Peneliti Survei KedaiKOPI Prediksi Hairul Warisin- Edwin Unggul di Pilkada Lombok Timur 2024

MATARAMRADIO.COM – Setelah keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait perubahan persyaratan pemilihan kepala daerah pada Pilkada 2024, kini proses pendaftaran calon kepala daerah bergantung pada jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT), menggantikan syarat sebelumnya yang membutuhkan 20 persen kursi DPRD.

Perubahan ini berdampak besar pada dinamika politik di berbagai daerah, termasuk Lombok Timur, NTB. Putusan tersebut dianggap merugikan beberapa pasangan calon (paslon) yang tengah mencari dukungan partai politik (parpol) guna memenuhi syarat jumlah kursi di KPU.

Beberapa paslon yang terpengaruh termasuk H. M. Syamsul Luthfi-H. Abdul Wahid (Luthfi-Wahid), H. Rumaksi-Sukisman Azmy (RAMAH), serta H. Hairul Warisin-H. Moh. Edwin Hadiwijaya (Iron-Edwin).

Namun, putusan MK ini juga dianggap sebagai penyelamat bagi beberapa paslon yang sebelumnya kekurangan kursi, seperti Suryadi Jaya Purnama-TGH Lalu Gede Muhammad Khairul Fatihin (SJP-TGF) dan Tanwirul Anhar-H. Daeng Paelori (Tanwir-HDP).

Kedua pasangan ini berhasil mendaftar di KPU bersama tiga mantan Wakil Bupati Lombok Timur lainnya: Syamsul Luthfi, Rumaksi, dan Hairul Warisin.

BACA JUGA:  Relawan THR Siap Bela Bantel Menangkan Bang Mack di Pilkada Lotim 2024

Lalu Handani, mantan koordinator wilayah lembaga survei KedaiKOPI Lombok Timur, menganalisis perolehan suara lima paslon bupati dan wakil bupati di Pilkada mendatang.

Handani memprediksi pasangan Iron-Edwin akan meraih lebih dari 30 persen suara, didukung oleh tokoh-tokoh berpengaruh seperti Ali BD, tokoh NW, serta pimpinan marakit dan yayasan lainnya.

“Dukungan Prabowo sebagai calon presiden juga akan memberikan pengaruh besar,” kata Handani saat ditemui di kediamannya, Selasa (17/9).

Posisi kedua diprediksi ditempati oleh pasangan Luthfi-Wahid dengan perolehan suara sekitar 24-26 persen. Meskipun didukung oleh dua organisasi besar, NWDI dan NU, Handani berpendapat dukungan ini tidak akan signifikan, karena pemilih dari organisasi Islam tersebut dinilai cerdas dan lebih memilih paslon dengan misi yang masuk akal. “Kampanye santun TGB turut berkontribusi pada pencapaian hingga 26 persen ini,” ujarnya.

Sementara itu, pasangan SJP-TGF diperkirakan akan menempati posisi ketiga dengan perolehan suara sekitar 18 persen, didukung oleh jamaah Samikna Wa Atokna. “Dukungan dari Anjani konsisten di angka 18 persen, baik dari kader NW maupun non-NW,” tambah Handani.

BACA JUGA:  Presisi: Djoda Unggul di KLU

Pasangan RAMAH diprediksi memperoleh perolehan suara yang tidak jauh berbeda dengan SJP-TGF, sedangkan pasangan Tanwir-HDP diperkirakan mendapatkan kurang dari 10 persen suara.

Handani juga menyoroti visi dan misi masing-masing paslon. Menurutnya, program yang ditawarkan pasangan SJP-TGF cukup bagus dan masuk akal, namun belum banyak dikenal masyarakat karena mereka merupakan pendatang baru. “Masyarakat cenderung memilih tokoh berpengalaman,” ujarnya.

Pemilih cerdas juga mempertanyakan kinerja SJP dan Luthfi saat menjabat sebagai anggota DPR RI dari Lombok Timur. “Banyak yang merasa mereka kurang aktif menyapa konstituen saat menjadi anggota DPR RI,” jelas Handani.

Di sisi lain, program unggulan Luthfi-Wahid, seperti ‘satu miliar satu desa’, dinilai tidak realistis mengingat keterbatasan anggaran daerah.

Janji memberikan kesempatan ASN untuk berkarir di jabatan strategis juga dianggap tidak mudah direalisasikan tanpa menimbulkan gejolak di kalangan ASN yang terlibat dalam Pilkada.

BACA JUGA:  Masyarakat Diminta Datang ke TPS Sesuai Jadwal

“Menariknya, visi misi Luthfi-Wahid mirip dengan Tanwir-HDP. Saya tidak menuduh adanya penjiplakan, tapi memang mirip,” tambahnya.

Pasangan Iron-Edwin dinilai menawarkan program yang lebih membumi dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, karena telah lama berinteraksi langsung dengan warga. “Paslon lain baru turun ke lapangan setelah gagal di Pileg,” ungkap Handani.

Ia juga mengungkapkan bahwa dukungan pemilih NW beralih ke Iron-Edwin, terutama karena rencana menghidupkan kembali program pemerintahan Alhaer, seperti pemberian insentif kepada guru ngaji, marbot, dan guru madrasah yang selama pemerintahan Sukiman Rumaksi dihentikan.

“Guru madrasah di semua organisasi akan lebih mendukung paslon yang peduli pada kesejahteraan mereka, karena selama ini tidak ada bupati yang benar-benar memperhatikan nasib mereka,” jelasnya.

Namun, Handani mengingatkan bahwa perolehan suara dapat berubah tergantung pada strategi tim sukses dan parpol pendukung masing-masing paslon. “Ini hasil analisis setelah turun ke berbagai wilayah dan berbicara dengan tokoh masyarakat serta organisasi Islam di Lombok Timur,” tutupnya.***