Penderita TB Terbanyak, Indonesia Peringkat Tiga Dunia

MATARAMRADIO.COM – Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu dari 10 penyakit menular yang menyebabkan kematian terbanyak di dunia. Lebih besar dibandingkan HIV/AIDS setiap tahunnya.

Menurut WHO, Penyakit tuberkulosis di Indonesia menempati peringkat ketiga setelah India dan Cina dengan jumlah kasus 824 ribu dan kematian 93 ribu per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam. Potensi penyakit TB sangatlah besar, lebih-lebih setelah pandemi covid-19.

Untuk megatasi hal tersebut, Presiden melalui Peraturan Presiden (Perpres) No. 67/2021 tentang Penanggulangan TB memberikan mandat kepada seluruh menteri untuk melakukan sosialisasi terhadap pencegahan TB.

Melaksanakan Perpres tersebut, Kementrian Ketenagakerjaan melalui Dirjen. Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja mex

Izdakan Workshop Pencegahan dan Pengendalian Kasus TB serta strategi DOTS di Tempat Kerja yang berlangsung di Prime Park, Senin (18/07/2022).

Workshop yang diikuti oleh 60 peserta yang terdiri dari Kementerian Ketenagakerjaan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi NTB, dan 43 perwakilan dari perusahaan ini merupakan upaya meningkatkan pemahaman terhadap pencegahan dan pengendalian TB di tempat kerja dan meningkatkan peran K3 untuk menurunkan angka TB di tempat kerja.

Dirjen Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3, Haiyani Rumondang, M.A., mengungkapkan bahwa sebagian besar kasus TB, 67%nya terjadi pada usia produktif (15-54 tahun).

BACA JUGA:  14 -15 September 2023 Expo NTB Gemilang

“Seperti yang kita tahu, bahwa TB ini tidak bisa segera sembuh sehingga tentu akan mengakibatkan turunnya produktivitas tenaga kerja dan bahkan bisa menyebabkan potensi kecelakaan kerja. Karena itu, kepedulian pimpinan perusahaan sangat diperlukan. TB sangat bahaya jika tidak dideteksi sejak awal karena akan merugikan human investment di perusahaan tersebut,” papar Haiyani.

Belum lagi potensi penularannya yang begitu mudah. Seperti Virus Corona, bakteri TB dapat ditularkan melalui droplet yang terinfeksi di udara. Seseorang dengan TB dapat menularkan bakteri melalui bersin, batuk, berbicara, dan nyanyian.

“Di lingkungan kerja yang begitu padat dengan aktifitas sosial yang tidak dapat dihindari, potensi penyebaran TB menjadi semakin besar. Itulah sebabnya di perusahaan harus dilakukan pemeriksaan yang rutin,” ujar Rumondang.

Tenaga kerja dengan lingkungan yang tidak higienis menyebabkan buruknya ventilasi udara, ditambah kondisi bekerja di satu waktu bersamaan dalam waktu yang lama dapat meningkatkan kasus TB jika tidak dilakukan upaya pencegahan.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah faktor resiko TB, yaitu membudayakan hidup bersih, memperbaiki perilaku ketika batuk, melakukan perbaikan kualitas lingkungan rumah dan kerja dengan standar yang sehat, tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol, makan makanan yang sehat dan bergizi, serta olahraga teratur.

Haiyani berharap pekerja dapat menjadi agent of change untuk mendorong efektifitas untuk gerakan hidup sehat di perusahaan.

BACA JUGA:  Pesona Khazanah Ramadhan Dorong Ekonomi Kreatif

Usai membuka Workshop, Dirjen Rumondang melanjutkan kegiatan meninjau peralatan dan proses layananan Laboratorium K3 pada UPTD Balai Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3 Pulau Lombok Disnakertrans Provinsi NTB di Jalan Majapahit Mataram.

Dirjen menilai pelayanan K3 di NTB ini sudah cukup baik, dan telah menerapkan standar-standar yg ditentukan bahkan capaian kinerjanya setiap tahun selalu melampaui target.

Terlebih Lab K3 ini merupakan salah satu sumber PAD yang potensial, sehingga Dirjen Rumondang berharap Pemprov NTB kedepan dapat terus meningkatkan pelayanan K3, dengan mengalokasikan anggaran untuk biaya perawatan peralatan hibah dari Kemenaker, sekaligus melakukan modernisasi peralatan /pengadaan peralatan baru untuk melengkapi yang sudah ada serta peningkatan kapasitas SDMnya.

Ia juga mengapresiasi langkah Kadis Nakertrans Provinsi NTB, Gde Putu Aryadi yang tahun ini telah memprogramkan peningkatan peralatan Lab J3 Pulau Lombok, dan juga membangun Lab K3 di Pulau Sumbawa dari alokasi DBCHT.
” Pak Kadis hebat”, puji Dirhen Rumondang seraya mengangkat 2 jempolnya.

Sementara itu, Kadisnakertrans Provinsi NTB, I Gede Putu Aryadi, S.Sos, M.H mengapresiasi kegiatan workshop ini.

Saat ini NTB sedang menjadi sorotan dunia. Karena itu, selain meningkatkan kompetensi tenaga kerja, pemilik badan usaha perlu juga meningkatkan kondisi lingkungan kerja untuk menghindari resiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

BACA JUGA:  Angka Kecelakaan Kerja di NTB Meningkat Dua Kali Lipat

“Lingkungan kerja yang baik, higienis dan sehat akan membuat nyaman pekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas pekerja. Meningkatnya produktivitas tentu meningkatkan produktivitas perusahaan yang pada akhirnya membantu meningkatkan perekonomian negara,” ujar Aryadi.

Adanya workshop hari ini adalah bagian upaya pemerintah untuk memastikan proses yang terjadi di perusahaan harus benar-benar menerapkan standar K3, seperti menguji secara berkala setiap peralatan yang digunakan, lingkungan kerja, bahkan tata kelola kelembagaan. Hal tersebut menjadi penting, karena dapat memastikan setiap proses yang terjadi benar-benar mencapai kemaslahatan, keselamatan dan kesejahteraan.

“Harus dipastikan bahwa seluruh proses yang terjadi dalam suatu perusahaan menaati Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Kita harus terus melakukan pembinaan agar NTB Gemilang Indonesia maju bisa diwujudkan,” tegas mantan Irbansus pada Inspektorat NTB tersebut.

Lebih lanjut, Aryadi berharap sejumlah perusahaan yang sudah mendapatkan Penghargaan K3 di Tahun 2021 untuk terus mempertahankan prestasi tersebut. Dan bagi perusahaan yang belum memperoleh penghargaan untuk terus berusaha mengupayakan terwujudnya K3 agar tidak lagi terjadi kecelakaan kerja. “Kami berharap di tahun mendatang Provinsi NTB dapat memperoleh Penghargaan Zero Accident dari Kementerian Ketenagakerjaan RI,” pungkasnya. (*)