Perjalanan Van Kol di Lombok (1)

Henri van Kol (1852-1925), seorang penulis dan anggota parlemen Belanda yang terkenal sangat lantang menentang kolonialisme.

Salah satu usulan populer pendiri Partai Buruh Sosial-Demokratik Belanda ini yaitu pemberian otonomi bagi daerah-daerah di luar Jawa dan Sumatera. Namun usulan itu tidak mendapat respon. Di tahun 1902 Henri mengunjungi sejumlah kawasan jajahan Pemerintah Kolonial Belanda, termasuk Lombok. Banyak catatan penting tentang perjalanannya tersebut, yang terhimpun dalam buku Uit Onze Kolonien, diterbitkan di Leiden, 1903.

BACA JUGA:  Hanya 30 Menit Jakarta-Bandung: Cerita Jokowi Uji Coba Kereta Cepat

Sekembalinya dari Maluku, ia menyeberang menuju Lombok pada 18 Mei 1902, setelah sempat bermalam di Buleleng, Bali. Dari pelabuhan Ampenan Henri naik dokar, melintasi jembatan Sungai Jangkok dan benteng Belanda.

Ia mampir di kediaman Asisten Residen Lombok (sekarang pendopo Gubernur NTB) yang dijabat Mr Van Geuns. Rumah itu berhadapan dengan Tugu Lombok, sebuah monumen peringatan peristiwa perang di tahun 1894. Di sepanjang jalan menuju Cakranegara, dipenuhi pejalan kaki dan kuda beban. Hari itu, para petani sedang panen padi. Dari Ampenan hingga Cakranegara, Henri tak menemukan satu pun pengemis. Ia hanya sempat melihat seseorang yang ia duga gelandangan.

BACA JUGA:  SASAK TANPA NENEK MOYANG (Catatan Akhir Tahun Tentang Bangsa yang Terjerumus)

Ia menyebutnya seorang hermaprodit. Saya geli membaca istilah tersebut. Apakah yang dia maksud seorang waria atau transeksual? Jika itu benar, maka si hermaprodit itu generasi wadam pertama yang keluyuran di jalan-jalan Mataram. (Bersambung)