Di wilayah Lombok Timur bagian utara terdapat beberapa bangunan bersejarah yang berupa tempat peribadatan islam di masa lampau. Beberapa diantaranya yang masih dapat ditemukan hingga saat ini adalah Langgar Pusaka Desa Sapit Kecamatan Suela, Masjid Tua Ketangga Kecamatan Suela dan Langgar Bilok Petung di Dusun Bilok Petung Kecamatan Sembalun.
Langgar Pusaka Sapit adalah sebuah situs sejarah peninggalan islam di wilayah Desa Sapit Kecamatan Suela. Bangunan bersejarah ini berada di Dusun Montong Kemong, tepatnya di jalur pendakian Bukit Pal Jepang yang ahir-ahir ini dibumingkan sebagai salah satu destinasi wisata soft tracking oleh para pemuda Desa Sapit yang tergabung dalam Pokdarwis Langgar Pusaka yang dipimpin oleh saudara Jannatan Firdaos.
Oleh: AsriDGila
Dilihat dari sisi arsitektur, Langgar Pusaka menggunakan konstruksi pondasi Bale Gunung Rata dengan pondasi setinggi 120 cm dengan tiga anak tangga pada bagian muka bangunan utama. Lantai bangunan ini terbuat dari tanah liat yang konon dicampur dengan kotoran sapi sebagai perekatnya. Luas bangunan 9 m x 9 m dengan dinding pagar bambu berketinggian 90 cm. Pintu utama berbentuk Lawang Kuri (Pintu Kuri) yang terbuat dari bahan kayu.
Bentuk Arsitektur bangunan bersejarah ini tergolong masih sederhana. Atap bangunan menggunakan konstruksi atap tumpang yang disanggah oleh sebuah tiang soko guru (tiang utama) yang berdiri di bagian tengah-tengah bangunan. Bahan yang digunakan sebagai atap bangunan ini adalah atep re (atap dari bahan ilalang). Di bagian kiblat terdapat mihrab sebagai tempat berdirinya imam shalat.
Di dalam bangunan ini terdapat sebuah feksi sederhana yang difungsikan sebagai tempat duduk khatib saat membaca khutbah. Terdapat pula sebuah jungkat (tombak) yang biasa digunakan sebagai pegangan khatib saat membaca khutbah.
Di bagian depan bangunan Langgar terdapat dua buah telaga yang dulu difungsikan sebagai tempat berwuduk oleh para jamaah dan penziarah. Terdapat pula berugak sebagai tempat beristirahat bagi para penziarah.
Bangunan Langgar di keliling tembok yang terbuat dari susunan batu sungai dan di beberapa bagian menggunakan batu karang (batu kumbung). Gerbang utama komplek bangunan bersejarah di Desa Sapit ini menggunakan konstruksi lawang ampet. Di depan pintu gerbang tergantung sebuah kentongan (kul-kul) berukuran cukup besar yang dibuat dari bahan kayu.
Renovasi terahir bangunan ini dilakukan pada tahun 2012 oleh masyarakat Desa Sapit. Hingga saat ini bangunan bersejarah tersebut tetap terpelihara dan keraf dikunjungi oleh penziarah lokal dan wisatawan mancanegara.
Keberadaan Langgar Pusaka Sapit setidaknya memberikan kita sebuah petunjuk bahwa di masa lampau terdapat peradaban islam yang cukup besar di Desa Sapit pada khususnya dan Kecamatan Suela pada umumnya sebab secara umum Langgar digunakan oleh masyarakat islam di masa lalu sebagai tempat peribadatan, transper pengetahuan (pengajian agama) dan berbagai kegiatan ritus serta sebagai pusat kegiatan adat istiadat.
Terkait dengan keberadaan Langgar ini, informasi yang berkembang di lapangan mengatakan bahwa Langgar Pusaka Sapi sezaman dengan Masjid Kuno Bayan Beleq dan Langgar Bilok Petung, yankni dibangun pada sekitar ahir abad ke-13 atau awal abad ke-14 M.
Keberadaan Langgar Pusaka Desa Sapait sampai saat ini masih tetap dipertahankan sebagai simbol sejarah perkembangan islam Lombok, khususnya di kawasan utara pulau Lombok. Tentunya ini adalah aset yang sungguh berharga bagi masyarat Lombok dan dijadikan sebagai salah satu sumber sejarah untuk mengungkap sejarah Lombok di masa perkembangan Islam.
Semoga Langgar Pusaka Desa Sapit senantiasa terjaga dan lestari, serta dapat dikembangkan sebagai salah satu destinasi wisata religi Lombok di tengah maraknya pembangunan wisata di seluruh Nusantara dan KEK Mandalika di Lombok yang sama-sama kita cintai.