
MATARAMRADIO.COM – Isu ijazah palsu Jokowi kembali menjadi sorotan publik setelah tuduhan bahwa dokumen akademik mantan Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, tidak sah.
Polemik ini bukanlah yang pertama, namun kali ini mendapat respons kuat dari teman-teman seangkatan Jokowi di Universitas Gadjah Mada (UGM). Mereka kompak membela keaslian ijazah Jokowi, bahkan siap menjadi saksi di pengadilan untuk meluruskan informasi yang dianggap menyesatkan.
Salah satu tokoh yang vokal dalam membela Jokowi adalah Ir. H. Andi Pramaria, M.Si, mantan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Dalam sebuah podcast di media lokal Koran Lombok, Andi dengan tegas menunjukkan ijazah aslinya yang diklaim identik dengan ijazah Jokowi. “Kalau ijazah Pak Jokowi dinyatakan palsu, pasti ijazah saya juga palsu,” tegasnya sambil memperlihatkan dokumen yang menurutnya sama dengan ijazah Jokowi yang beredar di publik.
Andi menjelaskan bahwa ia dan Jokowi adalah teman seangkatan di Fakultas Kehutanan UGM, masuk pada tahun 1980 dan diwisuda bersama pada 1985. Ia bahkan menyebutkan bahwa 67 alumni seangkatan lainnya juga siap memberikan kesaksian untuk membuktikan bahwa Jokowi adalah alumni sah UGM. “Saya dan tentu kawan-kawan yang lain siap menjadi saksi bila dibutuhkan,” ujarnya dengan penuh keyakinan.
Bukti dan Kesaksian dari Teman Seangkatan
Menurut Andi, ijazah yang diterbitkan UGM pada 1985 menggunakan materai resmi, sebuah praktik yang berubah setelah 1986 ketika materai tidak lagi digunakan. Selain itu, penulisan jurusan pada ijazah saat itu ditandai dengan tanda strip, berbeda dengan ijazah setelahnya yang hanya mencantumkan nama fakultas.
Mengenai tuduhan penggunaan font Times New Roman yang dianggap belum ada pada era tersebut, Andi menegaskan bahwa mahasiswa saat itu menerima ijazah apa adanya.
“Ya kita ini kan nerima apa adanya. Bukan kita yang buat. Kalau menurut saya, waktu itu UGM mencetak, entah dimana, tapi semua ijazah di Fakultas Kehutanan pada zaman itu ya seperti ini,” katanya.
Pada 15 April 2025, Andi diundang oleh UGM untuk membandingkan ijazahnya dengan milik teman seangkatan lainnya. Hasilnya, semua ijazah memiliki format yang sama.
“Ya sama, semua punya ijazah yang sama seperti ini. Jadi nggak ada bedanya, kalau ijazah Pak Jokowi dinyatakan palsu, maka kami semua juga palsu,” tegas Andi, yang kini menjabat sebagai Widyaiswara Pemerintah Provinsi NTB.
Andi juga mengungkapkan bahwa ia sempat bertemu dengan Dokter Tifa, salah satu pihak yang mempertanyakan keaslian ijazah Jokowi. “Dia mengenal saya,” ujarnya, menunjukkan bahwa tuduhan tersebut tidak menggoyahkan keyakinannya.
Detail Akademik dan Kenangan Bersama Jokowi
Mengenai dosen pembimbing, Andi menyebut bahwa dosen pembimbing akademiknya adalah almarhum Haryanto, sementara dosen pembimbing skripsinya adalah Dr. Joko Warsono, yang masih hidup. Untuk Jokowi, dosen pembimbing akademiknya adalah Pak Kasmujo, yang kini telah pensiun, dan pembimbing skripsinya adalah almarhum Sumitro.
Terkait polemik tanda tangan pada skripsi, Andi menjelaskan bahwa kebijakan UGM saat itu hanya mewajibkan tanda tangan pembimbing utama. Tanda tangan pembimbing lain menjadi tanggung jawab bagian pengajaran, yang kini disebut bagian akademik. “Kemudian kita mencetak itu (skripsi, red) sebanyak lima, satu untuk perpustakaan, fakultas, kemudian yang tiga itu untuk pembimbing dan penguji,” ungkapnya.
Selain dokumen akademik, Andi juga memiliki koleksi foto kenangan bersama Jokowi. Ia menyebut seorang teman seangkatan asal Aceh, Saminudin Barerito, yang memiliki kamera pada masa itu dan mengabadikan momen-momen penting, seperti saat masuk kuliah dengan seragam putih dasi hitam hingga foto wisuda.
“Kami punya foto waktu baru masuk kuliah, ketika itu menggunakan baju putih dasi hitam. Termasuk foto waktu wisuda, kita kan saling kirimkan foto kenangan wisuda,” kenangnya.
Kontroversi Ijazah Palsu Jokowi dan Respons UGM
Polemik ijazah palsu Jokowi kembali memanas setelah Rismon Hasiholan Sianipar, mantan dosen Universitas Mataram, mempertanyakan keaslian ijazah dan skripsi Jokowi melalui analisis digital. Ia menyoroti penggunaan font Times New Roman yang dianggap belum ada pada 1980-an.
Namun, UGM membantah tuduhan tersebut, menyatakan bahwa font serupa sudah umum digunakan di percetakan sekitar kampus, seperti Prima dan Sanur.
Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta, menegaskan bahwa Jokowi tercatat sebagai mahasiswa sejak 1980 dengan nomor mahasiswa 80/34416/KT/1681 dan lulus pada 5 November 1985. “Perlu diketahui ijazah dan skripsi dari Joko Widodo adalah asli,” tegas Sigit dalam pernyataan resmi UGM pada 21 Maret 2025.
UGM juga menyatakan siap membuka dokumen akademik Jokowi jika diminta melalui proses hukum di pengadilan. Wakil Rektor UGM, Wening Udasmoro, menegaskan bahwa dokumen pribadi seperti ijazah hanya dapat diakses dengan izin resmi, misalnya dari pengadilan, untuk melindungi privasi alumni.
Kasus ijazah palsu Jokowi pertama kali mencuat pada 2019, ketika Umar Kholid Harahap melalui akun media sosialnya menyebut Jokowi menggunakan ijazah SMA palsu. Tuduhan ini dibantah, dan Umar ditetapkan sebagai tersangka karena menyebarkan hoaks.
Pada 2022, Bambang Tri Mulyono, penulis buku Jokowi Undercover, menggugat Jokowi ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atas dugaan ijazah palsu untuk Pilpres 2019. Namun, gugatan ini dicabut karena Bambang menjadi tersangka dalam kasus ujaran kebencian.
Pada 2024, gugatan serupa diajukan oleh Eggi Sudjana, tetapi ditolak pengadilan. Terbaru, pada April 2025, Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA) mendatangi UGM untuk meminta klarifikasi, dengan melibatkan tokoh seperti Roy Suryo dan Rismon Sianipar.
Jokowi sendiri telah melaporkan tuduhan ini ke Polda Metro Jaya pada 30 April 2025, menyebutnya sebagai “fitnah kejam” yang merusak nama baiknya.
Meski Jokowi menunjukkan ijazahnya kepada wartawan pada 17 April 2025 dengan syarat tidak difoto, ia menegaskan bahwa ijazah asli hanya akan diperlihatkan jika ada perintah pengadilan.
Hingga kini, polemik ini terus bergulir, dengan UGM dan teman seangkatan Jokowi konsisten membela keaslian ijazahnya, sementara pihak penuduh berupaya mencari bukti tambahan.
Dengan kesaksian teman seangkatan seperti Andi Pramaria, bukti foto, dan pernyataan resmi UGM, isu ijazah palsu Jokowi tampaknya masih jauh dari kata selesai. Publik kini menanti langkah hukum lebih lanjut untuk mengungkap kebenaran di balik polemik yang telah berlangsung bertahun-tahun ini. (editorMRC)









