tenggara Barat bisa segera lolos assessment dan bisa ditunjuk menjadi sekolah penggerak dalam pembelajaran Kurikulum Merdeka.

“Kami ingin lebih banyak sekolah yang ditunjuk menjadi sekolah penggerak dalam menerapkan Kurikulum Merdeka,” katanya.

Dengan banyaknya sekolah yang menjadi sekolah penggerak di Nusa Tenggara Barat, kata Aydi kemampuan siswa yang berbasis kemampuan diri akan berimbas kepada kemampuan siswa dalam interaksi sosial di masyarakat.  (MRC03)

.