Dibalik Seremonial dan Selebrasi Kemenangan

Sambutan kepada para atlet yang telah berjuang di PON XX Papua membuat publik kagum, hiruk pikuk sambutan itu memejamkan angan melayang mengikuti awan.

Dan hari ini, Minggu (24/10/21) Pemerintah Provinsi NTB kembali menyambut kafilah STQH Nasional ke 26 di Maluku Utara yang meraih peringkat 9.
Penyambutan terhadap para juara tak salah dan bisa memberi motivasi tersendiri bagi masyarakat lebih khusus para pelaku baik atlet maupun kafilah.
Namun itu semua tidak akan ada artinya, jika hanya sebatas seremonial kemenangan. Pasalnya, dibalik kemenangan itu ada asa yang tertumpah, keringat dan air mata. Ya….perjuangan para jawara ini tidak sekedar mengeluarkan keringat untuk menggapai harapan tapi juga terkadang air mata yang harus tertumpah dalam keheningan.

BACA JUGA:  Refleksi 3 Tahun Kepemimpinan SUKMA


Keheningan ini pun terbilas dalam doa yang tak seorang pun tahu, kecuali pemilik doa dan tujuan doa itu, sang pencipta.
Terkadang kita melupakan ‘keheningan’ dan kita lebih bangga dengan kemeriahan. Padahal kemenangan tidak akan pernah diraih tanpa keheningan.
Lantas, apa yang bisa kita teguk dari keheningan ini.
Marilah kita menengok kebelakang, dimana mereka yang jadi juara atau yang tampil dalam event nasional tidak sedikit harus mengorbankan kesenangan atau melupakan hasratnya demi meraih trofi itu.

BACA JUGA:  Potret Nilai Tukar Petani NTB 2019-2020


Kita tidak bisa membayangkan, betapa Kesungguhan dan keseriusan mereka terkadang kita abaikan dengan berbagai alasan. Tapi, saat kemenangan itu diraih kita pun ingin mencoba tampil berdampingan dengan para jawara.
Apakah salah? Tidak. tapi selayaknya lah jika kita ingin berdampingan dari awal kita sudah berkutat bersama mereka.
Harus disadari, sesungguhnya perjuangan yang dilakukan para jawara telah mengupas nadi-nadi kehidupannya. Namun, demi kecintaan terhadap pilihannya itu, terkadang mereka mengabaikan segala suara dibalik semua itu.
Marilah, kita belajar menangkap suara-suara dibalik kemenangan. Jangan hanya bangga ketika kemenangan sudah diraih. (Tim Weekend Editorial)

BACA JUGA:  Sejarah Baru: Pertama Kali Indonesia Menjadi Presiden G20