MATARAMRADIO.COM – Robert Nesta Marley, dikenal sebagai Bob Marley, lahir pada 6 Februari 1945 di Nine Mile, Saint Ann Parish, Jamaika. Ia anak dari Norval Sinclair Marley, seorang pria kulit putih dari Inggris, dan Cedella Booker, seorang wanita Jamaika keturunan Afrika.
Kehidupan awal Bob penuh tantangan karena statusnya sebagai anak “campuran” di lingkungan pedesaan yang keras. Ia dibesarkan dalam kemiskinan, dan ayahnya jarang hadir dalam hidupnya. Pada usia dini, Bob pindah ke Trenchtown, daerah kumuh di Kingston, tempat ia terpapar budaya musik ska dan rocksteady yang kelak membentuk reggae.
Di Trenchtown, Bob berteman dengan Neville “Bunny” Livingston dan Peter Tosh, yang kemudian menjadi inti dari grup musiknya. Ia mulai bereksperimen dengan musik di usia remaja, belajar gitar, dan merekam lagu pertamanya, “Judge Not,” pada 1962 di bawah bimbingan produser Leslie Kong.

Karier Musik dan Kebangkitan The Wailers
Pada 1963, Bob, Bunny, dan Peter membentuk grup The Wailers. Awalnya, mereka memainkan musik ska dan rocksteady, tetapi seiring waktu, dipengaruhi oleh Rastafari—sebuah gerakan spiritual dan sosial Jamaika—mereka mengembangkan reggae, genre yang menggabungkan ritme khas, lirik pemberontakan, dan pesan perdamaian. Album awal seperti Catch a Fire (1973) dan Burnin’ (1973) memperken their sound ke dunia, dengan lagu-lagu seperti “Get Up, Stand Up” dan “I Shot the Sheriff.”
Pada 1974, The Wailers bubar karena perbedaan visi antara Bob, Bunny, dan Peter. Bob melanjutkan dengan nama Bob Marley and The Wailers, merekrut musisi baru, termasuk trio vokal I-Threes yang menampilkan istrinya, Rita Marley. Album Natty Dread (1974) dengan lagu “No Woman, No Cry” menjadi terobosan besar, diikuti oleh Rastaman Vibration (1976) yang sukses di tangga lagu internasional.
Puncak ketenaran Bob datang dengan album Exodus (1977), yang berisi hits seperti “Jamming,” “One Love/People Get Ready,” dan “Three Little Birds.” Album ini menetapkannya sebagai ikon global, memadukan pesan spiritual Rastafari dengan seruan untuk persatuan dan keadilan sosial. Konsernya, seperti One Love Peace Concert 1978 di Jamaika, menunjukkan pengaruhnya sebagai simbol perdamaian, bahkan di tengah ketegangan politik di Jamaika.
Karya Musik dan Dampaknya
Bob Marley merilis 13 album studio selama hidupnya, termasuk:
Catch a Fire (1973): Memperkenalkan reggae ke audiens internasional.
Burnin’ (1973): Menampilkan lagu-lagu protes seperti “Get Up, Stand Up.”
Natty Dread (1974): Mengukuhkan identitas Rastafari Bob.
Exodus (1977): Dianggap sebagai salah satu album terbaik sepanjang masa oleh majalah Time.
Kaya (1978): Berisi lagu cinta dan refleksi seperti “Is This Love.”
Uprising (1980): Menampilkan “Redemption Song,” lagu akustik yang menjadi testamentonya.
Musik Bob tidak hanya tentang hiburan; ia membawa pesan melawan penindasan, kemiskinan, dan rasisme, sekaligus mempromosikan cinta, persatuan, dan spiritualitas Rastafari. Liriknya, yang sering kali sederhana namun mendalam, resonan di seluruh dunia, terutama di negara-negara yang menghadapi ketidakadilan sosial.
Kehidupan Pribadi dan Tantangan
Bob menikahi Rita Anderson pada 1966, dan mereka memiliki tiga anak: Cedella, Ziggy, dan Stephen. Ia juga memiliki beberapa anak lain dari hubungan di luar pernikahan, termasuk Damian, Ky-Mani, dan Julian, yang banyak di antaranya menjadi musisi. Bob adalah penganut Rastafari yang taat, yang memengaruhi gaya hidupnya, termasuk pola makan vegetarian dan penggunaan ganja sebagai bagian dari ritual spiritual.
Pada 1976, Bob selamat dari percobaan pembunuhan di rumahnya di Kingston, di tengah ketegangan politik Jamaika. Meski terluka, ia tetap tampil di konser Smile Jamaica dua hari kemudian, menunjukkan ketangguhannya.
Penyakit dan Kematian
Pada 1977, Bob didiagnosis menderita melanoma akral lentiginous, sejenis kanker kulit, yang ditemukan di bawah kuku jempol kakinya. Ia menolak amputasi karena keyakinan Rastafari tentang integritas tubuh dan karena khawatir akan mengganggu kemampuannya menari di panggung. Kanker menyebar ke paru-paru, hati, dan otaknya. Pada Mei 1981, setelah berjuang melawan penyakit selama empat tahun, Bob meninggal di rumah sakit di Miami, Florida, pada usia 36 tahun. Kata-kata terakhirnya kepada putranya, Ziggy, adalah, “Money can’t buy life.”
Kata-Kata Bijak Bob Marley
Bob Marley dikenal karena kutipan-kutipannya yang menginspirasi, mencerminkan filosofi hidupnya tentang cinta, kebebasan, dan perlawanan terhadap ketidakadilan. Beberapa di antaranya:
“One good thing about music, when it hits you, you feel no pain.” (Tentang kekuatan musik untuk menyembuhkan.)
“Emancipate yourselves from mental slavery, none but ourselves can free our minds.” (Dari lagu “Redemption Song,” menyerukan kebebasan mental.)
“Don’t worry about a thing, ‘cause every little thing gonna be alright.” (Dari “Three Little Birds,” pesan optimisme.)
“The truth is, everyone is going to hurt you. You just got to find the ones worth suffering for.” (Tentang cinta dan hubungan.)
“Get up, stand up, stand up for your rights.” (Seruan untuk melawan penindasan.)
Warisan
Bob Marley tetap menjadi ikon budaya global, simbol perlawanan, perdamaian, dan persatuan. Musiknya terus menginspirasi jutaan orang, dan Rastafari menjadi lebih dikenal melalui karyanya. Ia dianugerahi berbagai penghargaan, termasuk Grammy Lifetime Achievement Award pada 2001, dan masuk ke Rock and Roll Hall of Fame pada 1994. Film biografi Bob Marley: One Love (2024) memperkenalkan kisahnya ke generasi baru.
Bob Marley tidak hanya seorang musisi; ia adalah suara bagi yang tertindas, pembawa pesan cinta, dan pelopor reggae yang mengubah dunia melalui musik dan kata-katanya. (editorMRC)









