Perekonomian Lombok Timur 2020 dan Covid-19

Perekonomian Kabupaten Lombok Timur dari sisi pertumbuhannya pada tahun 2020 telah dibahas oleh Sekretaris Daerah Lombok Timur, Drs. H.M. Juaini Taofik, M.AP dengan sangat baik bersama Kepala BPS Lombok Timur, Ir. Lalu Putradi di berbagai media massa pada Maret 2021.

Kehadiran tulisan ini tidak lagi untuk membahas apa yang telah disampaikan oleh beliau berdua. Tulisan ini hadir untuk membahas perspektif lain yakni dampak Covid-19 terhadap perekonomian Lombok Timur. Covid-19 yang semula merebak di Wuhan, China sekitar Desember 2019 kemudian secara cepat menyebar ke berbagai belahan dunia dan pada Maret 2020 oleh WHO dinyatakan sebagai pandemi (World Bank, 2020). Di Indonesia, Covid-19 terdeteksi masuk pada 2 Maret 2020 dan sejak itu penyebarannya belum dapat dihentikan dan Covid-19 muncul di NTB pada 24 Maret 2020 (BPS NTB, 2020). 

Dari sisi ekonomi, pandemi Covid-19 menyebabkan terjadinya goncangan pada sisi penawaran (supply) dan permintaan (demand) dalam aktivitas perekonomian sehingga berdampak pada terkontraksinya pertumbuhan ekonomi menjadi negatif atau minus. Menurut IMF (2020) pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2020 ambruk mencapai minus (-3,0 persen). Bahkan UNCTAD (2020) melaporkan ambruknya pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2020 lebih parah lagi yakni minus (-4,30 persen). Perekonomian Indonesia yang semula tumbuh mencapai 5,02 persen pada tahun 2019 sebelum Covid-19 terkontraksi menjadi minus (-2,07 persen) pada tahun 2020 setelah pandemi Covid-19 (BPS, 2020). Perekonomian NTB pun mengalami kontraksi semula dari 3,90 persen pada tahun 2019 sebelum Covid-19 menjadi minus (-5,19 persen) pada tahun 2020 setelah pandemi Covid-19 (BPS NTB, 2020). Perekonomian Lombok Timur juga terkontraksi dari 4,70 persen pada tahun 2019 sebelum Covid-19 menjadi minus (-3,10 persen) pada tahun 2020 setelah pandemi Covid-19 (BPS Lombok Timur, 2020). 

Grafik Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kota di NTB tahun 2020.

       Setelah pandemi Covid-19, pertumbuhan ekonomi semua kabupaten/kota di NTB yakni 10 kabupaten/kota pada tahun 2020 terkontraksi menjadi minus. Namun demikian, meskipun pertumbuhan ekonomi yang dicapai Lombok Timur pada tahun 2020 mencapai minus (-3,10 persen), tetapi pertumbuhan tersebut merupakan capaian tertinggi dari 10 kabupaten/kota di NTB. Artinya pertumbuhan ekonomi Lombok Timur sebesar minus (-3,10 persen) pada tahun 2020 tersebut berada pada peringkat pertama dari 10 kabupaten/kota di NTB (BPS Lombok Timur, 2020). Pada tahun 2020 dari 17 sektor lapangan usaha di Lombok Timur terdapat 8 sektor lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan minus yaitu transportasi dan pergudangan (-21,29 persen), konstruksi (-14,83 persen), penyediaan akomodasi dan makan minum (-4,69 persen), perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (-3,65 persen), industri pengolahan (-3,49 persen), jasa perusahaan (-2,56 persen), jasa lainnya (-5,35 persen), pertanian, kehutanan dan perikanan (-0,39 persen).

Pertanian, kehutanan dan perikanan adalah sektor paling kecil yang terkena dampak Pandemi Covid 19 di Lombok Timur I foto: google images

       Berdasarkan uraian sebelumnya diperoleh gambaran bahwa sektor lapangan usaha di Lombok Timur yang terdampak paling parah oleh pandemi Covid-19 adalah transportasi dan pergudangan dan terdampak paling kecil adalah pertanian, kehutanan dan perikanan. Berdasarkan data BPS NTB (2020) dimana 92,59 persen usaha yang berbasis pertanian tetap menjalankan usahanya seperti sebelum pandemi Covid-19. Disisi lain, pada masa pandemi Covid-19 sebagian besar usaha yakni 71,67 persen masih tetap beroperasi seperti sebelum pandemi Covid-19 dan hanya 5,32 persen yang berhenti operasi; sementara lainnya 18,44 persen melakukan pengurangan kapasitas berupa pengurangan jam kerja, pengurangan kapasitas mesin dan pengurangan jumlah tenaga kerja; 4,37 persen menerapkan bekerja dari rumah (work from home) dan hanya 0,19 persen yang beroperasi melebihi kapasitas operasi sebelum pandemi Covid-19 (BPS NTB, 2020).

BACA JUGA:  Komedi Inovasi: Kontradiksi Masyarakat Inovatif dengan Birokrat Terasi

       Menurut BPS NTB (2020) bahwa meskipun sebagian besar (71,67 persen) usaha masih beroperasi pada pandemi Covid-19 tetapi pendapatannya mengalami penurunan. Berdasarkan skala usaha lebih banyak usaha menengah besar (84,31 persen) yang mengalami penurunan pendapatan dibandingkan usaha mikro dan kecil (77,36 persen). Meskipun berakhirnya pandemi Covid-19 tersebut sulit dipastikan, tetapi tren di sejumlah negara termasuk Indonesia mulai mengindikasikan ke arah penurunan. Ini menimbulkan optimisme ke arah pemulihan ekonomi Lombok Timur pada tahun 2021 seiring dengan membaiknya perekonomian nasional dan global. Optimisme ini diperkuat dengan telah dilakukannya vaksinasi Covid-19 untuk mewujudkan imunitas kelompok masyarakat atau herd immunity dan struktur perekonomian nasional yang berorientasi pada permintaan domestik.    (**)

BACA JUGA:  Dewa Kaum Sasak