Batu Akik, Tetap Mempesona Meski Mulai Terpinggirkan

Batu akik, yang pernah booming di NTB khususnya Lombok pada 2014 . Bahkan, di setiap sudut perkampungan terlihat aktifitas menggosok batu. KIni, hanya tinggal di  beberapa titik yang masih terpantau melakukan penggosokan batu. Salah satunya disamping Taman Mayura

——— DEDI SUHADI ———

Pada saat itu hampir di setiap sudut perkampungan, orang disibukkan dengan menggosok batu-batu alam. Mereka ada yang menggosok batu memang karena hobi tapi ada juga karena terbawa arus.


Begitupun para pemakai baru akik,  tak sedikit diantara para lelaki yang mengenakan cincin batu akik hingga beberapa buah di jarinya.


Pada saat itu pula, demam batu akik tidak hanya merasuki kaum lelaki tapi para wanita pun ikut gandrung. Terlihat dari liontin atau kalung yang dipakai kaum wanita menampilkan keindahan batu alam

BACA JUGA:  PDIP Resmi Usung Selly-Abdul Manan di Pilkada Mataram

.
Seiring perjalanan waktu, demam batu akik surut. Dulu (2014) di beberapa sudut Kota Mataram terdapat beberapa sentra pengrajin batu akik. Namun kini, yang masih terpantau bertahan di samping Taman Mayura Kota Mataram.


Menurut seorang pengrajin, meski sudah semakin sepi tapi masih ada orang yang datang ke lapak para pengrajin di samping Taman Mayura.


“Kebanyakan dari mereka datang untuk menggosok akik dengan batu yang dibawa sendiri,” kelas seorang pengrajin di Taman Mayura, Minggu 14 Oktober 2024.

BACA JUGA:  Usai Lebaran Haji, TGB Ziarah Makam Ponpes Tebuireng

Hal itu dibenarkan oleh Yopi, pengrajin lainnya.
Menurutnya, jarang sekarang orang yang mau beli batu akik
“Kalau yang datang beli jarang, kalau yang buat masih ada,” tuturnya.


Menurut Yopi, batu akik yang dipasarkan di samping Taman Mayura bervariasi mulai harga 40 ribu.
“Tergantung batu dan motifnya,” katanya.


Yopi tak menampik, jika mereka yang datang untuk membeli batu akik karena tertarik motif atau warnanya. Tapi, tak sedikit pula karena mistisnya (sugesti) terhadap batu-batu tertentu.


“Banyak yang mencari batu yang bolong alami (combong), badar atau lainnya. Mereka mencari mistisnya,” katanya.

BACA JUGA:  Selamat Jalan Jenderal Edhie!


Menurut Yopi, para peminat baru tidak seramai dulu tapi dengan masih banyaknya peminat membuat para pengrajin batu di samping Taman Mayura tetap bertahan.


Parang pengrajin, kata Yopi biasanya mulai buka lapak dari jam 08.00 WITA hingga malam hari.
“Ada yang buka dari pagi sampai sore . Ada juga yang buka dari sore sampai malam,” katanya.


Namun, bagi para pengrajin dengan datangnya orang yang ingin digosokkan batunya, bisa menjadi jalan hidup para pengrajin. “Sehari ada 4 – 5  orang yang ingin digosokkan batunya,” katanya. ***