MATARAMRADIO.COM – Pelarian Bashar al-Assad ke Rusia pada akhir 2024 membuka banyak pertanyaan tentang bagaimana pemimpin Suriah itu berhasil mengamankan dana besar selama konflik yang menghancurkan negaranya.
Dari penjarahan aset negara hingga pengiriman uang tunai ke luar negeri, jejak kekayaan Assad mulai terkuak. Salah satu laporan menyebutkan, Assad mengirim lebih dari $250 juta ke Rusia, sebuah langkah yang terorganisir rapi melalui jaringan bank dan perusahaan cangkang.
Menurut laporan eksklusif Reuters, Assad menggunakan jaringan bank internasional untuk memindahkan uang tunai dalam jumlah besar ke Moskow. Antara 2022 dan 2024, setidaknya 21 penerbangan rahasia tercatat mengangkut uang tunai dalam bentuk dolar AS dan euro dari Bank Sentral Suriah ke Rusia.
“Operasi ini menunjukkan betapa sistematisnya usaha Assad untuk menyelamatkan asetnya, bahkan saat negaranya hancur oleh perang,” tulis The Guardian dalam salah satu investigasi mereka pada awal Desember 2024.
Uang tunai tersebut, yang nilainya mencapai $250 juta, dilaporkan disimpan di beberapa bank Rusia, termasuk Bank Keuangan Rusia (RFK) dan TsMR Bank, yang diketahui memiliki hubungan erat dengan lingkaran politik elit Rusia.
Aset Negara yang Dijarah
Menurut laporan Al Jazeera, Assad memanfaatkan konflik di Suriah untuk mengalihkan sebagian besar aset negara ke kendali pribadinya. Cadangan devisa yang dulunya mencapai $18,5 miliar pada 2010 telah menyusut drastis, sebagian besar digunakan untuk membiayai perang dan dipindahkan ke luar negeri.
“Rezim Assad secara aktif menguras sumber daya ekonomi Suriah demi mempertahankan kekuasaan. Ini adalah penjarahan sistematis atas aset negara,” ungkap Dr. Ahmed Salim, pakar hubungan internasional dari Universitas Damaskus, dalam wawancaranya dengan Middle East Eye.
Sumber Dana dari Ekonomi Gelap
Selain memanfaatkan aset negara, rezim Assad juga mengandalkan ekonomi gelap, termasuk perdagangan narkoba. Dalam laporan yang diterbitkan oleh BBC, Suriah di bawah Assad menjadi salah satu pusat produksi Captagon terbesar di Timur Tengah. Perdagangan narkoba ini menjadi sumber pendapatan utama yang menopang rezimnya.
“Captagon bukan hanya alat ekonomi, tetapi juga alat politik untuk mempertahankan kesetiaan para pendukungnya,” jelas Sarah al-Husseini, analis Timur Tengah dari International Crisis Group.
Dampak Penjarahan terhadap Ekonomi Suriah
Praktik Assad ini meninggalkan dampak yang menghancurkan pada ekonomi Suriah. Rakyat harus menghadapi kelangkaan kebutuhan pokok, hiperinflasi, dan keruntuhan infrastruktur. Laporan terbaru dari The Financial Times menyebutkan, cadangan devisa Suriah saat ini hanya tersisa sekitar $200 juta, jauh dari angka sebelumnya.
Langkah Pemerintahan Baru
Setelah kepergian Assad, pemerintahan baru Suriah menghadapi tugas besar untuk melacak dan memulihkan aset yang telah dijarah. Pencarian ini mencakup jaringan bank internasional dan perusahaan cangkang yang digunakan untuk mencuci uang.
Dalam wawancara dengan CNN, pejabat tinggi di pemerintahan baru Suriah menyatakan pihaknya bekerja sama dengan lembaga internasional untuk melacak aliran dana yang dikendalikan oleh Bashar al-Assad. “Aset ini penting untuk memulai kembali pembangunan ekonomi negara,”sebutnya. (editorMRC)