Ada Apa dengan MET Gala 2022?

MATARAMRADIO.COM – MET Gala 2022  merupakan sebuah acara tahunan yang diselenggarakan di museum Metropolitan Museum of Art, New York City, AS, pada Senin (2/5) lalu. Acara ini merupakan sebuah acara amal di mana banyak mengundang artis-artis papan atas.

MET Gala memiliki tema untuk busana yang akan dikenakan artis-artis tersebut saat datang ke acara ini.


Kontroversi mewarnai ingar-bingar perhelatan fashion MET Gala 2022. Tema ‘Gilded Glamour and White Tie’ dinilai tidak peka dengan situasi perekonomian dunia serta konflik yang terjadi di Ukraina.

Baru digelar beberapa bulan lalu, MET Gala yang diorganisir oleh pemimpin redaksi majalah Vogue AS Anna Wintour kembali hadir. MET Gala 2022 untuk pertama kalinya berlangsung pada Senin pertama Mei sesuai tradisi setelah sempat tertunda karena pandemi COVID-19.

Perhelatan MET Gala 2022 kali ini menjadi bagian dari pembukaan pameran ‘In America: An Anthology of Fashion’ di museum tersebut, yang sekaligus melanjutkan pameran ‘In America: A Lexicon of Fashion’ yang dibuka dengan MET Gala 2021 pada September tahun lalu. Kedua pameran ini mengeksplor asal muasal dan sejarah fashion Amerika Serikat.

BACA JUGA:  Fenita Arie: Rasakan Nikmat Berhijab

Dikutip dari Britanica Antara menyebutkan, artis-artis yang hadir di sana datang karena mendapat undangan. Di mana undangan MET Gala tersebut bersifat selektif, dan tiket masuk acara ini sekitar 35000 dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp508 jutaan.

Sementara untuk meja, mulai dari 200.000-300.000 dolar atau setara Rp2,9 hingga Rp4,3 miliar.

MET Gala 2022 mengusung tema “In America: An Anthology of Fashion” dengan dresscode gilded glamour atau bisa diartikan glamour berlapis emas.

BACA JUGA:  Empat Plus Enam Seputar Cinta Tanpa Syarat pada Anak

Lalu, apa makna dari tema tersebut?

Mengingat acara tersebut berlangsung di ruang museum yang berpusat pada periode, tema “Gilded Glamour” kemungkinan besar dimaksudkan sebagai penghormatan kepada sejarah Amerika.

Tema dikhususkan pada Zaman Gilded yang berlangsung kira-kira dari tahun 1870-1900.

Pada era tersebut diketahui terjadi perkembangan industrialisasi besar, ketika raksasa bisnis seperti John D. Rockefeller, J.P. Morgan, dan Cornelius Vanderbilt mengumpulkan semua kekayaan mereka.

John D. Rockefeller memiliki perkebunan besar sementara rata-rata masyarakat saat itu tinggal di rumah petak.

Hal ini kemungkinan juga akan menarik perhatian penonton di era modern, contohnya menyaksikan miliarder meluncur ke luar angkasa sementara negara itu dilanda pandemi.

Meski begitu, buku Mark Twain yang berjudul The Gilded Age: A Tale of Today yang terbit pada tahun 1873, menyelidiki isu-isu yang mendasari periode tersebut.

BACA JUGA:  Apa Kabar Penyiar Legenda Angga Radesa?

Diketahui kata “gilded” tak selalu berarti “emas”, melainkan lapisan tipis emas.

Nama itu juga mengacu pada kemunafikan zaman saat kekayaan tidak dapat menyembunyikan ketidaksetaraan pendapatan yang sangat besar, pergolakan politik, dan juga rasisme pasca Perang Saudara di Amerika.

Zaman Gilded merupakan istilah dari Mark Twain untuk menggambarkan periode tersebut sebagai keadaan di mana terjadi peningkatan yang besar-besaran tentang kekayaan dan kemakmuran Amerika Serikat.

Buku The Gilded Age: A Tale of Today itu sendiri ditulis Mark Twain bersama Charles Dudley Warner. Buku ini menggambarkan deskripsi yang akurat dan jelas tentang keadaan Kota Washington DC.

Mark Twain sendiri merupakan seorang penulis termasyhur dari Amerika Serikat. (EditorMRC)

foto galeri: vanity fair