Budaya dan Pariwisata

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika yang telah menorehkan sejarah baru dalam pariwisata NTB tentu tidak bisa hidup sendirian. Seglamour apapun pariwisata di Mandalika, bila tidak bersanding dengan kemajuan daerah penopangnya, maka akan ada cacat yang selalu menjadi noda dalam gerak pariwisatanya.
Namun, untuk membangun daerah penopang pariwisata menjadi tujuan wisata juga tidaklah mudah
.

Banyak orang menilai, membangun daerah pariwisata cukup dengan menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan oleh wisatawan, tapi sebenarnya tidak demikian.
Pondasi utama membangun daerah pariwisata yakni sumber daya manusia (SDM). Dimana , SDM ini tidak hanya berbicara kemampuan berbahasa asing tapi juga kepribadian yang menunjang potensi pariwisata. Dan SDM disini bukan sekedar pelaku pariwisata aktif tapi juga yang pasif. Kenapa, karena pariwisata adalah kebersamaan dalam mewujudkan impian.
Dengan adanya kesadaran bersama seluruh masyarakat dalam membangun pariwisata, akan tumbuh satu nuansa baru yang menjadi kebiasaan dan bisa tercipta menjadi suatu budaya.

BACA JUGA:  Merdeka di Fisik Terjajah di Jiwa


Tentunya, budaya baru ini pun memiliki nilai yang bisa juga menjadi aset pariwisata.
Dengan adanya kesadaran bersama pula dalam membangun pariwisata, maka budaya-budaya leluhur yang selama ini terpendam atau kekayaan-kekayaan alam yang tersembunyi bisa digali dan menjadi aset pariwisata.


Sayangnya, dalam membangun kesadaran pariwisata tidaklah segampang mencorat coret di atas kertas. Perlu perjuangan dan kesungguhan dalam menggapainya. Inilah tantangannya.
Perlu disadari, membangun pariwisata tidak perlu dengan teori yang muluk-muluk, cukup wujudkan ide yang ada walau terlihat sepele.
Jika ide itu sudah terwujud dan orang lain bisa menerima dan mempraktekkannya, teruskan, teruskan dan teruskan. Dan tunggulah mimpi membangun pariwisata akan segera terwujud.
Ingat, pariwisata adalah membangun kebiasaan yang akan berubah menjadi budaya dan pada akhirya budaya itu memiliki nilai pariwisata. (Tim Weekend Editorial)

BACA JUGA:  Atika dan Potret Buram Perlindungan PMI