John Lennon: Penyanyi Legendaris Dunia

Sebagai salah satu pendiri The Beatles, Lennon tidak hanya menciptakan revolusi musik, tetapi juga menyuarakan gagasan tentang cinta, persatuan, dan kebebasan.

Kata-kata bijaknya, seperti “Life is what happens to you while you’re busy making other plans” dari lagu Beautiful Boy, mencerminkan pandangannya tentang kehidupan yang tak terduga, mengajak kita untuk merangkul momen dengan penuh kesadaran. Warisannya, yang terjalin dari melodi abadi dan pesan kemanusiaan, terus menginspirasi jutaan orang hingga kini.

Masa Kecil dan Awal Inspirasi


Lennon dibesarkan di tengah dinamika keluarga yang kompleks. Orang tuanya, Alfred Lennon dan Julia Stanley, berpisah ketika ia masih kecil, meninggalkannya dalam asuhan bibi dan pamannya, Mimi dan George Smith, di kawasan Woolton, Liverpool.

Meski hubungannya dengan sang ayah nyaris tidak ada, ikatan emosionalnya dengan ibunya, Julia, menjadi fondasi penting dalam hidupnya. Julia, seorang wanita berjiwa bebas dengan kecintaan pada musik, memperkenalkan Lennon pada rock ‘n’ roll, khususnya karya Elvis Presley yang penuh energi.

Dari Julia, Lennon belajar memainkan banjo, instrumen pertama yang membuka pintu menuju obsesinya dengan musik. Meski Julia tragis meninggal dalam kecelakaan pada 1958, pengaruhnya pada Lennon tetap abadi, membentuk semangat pemberontak dan kreativitasnya.


Di masa remaja, Lennon adalah sosok yang cerdas namun memberontak. Ia sering bermasalah di sekolah, lebih tertarik pada seni dan musik daripada pelajaran formal. Gairahnya terhadap musik rock ‘n’ roll, dipicu oleh artis seperti Chuck Berry dan Buddy Holly, mendorongnya untuk mengejar mimpi musikal.

BACA JUGA:  Muhammad Ali: Petinju Legendaris Dunia

Pada usia 16 tahun, ia mendirikan The Quarrymen, sebuah band skiffle yang memainkan campuran folk dan rock. Band ini menjadi cikal bakal The Beatles, tetapi saat itu, Lennon hanya seorang pemuda Liverpool yang bermimpi besar di tengah kehidupan kelas pekerja.


Kelahiran The Beatles


Titik balik dalam kehidupan Lennon terjadi pada Juli 1957, ketika ia bertemu Paul McCartney di sebuah acara gereja di Woolton. Keduanya langsung terhubung melalui kecintaan pada musik, dan McCartney segera bergabung dengan The Quarrymen.

Tak lama kemudian, George Harrison, seorang gitaris muda berbakat, dan akhirnya Ringo Starr, melengkapi formasi The Beatles. Kolaborasi Lennon dan McCartney, yang menghasilkan ratusan lagu, menjadi salah satu kemitraan paling produktif dalam sejarah musik.

Kata bijak Lennon, “All you need is love”, yang menjadi judul lagu hit The Beatles pada 1967, mencerminkan semangat era tersebut: cinta sebagai jawaban atas kekacauan dunia.


The Beatles meledak menjadi fenomena global pada awal 1960-an. Penampilan mereka di The Ed Sullivan Show pada 1964 memicu Beatlemania di Amerika Serikat, dengan ribuan penggemar histeris menyambut mereka.

Lagu-lagu seperti I Want to Hold Your Hand, She Loves You, dan Help! mendominasi tangga lagu, sementara eksperimentasi mereka dalam album seperti Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band mendefinisikan ulang batas-batas musik pop. Lennon, dengan karisma dan liriknya yang tajam, sering menjadi suara paling vokal dalam band.

Ia tidak takut menyuarakan pandangan kontroversial, seperti ketika ia menyatakan bahwa The Beatles “lebih populer dari Yesus” pada 1966, sebuah pernyataan yang memicu kemarahan di beberapa kalangan.


Perjalanan Solo dan Aktivisme


Ketegangan dalam The Beatles, ditambah dengan perbedaan kreatif dan pengaruh Yoko Ono, istri kedua Lennon, menyebabkan bubarnya band pada 1970.

BACA JUGA:  Muhammad Ali: Petinju Legendaris Dunia

Bagi Lennon, ini adalah awal babak baru. Ia memulai karier solo dengan album seperti John Lennon/Plastic Ono Band (1970), yang mengeksplorasi trauma pribadinya dengan jujur dan mentah. Namun, karya paling ikoniknya adalah Imagine (1971), sebuah lagu yang menjadi simbol perdamaian dunia.

Liriknya, “Imagine all the people living life in peace”, adalah seruan untuk dunia tanpa perang, batas negara, atau keserakahan. Lagu ini tidak hanya sukses secara komersial, tetapi juga menjadi manifesto filosofis Lennon.


Bersama Yoko Ono, Lennon menjadi aktivis vokal yang menentang Perang Vietnam dan ketidakadilan sosial. Mereka menggelar aksi “Bed-Ins for Peace” di Amsterdam dan Montreal pada 1969, menggunakan ketenaran mereka untuk mempromosikan perdamaian.

Lennon juga menulis lagu-lagu protes seperti Give Peace a Chance, yang menjadi lagu wajib dalam demonstrasi anti-perang. Namun, aktivismenya membuatnya diawasi oleh pemerintah AS, yang berusaha mendeportasinya karena dianggap sebagai ancaman politik.

Meski menghadapi tekanan, Lennon tetap teguh pada prinsipnya, seperti yang ia ungkapkan dalam kata-katanya: “A dream you dream alone is only a dream. A dream you dream together is reality”. Kutipan ini mencerminkan keyakinannya bahwa perubahan hanya mungkin terjadi melalui solidaritas.

Kehidupan Pribadi dan Tantangan


Kehidupan pribadi Lennon penuh dengan pasang surut. Pernikahannya dengan Cynthia Powell pada 1962 menghasilkan seorang putra, Julian, tetapi hubungan mereka retak karena ketenaran dan gaya hidup Lennon. Pertemuannya dengan Yoko Ono pada 1966 mengubah arah hidupnya.

Ono, seorang seniman avant-garde, menjadi pasangan sekaligus kolaboratornya. Hubungan mereka kontroversial, sering disalahkan atas perpecahan The Beatles, tetapi bagi Lennon, Ono adalah belahan jiwanya. Bersama, mereka menghasilkan karya seni dan musik yang inovatif, meski sering disalahpahami pada masanya.

BACA JUGA:  Muhammad Ali: Petinju Legendaris Dunia


Pada pertengahan 1970-an, Lennon sempat menarik diri dari sorotan publik untuk fokus pada keluarga, terutama setelah kelahiran putranya, Sean, bersama Ono pada 1975. Periode ini, yang ia sebut sebagai “househusband years”, menunjukkan sisi Lennon yang lebih lembut dan reflektif. Ia kembali ke dunia musik pada 1980 dengan album Double Fantasy, yang menandakan kebangkitan kreatifnya. Sayangnya, kebangkitan ini terhenti secara tragis.


Tragedi dan Warisan Abadi


Pada 8 Desember 1980, dunia dikejutkan oleh kematian Lennon. Ia ditembak oleh Mark David Chapman, seorang penggemar obsesif, di luar apartemennya di Dakota, New York.

Lennon meninggal di usia 40 tahun, meninggalkan dunia dalam duka mendalam. Kematiannya bukan hanya kehilangan seorang musisi, tetapi juga seorang pemikir yang berani menantang status quo. Namun, seperti yang pernah ia katakan, “The love you take is equal to the love you make” (dari The End), warisan cinta dan inspirasi Lennon terus hidup.


Hingga kini, musik Lennon—baik bersama The Beatles maupun solo—tetap relevan. Lagu-lagu seperti Strawberry Fields Forever, Across the Universe, dan Imagine bukan sekadar melodi, tetapi cerminan jiwa seorang pria yang bermimpi tentang dunia yang lebih baik. Kata-kata bijaknya, yang sering kali sederhana namun mendalam, terus menggema di hati mereka yang mencari makna dalam kekacauan.

Dari jalanan Liverpool hingga panggung dunia, Lennon mengajarkan kita bahwa keberanian untuk bermimpi, mencintai, dan berbicara jujur adalah kekuatan terbesar.


John Lennon bukan hanya legenda musik; ia adalah simbol harapan dan kemanusiaan. Melalui nada dan kata-katanya, ia mengingatkan kita untuk terus membayangkan—dan mewujudkan—dunia yang penuh damai. Warisannya adalah bukti bahwa satu suara, jika cukup kuat, dapat mengubah dunia. (editorMRC)

Sumber: diolah dari berbagai sumber