Pendidikan Finlandia Beralih Kembali ke Buku, Tinggalkan Laptop Demi Masa Depan Generasi Muda

Setelah lebih dari satu dekade mendorong penggunaan teknologi di kelas, termasuk memberikan laptop gratis kepada murid sejak usia 11 tahun, Finlandia memutuskan untuk kembali ke pola lama: buku cetak dan alat tulis.

Langkah ini merupakan hasil dari berbagai kekhawatiran yang muncul terkait efek buruk penggunaan perangkat digital pada anak-anak dan remaja, terutama dalam hal kesehatan mental, fisik, dan kemampuan belajar.

Riihimaki: Pemimpin Perubahan Pendidikan

Kota Riihimaki, yang berlokasi sekitar 70 km di utara ibu kota Helsinki, menjadi pionir dalam gerakan ini.

Pada musim gugur 2024, para murid di Riihimaki kembali ke sekolah dengan tas penuh buku setelah bertahun-tahun didominasi oleh penggunaan laptop dan perangkat digital.

Sistem pendidikan Finlandia yang terkenal progresif ini sebelumnya memberikan dukungan penuh terhadap teknologi di ruang kelas dengan tujuan memperbarui teknik pengajaran dan menyesuaikannya dengan perkembangan zaman.

Namun, seiring berjalannya waktu, hasil-hasil pembelajaran mulai menurun, dan para orang tua serta guru mulai merasakan efek negatif dari teknologi yang terlalu berlebihan.

Menurut Maija Kaunonen, seorang guru bahasa Inggris di sekolah menengah Pohjolanrinne, salah satu sekolah di Riihimaki, penggunaan perangkat digital justru menyebabkan gangguan konsentrasi yang serius pada siswa.

BACA JUGA:  Gubernur: Masalah Pendidikan, Tanggung Jawab Bersama

“Banyak anak saat ini lebih sering menggunakan ponsel atau perangkat lainnya untuk keperluan pribadi, bahkan di tengah jam pelajaran. Mereka cenderung menyelesaikan tugas dengan cepat hanya agar bisa segera beralih bermain game atau mengobrol di media sosial,” ujarnya.

Perubahan yang terjadi ini tidak hanya terlihat di Finlandia, tetapi juga di negara-negara lain yang mulai mempertimbangkan kembali dampak teknologi di sekolah.

Dampak Penggunaan Layar pada Anak-Anak

Penggunaan perangkat digital di ruang kelas memang memiliki sejumlah manfaat, seperti memudahkan akses ke sumber belajar yang lebih luas dan meningkatkan keterampilan teknologi.

Namun, semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan layar yang berlebihan dapat menyebabkan dampak buruk pada kesehatan mental dan fisik anak-anak.

Di Finlandia, anak-anak usia remaja dilaporkan menghabiskan rata-rata hingga enam jam sehari di depan layar, baik untuk keperluan akademis maupun hiburan.

Angka ini telah memicu keprihatinan di kalangan para ahli.

Minna Peltopuro, seorang ahli saraf klinis yang bekerja sama dengan sekolah-sekolah di Riihimaki, menjelaskan bahwa waktu yang dihabiskan di depan layar perlu dikurangi.

“Otak remaja sangat rentan terhadap multitasking, dan ketika mereka sering melakukan beberapa aktivitas sekaligus, seperti mengerjakan tugas sambil membuka media sosial, mereka tidak bisa mengelola tugas dengan baik. Akibatnya, terjadi penurunan kinerja kognitif dan peningkatan kecemasan,” jelas Peltopuro.

BACA JUGA:  KPU Gelar Simulasi Pilwalkot

Penggunaan perangkat digital yang berlebihan juga telah terbukti memengaruhi kualitas tidur anak-anak.

Inka Warro, seorang siswa kelas delapan di Riihimaki, mengatakan bahwa ia merasa lebih mudah tidur ketika tidak menatap layar perangkat elektronik terlalu lama sebelum tidur.

“Jika Anda harus mengerjakan pekerjaan rumah larut malam, akan lebih mudah untuk tidur jika Anda menggunakan buku cetak daripada perangkat digital,” katanya.

Upaya Mengembalikan Fokus Belajar

Kembali ke buku cetak dan alat tulis diharapkan dapat membantu siswa lebih fokus dalam belajar.

Sebagian besar guru di Finlandia menyadari bahwa teknologi memang memudahkan akses ke informasi, tetapi sering kali teknologi juga menjadi sumber gangguan.

Murid-murid cenderung mengalihkan perhatian dari pelajaran ketika mereka memiliki akses mudah ke hiburan digital.

Elle Sokka, salah satu siswa yang terlibat dalam perubahan ini, mengakui bahwa dirinya sering kehilangan fokus saat belajar menggunakan perangkat digital.

“Kadang-kadang, saat belajar, saya akan beralih ke situs web lain atau membuka media sosial,” kata Sokka.

Ia mengakui bahwa penggunaan buku cetak membantunya lebih fokus pada materi pelajaran. Selain itu, Miko Mantila, siswa lainnya, juga menambahkan bahwa membaca buku jauh lebih nyaman dibandingkan membaca dari layar.

BACA JUGA:  Ratusan Rumah di Desa Bara Terendam

“Membaca dari buku terasa lebih mudah dan saya bisa membaca lebih cepat,” ujarnya.

Para siswa ini juga merasakan perubahan positif dalam hal konsentrasi selama di kelas.

Dengan kembalinya buku cetak, para guru pun merasakan dampak positif pada cara anak-anak belajar.

Tidak adanya perangkat digital di meja mereka membuat siswa lebih tertarik untuk memperhatikan materi yang disampaikan guru secara langsung.

Dampak Jangka Panjang dan Kebijakan Baru

Finlandia tidak hanya melihat perubahan ini sebagai langkah sementara, tetapi sebagai upaya jangka panjang untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.

Seiring dengan itu, pemerintah Finlandia sedang merencanakan kebijakan baru yang melarang penggunaan perangkat pribadi, seperti telepon seluler, selama jam sekolah.

Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi waktu anak-anak di depan layar dan memastikan bahwa mereka memiliki lingkungan belajar yang lebih kondusif tanpa gangguan digital.

Dalam beberapa tahun terakhir, hasil belajar siswa di Finlandia memang mengalami sedikit penurunan, dan hal ini telah memicu kekhawatiran di kalangan pendidik dan pemerintah.

Oleh karena itu, langkah kembali ke buku cetak dianggap sebagai salah satu solusi yang dapat membantu mengatasi masalah ini.

Selain mengurangi gangguan dari teknologi, metode pembelajaran tradisional juga diyakini dapat membantu anak-anak dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan analitis secara lebih mendalam. (editorMRC)