Ade Armando: Dosen Kontroversial dari Kampus Salemba

MATARAMRADIO.COM – Nama Ade Armando belakangan menjadi nama paling populer di mesin pencari google. Apalagi pasca tragedi berdarah yang dialami kritikus, pegiat media sosial dan akademisi Universitas Indonesia itu pada aksi demonstrasi mahasiswa yang berakhir ricuh di depan Gedung DPR RI Senayan Jakarta, Senin (11/4) kemarin.

Mungkin anda salah satu yang penasaran dengan sosok Ade Armando yang ternyata punya perjalanan hidup dan jejak karir yang fenomenal. Ini terkait aktivitas, sepak terjang dan pemikirannya yang kerap kontroversial terutama berkaitan dengan isu-isu pluralisme, keagamaan dan konglomerasi media.

MATARAMRADIO.COM mencoba menurunkan tulisan tentang profil Dosen Universitas Indonesia ini diolah dari berbagai sumber.

Ade Armando adalah seorang pakar komunikasi yang sehari-hari mengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI).

Ade juga pernah menjadi anggota Komisi Penyiaran Indonesia (2004–2007), Ketua Program S-1 Ilmu Komunikasi FISIP UI (2001–2003), dan Direktur Pengembangan Program Pelatihan Jurnalistik Televisi Internews (2001–2002).

Masa Kecil dan Orang Tua

Ade Armando lahir 61 tahun lalu, tepatnya 24 September 1961. Ia anak bungsu  tiga bersaudara dari keluarga perantau Minangkabau pasangan Mayor Jus Gani dan Juniar Gani.

Ayahnya adalah seorang diplomat yang terpaksa harus turun setelah terkena dampak runtuhnya rezim Soekarno.

Jus Gani pernah menjadi atase di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Maroko dan Filipina. Setelah dipecat dari militer, ia merantau membawa keluarganya ke Malaysia untuk berdagang. Di sana, Ade Armando sempat dipermalukan oleh seorang guru keturunan Cina di depan teman-temannya karena tidak lancar berbahasa Inggris. Hal itu memacunya untuk belajar hingga bisa berbahasa Inggris dengan lancar.

BACA JUGA:  Komisioner KPAI Kontroversial itu Akhirnya Dipecat Tidak Hormat?

Pada 1968, keluarganya kembali ke Indonesia dan menetap di Bandung dalam keadaan pailit.

Riwayat Pendidikan

Ade Armando mengenyam pendidikan di SD Banjarsari I Bandung (tamat 1973), SMP Negeri 2 Bogor (tamat 1976), dan SMA Negeri 2 Bogor (tamat 1980). Ia menderita kerusakan mata rabun jauh dan saat SMP kerusakannya mencapai minus enam.

Sesuai saran ayahnya, setamat SMA ia mendaftar kuliah di FISIP UI untuk menjadi diplomat. Namun, karena nilai mata kuliah ilmu pengantar politiknya rendah, ia pindah ke jurusan ilmu komunikasi.Di kampus, ia aktif dalam pers mahasiswa di Warta UI. Ia mengaku berjualan rempeyek di kampus untuk menutupi uang kuliahnya. Ia belajar menjadi wartawan dari Rosihan Anwar dan Masmimar Mangiang. Ia lulus sarjana komunikasi dan meraih gelar doktorandus pada 1988.

Ade meraih gelar master of science dalam population studies dari Universitas Negeri Florida pada 1991. Selanjutnya, ia meraih gelar doktor dari Universitas Indonesia pada 2006.

Perjalanan Karier

Ade Armando menjadi dosen tetap pegawai negeri sipil FISIP UI sejak Maret 1990.

Ia pernah menjadi wartawan majalah Prisma (1988–1989) dan Redaktur Penerbit Buku LP3ES (1991–1993). Pada 1993, Ade menjadi redaktur Republika, surat kabar Islam, sesuai obsesinya. Karena tekanan politik Orde Baru, ia lantas keluar dari koran itu. Selanjutnya, ia beralih menjadi peneliti dan Manajer Riset Media Tylor Nelson Sofres pada 1998–1999. Ia diajak bergabung oleh Marwah Daud Ibrahim menjadi Direktur Media Watch & Consumer Center pada 2000–2001 yang dianggapnya independen dan tidak memihak Habibie.

Dikenal Sebagai Aktivis Jaringan Islam Liberal

BACA JUGA:  Mendagri:Tak Ingin Pilkada Jadi Ajang Persebaran Covid 19

Ade Armando ikut dalam kelompok diskusi Jaringan Islam Liberal (JIL) yang dibangun melalui milis sejak 2001. Kegiatan diskusi JIL membahas seputar Islam, kenegaraan, dan kemasyarakatan. JIL mengklaim diskusi itu diikuti oleh 200 orang anggota. Adian Husaini mencatat bahwa Ade Armando adalah salah satu akademisi yang bekerja sama menjadi kontributor JIL.

Pernyataan Ade Armando di kanal berbagi video Youtube Cokro TV tentang tidak adanya perintah salat lima waktu dalam Alquran menuai beragam reaksi, termasuk dari Kementerian Agama Republik Indonesia, bahwa pernyataan Ade Armando tidak berdasar. Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin, dalam sanggahannya menyatakan, banyak sekali ayat dan hadis yang berbicara tentang salat, baik sebagai kewajiban maupun sebuah keutamaan.

Pada tanggal 23 Juni 2016, Ade Armando dipanggil Polda Metro Jaya lantaran dituduh telah menistakan agama dalam status di akun faceboknya. Polisi memanggilnya setelah mendapat laporan dari Johan Khan.

Kasus tersebut bermula saat Ade menulis sebuah status di akun facebooknya tertanggal 20 Mei 2015 yang berbunyi ‘Allah kan bukan orang Arab’. Tentu Allah senang kalau ayat-ayat-Nya dibaca dengan gaya Minang, Ambon, Cina, Hiphop, Blues,”

Dukung Aspirasi Mahasiswa

Ade Armando ikut dalam demonstrasi mahasiswa menolak wacana perpanjangan masa jabatan Presiden Jokowi pada 11 April 2022 di depan Gedung DPR/MPR, Jakarta. Dilaporkan, ia mengalami penganiayaan oleh sesama peserta demonstrasi.

Sebelumnya, dalam wawancara dengan CNN Indonesia, Ade mengaku tidak ikut serta dalam unjuk rasa, tetapi mendukung aspirasi mahasiswa. Ia menilai penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden tidak etis.

Kehidupan Keluarga

Pada 1991, Ade Armando menikahi Nina Mutmainnah, adik tingkatnya di kampus. Mereka sama-sama aktif di Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HMIK) dan Senat Mahasiswa. Nina adalah seorang akademisi, yang pernah menjabat sebagai Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI. Mereka memperoleh dua orang anak bernama Yasmin Rifdaniar dan Feisal Irfansyah.

BACA JUGA:  Putra Sulung Belum Ditemukan, Keluarga Ridwan Kamil Ikhlas

Perjalanan Karir

  • Anggota Redaksi Jurnal Prisma (1988-1991)
  • Redaktur Penerbitan Buku LP3ES (1991-1993)
  • Redaktur Harian Republika (1993-1998)
  • Manajer Riset Media di perusahaan riset pemasaran transnasional, Taylor Nelson Sofres (1998-1999)
  • Direktur Media Watch & Consumer Center (2000-2001)
  • Anggota Kelompok Kerja Tim Antardepartemen RUU Penyiaran, Kementrian Negara Komunikasi dan Informasi (2001)
  • Ketua Program S-1 Ilmu Komunikasi FISIP UI (2001-2003)
  • Direktur Pengembangan Program Pelatihan Jurnalistik Televisi-Internews (2001-2002)
  • Anggota Komisi Penyiaran Indonesia (2004-2007)
  • Anggota tim asistensi bagi Kementrian Pemberdayaan Perempuan dalam penyiapan naskah Rancangan Undang-undang P0rn0grafi (2007-2008)
  • Pemimpin Redaksi Madina-online.net, sebuah versi dunia maya dari majalah Madina yang dipimpinnya (2008-2009)

Organisasi

  • Pendiri Lembaga Media Ramah Keluarga (MARKA) (1998)
  • Media Watch and Consumer Center the Habibie Center (MWCC) (1999)
  • Masyarakat Tolak P0rn0grafi (MTP) (2001)
  • Koalisi Masyarakat Komunikasi dan Informasi (MAKSI) (2009)

Karya tulis

  • Televisi Jakarta di Atas Indonesia (2011)
  • Televisi Indonesia di Bawah Kapitalisme Global (2016)

Penghargaan

  • Wakil Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat (Februari 2005)
  • Terpilih sebagai salah satu dari 106 Nama Pemimpin Muda Indonesia oleh Partai Keadilan Sejahtera (November 2008)

Demikanlah profil seorang Ade Armando yang selalu tampil beda menunjukkan jati diri dan kepribadiannya sebagai akademikus dan kritikus.(EditorMRC)