Gaduh Tiket Mahal Borobudur, Pemerintah Angkat Bicara

MATARAMRADIO.COM – Beredar kabar, tarif tiket wisata ke Candi Borobudur bagi pengunjung domestik meroket jadi Rp 750 ribu per orang.

Tak ayal, kabar itu sontak memicu kegaduhan di masyarakat. Maka, tanpa menunggu lebih riuh lagi, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, pun segera turun tangan.
Ia meluruskan soal tarif wisata ke Candi Borobudur yang disebutkan melonjak jadi Rp 750 ribu itu.
Luhut menyatakan, tarif sebesar Rp 750 ribu untuk naik ke Candi Borobudur bagi wisatawan domestik tersebut belum final.

Keputusan bulat mengenai besaran biaya yang harus dikeluarkan pelancong lokal masih dibahas.
Hal tersebut, menurutnya, baru akan diputuskan Presiden Joko Widodo pekan depan.
“Saya mendengar, banyak sekali masukan masyarakat hari ini terkait dengan wacana kenaikan tarif untuk turis lokal. Karena itu, nanti saya akan minta pihak-pihak terkait untuk segera mengkaji lagi supaya tarif itu bisa diturunkan. Saya sampaikan terima kasih kepada semuanya atas perhatian yang begitu besar kepada warisan budaya kebanggaan kita semua ini,” kata Luhut, melalui siaran pers yang diterima MATARAMRADIO.COM pada Minggu (5/6).

BACA JUGA:  Sengketa Lahan GTI: Gubernur Sebut Ada Mafia di Gili Trawangan

Di sisi lain, dia memastikan, biaya yang akan dikenakan kepada wisatawan mancanegara untuk naik ke Candi Borobudur tetap, yakni USD 100, atau sekitar Rp 1,4 juta.
Besaran pungutan untuk pelajar juga disebut bakal tetap sesuai rencana, yakni Rp 5 ribu.
Hingga saat ini, tiket masuk ke kawasan Candi Borobudur masih memberlakukan tarif lama, yakni Rp 50 ribu untuk wisatawan domestik dan USD 25 untuk wisatawan asing.
Selain itu, Luhut tengah mempertimbangkan menyediakan tarif khusus bagi warga Provinsi Jawa Tengah dan DIY.
Nantinya, lanjut Luhut, semua calon turis yang ingin mengunjungi Candi Borobudur diwajibkan untuk melakukan reservasi secara online.

BACA JUGA:  Rp 3,8 Triliun, Panjar yang Dianggarkan Pemerintah untuk Vaksin Covid

Hal ini dilakukan untuk mengatur aliran pengunjung.
Warga lokal pun akan diajak untuk lebih berkontribusi.
Semua turis nantinya harus menggunakan tour guide dari warga lokal sekitar kawasan Candi Borobudur.

Selain itu, turis diwajibkan untuk menggunakan sandal khusus upanat, supaya tidak merusak tangga dan struktur bangunan yang ada di candi.

Sandal ini akan diproduksi oleh warga dan UMKM di sekitar Candi Borobudur.
“Sebagai bangsa yang kaya dengan budaya, kita tentu tidak mau dianggap tidak bisa menjaga kelestarian warisan budaya kita sendiri. Jadi memang diperlukan treatment khusus untuk mewujudkan upaya itu,” kata Luhut.

Lebih lanjut dia menjelaskan, rencana pembatasan kuota pengunjung dan kenaikan tarif untuk naik ke area stupa Candi Borobudur itu memang merupakan upaya pemerintah.
Khususnya, demi menjaga Warisan Budaya Dunia tersebut.
“Candi Borobudur itu kan cagar budaya Indonesia yang ditetapkan sebagai situs Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Dengan relief yang sarat makna khususnya bagi umat Buddha dan kita umat manusia, penting bagi kita semua memberi perhatian khusus untuk menjaga kelestarian kekayaan sejarah dan budaya nusantara tersebut,” tutur Luhut.

BACA JUGA:  Diduga  Sentil Amplop Kiai, Suharso Monoarpa Dilengserkan Jadi Ketum PPP?

Sebagai situs sejarah, lanjutnya, Candi Borobudur memiliki berbagai kerentanan dan juga ancaman.

Berdasarkan kajian dari berbagai ahli yang memberikan masukan kepada pemerintah, kondisi situs bersejarah itu saat ini mulai mengalami pelapukan.
Selain itu, perubahan iklim, erupsi gunung berapi, gempa bumi, juga menjadi tantangan tersendiri.
“Silakan cek atau tanya ke teman-teman pengelola di sana. Belum lagi perilaku pengunjung yang suka melakukan vandalisme, menyelipkan benda tertentu di sela-sela batu candi, membuang sampah sembarangan, dan yang lebih parah adalah tidak bisa menghargai Candi Borobudur sebagai situs umat Buddha. Ini semua kan perlu penanganan khusus,” pungkas Luhut. (EditorMRC)